Mohon tunggu...
Rahmanda Ary Adi
Rahmanda Ary Adi Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa

Manusia yang ingin berkontribusi bagi kemanusiaan Email : rahmanda17tarigan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suatu Malam di Pekanbaru

4 Juni 2022   00:14 Diperbarui: 4 Juni 2022   00:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama kali saya memijakkan kaki di Kota Pekanbaru, membuat saya penasaran akan kota ini.

Di malam hari saya memberanikan diri untuk berjalan-jalan mengitari kota Pekanbaru, saya ingin melihat sesuatu yang berbeda.

Gedung-gedung, mall yang ramai akan pengunjung, di tepi-tepi jalan ramai dengan muda-mudi, saya kelilingi tapi satu yang menjadi sorotan saya. Ketika itu saya berhenti sejenak di tepi.

Saya melihat seorang bapak yang sedang duduk murung di kursi trotoar, saya mencoba menghampiri dan duduk disebelahnya.

Kesempatan saya bertanya dan berbicara tentang kehidupan di Pekanbaru. Ternyata bapak ini sudah lama tinggal di kursi trotoar, hidup tanpa tempat tinggal.

Dibalik kemewahan dan kemegahan di Kota ternyata banyak orang-orang yang terlantar. Suatu hal yang kadang dianggap biasa padahal menyimpang segudang permasalahan sosial.

Saya sempat bertanya tentang kehidupan dengan bapak tersebut. Saya bertanya tentang bagaimana bapak memandang hidup ini?

bapak tersebut hanya terdiam dan seakan menyimpan resah dan gelisah.

Saya bertanya lagi, apakah bapak bahagia?

bapak tersebut menjawab dengan tegas, tidak ada kebahagiaan, kita setiap pagi, siang dan malam harus berpikir untuk cari makan, pikiran kita kacau.

Sungguh miris! melihat fenomena dan realitas kehidupan kita hari-hari ini. Sangat kontras di satu sisi si kaya di manjakan dengan kemewahan sementara si miskin ditampar oleh derita.

Saya jadi teringat lirik lagu iwan fals "kau tampar siapa saja saudaraku yang lemah, manjakan mereka yang hidup dalam kemewahan".

Kisah bapak di atas hanya satu dari sekian banyak orang-orang terlantar, yang tidak dipedulikan dan diperhatikan.

Terlalu banyak anggapan dangkal yang mengatakan kemiskinan itu datang karena kemalasan. itu hanya omong kosong belaka.

Justru mereka yang terpinggirkan inilah yang paling rajin mereka pagi, siang dan malam harus mencari uang demi sesuap nasi.

Hari-hari ini kita menganggap kemiskinan malah menjadi sebuah hal yang biasa, kemiskinan hanya menjadi tontonan belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun