Tidak terasa Pilpres 2024 akan berlangsung sebentar lagi yaitu 14 februari 2024, berbarengan dengan pemilihan legislatif yaitu DPR,DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota. Riuh pilpres 2024 semakin menggema tatkala tiga pasangan capres cawapres yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung oleh Partai Nasdem, PKB, dan PKS, Ganjar Pranowo-Mahfud Md yang diusung PDI-P, PPP, Hanura dan Perindo dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming raka yang diusung oleh Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, PBB, dan Partai Gelora secara berurutan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum.
Pilpres 2024 akan diikuti oleh 204,8 juta warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih (https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih) dan 56% diantaranya adalah generasi Z dan generasi milineal. Besarnya segmen di pemilih ini perlu kinerja ekstra penyelenggara pemilu yaitu KPU dan Bawaslu karena generasi muda ini bisa memiliki sikap antusias dan bisa juga apatis terhadap pemilu https://theconversation.com/pemilih-muda-2024-apa-saja-yang-dibutuhkan-kaum-muda-menurut-survei-211439. Selain itu jangan dilupakan juga pemilih pemula atau mereka yang baru pertama kalinya terlibat untuk memilih secara langsung. Pengalaman pertama pilihan politik akan sangat dipengaruhi juga dengan kondisi iklim politik yang stabil yang menuntut peran penting aparat pemerintah di bidang keamanan. Disisi lain tim sukses dari capres dan cawapres perlu merumuskan strategi yang tepat agar dapat menggaet suara dari generasi muda ini dan mendongkrak antusiasme mereka untuk hadir ke TPS.
Demokrasi oleh Joseph Schumpeter diejawantahkan sebagai mekanisme memilih kandidat atau politisi dalam bilik suara yang bersaing meraih suara dikenal dengan istilah one man one vote. Hal ini sering disebut sebagai demokrasi prosedural. demokrasi hanya dimaknai ketaatan terhadap norma-norma institusional prosedural bukan aspek substansial. Oleh karena itu, Pemilu adalah sarana dari demokrasi itu sendiri. Pemilu dalam kajian politik akan selalu dikaitkan dengan perilaku memilih. selama ini dikenal ada tiga pendekatan perilaku memilih yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis dan pendekatan pilihan rasional. Pendekatan sosiologis menekankan pada kesamaan etnik, sosial ekonomi, usia, jenis kelamin,agama, tradisi keluaraga, keanggotaan organisasi. Pendekatan psikologis menekankan kepada identifikasi seseorang terhadap partai tertentu (party-id), dan itu mempengaruhi sikapnya terhadap persoalan-persoalan politik. Kemudian pendekatan pilihan rasional yang menekankan bagaimana orientasi pemilih dalam menentukan sikapnya terhadap kandidat dan program. pemilih akan mengukur derajat keuntungan tertentu yang didapatnya jika memilih kandidat tertentu atau karena adanya program atau isu tertentu.
Pilpres 2024 dengan tiga calon capres dan cawapres berdasarkan hasil survei saling bersaing dan belum ada yang menyentuh 50% tingkat elektabilitasnya sehingga ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tersebut sama-sama memiliki kans untuk memenangkan pilpres. Salah satu pemilih penting dan krusial dalam setiap pemilu adalah swing voters dan undecieded voters. jumlahnya lumayan besar dalam setiap pemilu, mereka belum menentukan pilihan hingga mendekati hari h pemilu, dan para pemilih muda ataupun pemilih pemula milineal merupakan basis yang cukup signifikan dalam segmen ini. ada beberapa faktor yang pada akhirnya menentukan pilihan mereka misalnya kertarikan terhadap program yang ditawarkan, kesamaan basis identitas, atau karena tekanan lingkungan sekitar. Sedangkan mereka yang sudah tergolong pemilih loyal karena sudah memiliki kecenderungan party-id tertentu, basis sosial yang sama sudah terpolarisasi ke dalam kubu-kubu capres yang ada dalam kontestasi pilpres.
Pilpres 2024 seyogyanya perlu dirayakan dengan semarak oleh para pemilih khususnya generasi muda, dengan mencari informasi tentang program dan track record kandidat capres cawapres, dan tentunya dengan dukungan juga oleh timses capres dengan tidak melakukan politisasi identitas, black campaign, saling mencela sehingga dapat mengakibatkan keterbelahan dalam masyarakat hingga munculnya istilah cebong kampret kadrun untuk kubu-kubu tertentu dsb. Oleh karena itu pilpres dapat melahirkan presiden dan wakil presiden terbaik pengganti Presiden Jokowi tanpa ada efek terusannya setelah Pilpres berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H