Mohon tunggu...
Rahmanda Amelia Agustin
Rahmanda Amelia Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kesehatan masyarakat

Kesehatan masyarakat universitas Muhammadiyah Aceh

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kapankah Sampah Musnah dari Tanah Airku Ini?

6 April 2022   21:22 Diperbarui: 6 April 2022   21:39 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu masalah besar di Indonesia adalah masalah kebersihan lingkungan. Lingkungan jadi kotor karena banyaknya terdapat sampah di lingkungan dan perilaku manusia yang kurang baik, tidak memperhatikan dan tidak peduli terhadap lingkungannya. 

Kebersihan lingkungan menjadi salah satu tolak ukur kualitas hidup masyarakat. Kasus-kasus mengenai penyakit yang di sebabkan oleh perilaku manusia yang tidak bersih  setiap tahun semakin meningkat. Dan sampah merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya masalah kebersihan.

Sampah adalah material sisa yang tidak diharapkan setelah berakhirnya suatu proses penggunaan. Sampah banyak berasal dari rumah tangga dan industri, sampah terbagi dua yaitu sampah organik dan anorganik, sampah juga bersifat padat. Sampah menjadi banyak karena banyaknya manusia yang memakai barang atau bahan untuk proses tertentu. 

Banyak masyarakat Indonesia yang menganggap sepele tentang sampah, sedangkan sampah adalah masalah kesehatan yang sangat beresiko bagi kesehatan. Sampah dapat mengundang banyak bermacam vektor pembawa berbagai penyakit, seperti lalat, kecoa, tikus,dan nyamuk.

Ada beberapa manusia menggunakan cara pemusnahkan sampah yang sangat salah, seperti masyarakat yang tinggal didekat sungai mereka membuang sampah di sungai, masyarakat yang tinggal di pinggir laut mereka membuang sampah kelaut, masyarakat yang tinggal di dekat hutan mereka membuang sampah kehutan, dan ada juga masyarakat yang membakar sampah.


Perilaku masyarakat Aceh yang kurang baik dan tidak bertanggung jawab terhadap sampah ini dapat menimbulkan masalah kesehatan dan dapat merusak lingkungan. 

Jika manusia lebih mementingkan dan mengutamakan kepentingan pribadinya, dan kurang atau tidak mementingkan kepentingan umum atau kepentingan bersama, maka dapat dikatakan bahwa daya dukung manusia terhadap lingkungan alam semakin sangat kurang dan dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan lingkungan yang tidak dapat terhindari lagi.

Banyak masyarakat Aceh yang masih menganggap bahwa sungai merupakan halaman belakang yang dipandang sebagai wadah pembuangan sampah. Oleh karena itu, hal ini dapat menunjang orang kesehatan masyarakat merubah pola pikir masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai halaman depan yang harus dijaga, dibersihkan, dan dipelihara. 

Masyarakat sering membuang sampah kesungai sedangkan mereka sendiri menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan ada masyarakat yang menggunakan air sungai untuk memasak. Dan yang menjadi masalah lagi masyarakat juga BAB dan BAK di sungai. Hal inilah yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berkembang.

Sampah yang dibuang kesungai akan mengakibatkan sedimen sehingga sungai menjadi dangkal, kadar total suspended solid (semua zat padat, seperti pasir, lumpur, dan tanah liat) meningkat dan dissolve oksigen (jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara) menurun. 

Sampah organik yang di buang kesungai akan terurai di dalam air dan akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, dan mengeluarkan bau busuk. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap makhluk hidup yang ada didalam sungai seperti ikan dan makhluk hidup lainnya, dari segi rantai makanan dan ekosistem yang tercemar dan terganggu. Sehingga kehidupan makhluk hidup yang tinggal di sungai terganggu dan terancam dan dapat mengakibatkan mereka mati dan musnah.

Dan sampah yang di buang kesungai juga dapat menyumbat aliran air sungai, sehingga dapat menimbulkan banjir dan akan memberikan dampak terhadap fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, dan lain-lain. Hal ini juga berdampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tersebut, dan akan mempermudah penyakit berkembangbiak seperti diare, kolera, tifus, jamur kulit, kurap, dan penyakit yang menyebar melalui makanan seperti penyakit yang di jangkit oleh cacing pita.

