Mohon tunggu...
Rahman Hanifan
Rahman Hanifan Mohon Tunggu... -

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SDIT Buah Hati. Telah menulis cukup banyak buku, seperti Change Now!, True Friend, UNLIMITED LEARNING, Journey of Life, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benar, Sebagian Jiwa Ini Masih Anak-anak

6 November 2015   13:52 Diperbarui: 6 November 2015   13:52 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun gunung, dipacul terus akan datar juga, kata Pram, sastrawan tenar itu. Pun harapan yang membumbung, dihantap kecewa bertubi-tubi dan terus-menerus niscaya akan tumbang juga. Bagaimana halnya akan cinta?

Ah, cintaku pada anak-anak, kian tumbuh. Pada anak sendiri, Lavy, Cantik dan Si Lulu lucu tentu akan selalu kujaga. Mereka itu.., semoga menghantarkan kami, orang tuanya, ke Sorga. Malah cinta kepada anak-anak orang, juga kian benderang. Anak-anak itu…, anak-anak SDIT Buah Hati yang tak absen kukunjungi, rata-rata enam kali dalam seminggu, 24 kali dalam sebulan. Mereka itu…, teman-teman kecilku.

Tentu saja, dalam bahasa resmi, mereka adalah murid-muridku. Di sekolah, aku harus mengajar dan mendidik, dengan upaya maksimal. Itu tugasku, kewajibanku. Dan sambil mengajar itu, bermain-main, asyik juga. Seperti tadi ketika menggantikan mengajar Bahasa Indonesia di kelas satu A. Oleh Ustadzah Untari aku diberi pesan untuk membacakan halaman tiga tiga, lalu anak-anak mengerjakan soal pada halaman tiga empat.

Pada halaman 33 itu ada cerita berjudul Tolong Menolong. Cerita yang harus kubacakan. Ya, lalu kubaca. “Tolong Menolong..”

Entah berapa kali aku mengulang kalimat itu, judul itu, “Tolong Menolong..” Tentu dengan sedikit gaya, nada yang berbeda-bedza. Itu saja sudah membuat anak-anak ketawa-tawa, ketiwi-ketiwi, ketuwu-ketuwu. “Tolong Menolong…” eh, Tolong Menolong lagi.

“Tolong Menolong…” dan anak-anak pun ketawa.

“Tikus keluar tolong menolong…” eh.

“dari lobang…!” kata seorang anak.

“Tikus keluar dari lobang tolong menolong. Aduh tolong menolong lagi…”

“Oke, tikus keluar dari lobang. Ia ingin tolong menolong.., hup!”

“Ingin cari makan…!” teriak beberapa anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun