Mohon tunggu...
Rahmanda Ary Adi
Rahmanda Ary Adi Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa

Manusia yang ingin berkontribusi bagi kemanusiaan Email : rahmanda17tarigan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kaum Muda dalam Pusaran Pragmatis dan Oportunis

19 Juni 2023   15:40 Diperbarui: 19 Juni 2023   15:41 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia modern hari ini yang serba cepat, membuat kita seakan tertinggal dari yang lain. Membuat kaum muda sering kali mengambil jalan yang cepat dan instan bahkan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. 

Dalam berpolitik dan membangun organisasi atau gerakan, kaummuda juga bisa kita lihat cenderung pragmatis dan oportunis, banyak sekali organisasi perjuangan dijadikan lahan mencari uang dan karir bahkan tak jarang yang memanfaatkan teman seperjuangan sendiri.

Kaum muda mulai kehilangan idealisme dan keberaniannya mempertahankan nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kesetaraan. Tak jarang kini anak muda dalam membangun wadah atau organisasi perjuangan masih mengandalkan proposal dan donatur.

Saya teringat apa yang dikatakan oleh bung karno "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia." Kata ini banyak sekali dipake tidak sesuai konteks dan dipelintirkan.

Bagaimana 10 pemuda yang dimaksud oleh bung karno dalam kata-kata itu? apakah yang dimaksud adalah pemuda yang pragmatis dan oportunis?

Saya pikir bukan itu yang dimaksud, kalau kita telisik ke dalam sejarah, para pendiri bangsa kita merupakan pemuda-pemuda yang penuh idealisme yang tinggi mereka mampu menjaga nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kesetaraan. 

Mereka mampu keluar dari pusaran pragmatis dan oportunis, mereka mampu mengabdikan diri untuk kepentingan orang banyak terutama saat itu mampu melawan penjajahan yang dilakukan oleh kolonialisme.

Dalam tradisi membangun organisasi atau wadah perjuangan, anak muda kini kehilangan nyawa, mereka tak mampu berdikari dan mandiri, bersedia melewati dinamika dan proses yang panjang dengan memanfaatkan uang, waktu dan pikiran mereka sendiri.

Kaum muda sekarang dalam membangun alat perjuangannya masih mengandalkan donatur dan proposal, ini yang membuat mereka tidak pada jalannya, mereka di dikte oleh mereka yang punya uang untuk kepentingan yang lain. Tradisi ini bisa menggerus semangat perjuangan, bahwa organisasi perjuangan yang kuat harus di bangun oleh anak muda itu sendiri dengan hasil keringatnya.

Berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk perjuangan kita, itu sama saja dengan kita memperjuangkan nasib kita sendiri. Kita telah lama diwarisi tradisi keuangan organisasi yang tidak sehat.

Kaum muda yang berani berjuang dalam arena politik, harus bersedia berdedikasi penuh terhadap apa yang diperjuangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun