Dua tahun terakhir dunia, tak terkecuali Indonesia, dihebohkan dengan kasus wabah pandemi Covid-19. Wabah yang disebabkan oleh varian corona virus ini ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di kota Wuhan, China. Dikarenakan penyebaran virus yang sangat cepat pada akhirnya virus ini pun muncul untuk pertama kali nya di Indonesia pada Maret 2020, yang membuat masyarakat harus menghentikan semua aktivitas mereka di luar rumah.Â
Oleh sebab itu, banyak sekali kegiatan masyarakat yang terganggu, sehingga berdampak pada kehidupan perekonomian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan banyak sekali PHK yang dilakukan perusahan, yang disebabkan oleh kurang nya permintaan pada masa pandemin sehingga membuat perusahaan  collapse.
Tak hanya karyawan yang mengalami PHK yang terdampak akan kehidupan ekonomi nya, nasib yang sama juga dialami oleh pedagang jajanan yang berjualan di sekitar sekolah.Â
Pedagang yang biasanya berjualan di daerah sekolah terpaksa harus tidak berjualan, dikarenakan aktivitas belajar-mengajar yang dilaksanakan secara daring. Salah satu pedagang yang terkena dampak pada saat pandemi adalah ibu Lia.Â
Ibu Lia sendiri merupakan pedagang yang biasanya berjualan makanan ringan di dekat SD Negeri 5 Prabumulih. Ibu Lia mengaku pada saat pandemi pendapatan nya sangat menurun drastis, sebab kegiatan sekolah dilakukan secara daring, sehingga dia harus memutar otak untuk dapat mencari sumber  penghasilan lain.
Singkat cerita, saat itu ibu Lia melihat limbah cup air mineral yang berserakan di depan tempat sampah dekat rumahnya, yang membuatnya berpikir untuk mengubah limbah tersebut menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.Â
Dengan bermodal gadget, ibu Lia pun mencari referensi kerajinan dari limbah cup air mineral, sehingga tercetus lah ide lampion dari limbah cup plastik. Pembuatan lampion pun terbilang mudah, bahan yang diperlukan sangat mudah untuk ditemukan seperti limbah cup air mineral, kawat, tali, dan cat semprot.
Kemudian, dari total penjualan lampion, ibu Lia dapat menjual 5-10 lampion dalam seminggu, dengan harga Rp.50.000 - Rp.80.000 per lampion, tergantung dari ukuran.Â
Dari kegiatan produksi lampion, ibu Lia dibantu oleh ibu-ibu sekitar rumahnya dengan total tiga pegawai, yang merupakan masyarakat terdampak pandemi. Sampai sekarang kegiatan produksi oleh ibu Lia dan ibu-ibu lain nya masih terus berjalan, meski pandemi telah berangsur-angsur berhenti.
Menurutnya, kegiatan ini dapat membantu menumbuhkan pasar ekonomi kreatif baik saat pandemi maupun pasca pandemi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pengrajin lampion dari limbah cup air mineral di kota Prabumulih. Sehingga secara tak langsung ibu Lia telah membantu memulihkan perekonomian masyarakat sekitar.