Laut merupakan salah satu ekosistem perairan yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelestarian ekosistem yang disalah gunakan sebagai penampungan akhir dari segala jenis limbah atau zat sisa yang dihasilkan dari aktivitas manusia. 

Manusia sering menganggap bahwa laut adalah wadah tempat pembuanggan sampah, namun manusia sering mengabaikan hal ini karena manusia berfikir bahwa laut memiliki volume yang sangat besar,memiliki kemampuan untuk menguraikan segala jenis zat dan tidak menimbukan dampak apapun. 

Tanpa disadari sampah yang dibuang kelaut itu dapat mempengaruhi pertumbuhan bunga kerang, mengganggu dan mencemari rantai makanan ikan-ikan, dan dapat merusak habitat makhluk hidup yang tinggal di laut. 

Jika rantai makanan ikan sudah terganggu, maka ikan tidak makan dan mereka akan mati, sehingga para nelayan sulit untuk mendapatkan ikan. Jadi, jika manusia menjaga, merawat dan mempelihara ekosistem laut maka ekonomi manusia juga dapat terbantu terutama bagi nelayan.

Hutan dapat tercemar karena adanya penebangan pohon yang berlebihan, pembuangan sampah sembarangan kehutan, dan konversi hutan menjadi bentuk lahan yang tidak sesuai fungsinya. Kebersihan hutan sering diabaikan oleh manusia, manusia yang tinggal didekat hutan sering membuang sampahnya kehutan. 

Tanpa disadari membuang sampah kehutan akan mengganggu ekosistem dan mengganggu/tercemar kehidupan dan habitat makhluk hidup yang tinggal di hutan. 

Jika habitat mereka terganggu dan tercemar maka makhluk hidup yang tinggal di hutan akan menjadi liar, akan keluar dari hutan dan mengganggu penduduk di sekitar hutan, karena mereka merasa terancam. Jadi manusia juga harus memperhatikan dan menjaga kebersihan hutan dan melindungi hutan agar makhluk hidup yang tinggal didalam hutan hidup dengan aman dan tidak menjadi liar.

Banyak juga manusia memusnahkan sampah dengan cara membakarnya, mereka tidak tahu bahwasannya membakar sampah dapat menimbulkan kabut asap yang tebal dan dapat mengurangi jarak pandangan, mengganggu sistem pernapasan anak-anak dan orang tua, dapat menyebarkan senyawa merkuri di udara,air, dan tanah merkuri dapat membunuh tumbuhan dan biota laut, dan dapat memperburuk keadaan orang yang memeliki riwayat gangguan pernapasan.

Dengan adanya masalah-masalah tersebut pemerintah aceh membuat kebijakan tentang penanggulangan sampah. Dibeberapa daerah yang saya temui di aceh, setiap rumah masyarakat sudah ada terdapat tempat sampah yang diberikan pemerintah aceh secara gratis kepada masyarakat dari dana APBA. 

Kebijakan pemerintah aceh lainnya yaitu seperti yang terjadi di Blang Bintang Aceh Besar, pemerintah aceh melakukan pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah yang berasal dari kota Banda Aceh itu nantinya akan dikelola secara modern dan ramah lingkungan sehingga dapat menjadi sumber bahan bakar atau energi terbaru. 

Kebijakan ini sudah ditanda tangani oleh PT.Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk, dan telah menciptakan kerjasama untuk memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar untuk operasional pabrik semen PT. Akan tetapi, masih ada juga masyarakat yang membuang sampah sembarangan seperti membuang kesungai dan kelaut, dan ada juga yang membakarnya. 

Dari yang saya lihat dapat saya ambil kesimpulan bahwa kenapa masyarakat masih saja berperilaku seperti itu karena kemungkinan besar masyarakat tidak mau membayar iuran sampah setiap bulannya. Telah banyak cara pemerintah Aceh untuk mengatasi masalah sampah ini tetapi banyak yang gagal, sehingga pemerintah Aceh membuat program baru yaitu Bank sampah WPC.

Pada program ini masyarakat akan menabung/menyetor sampah di bank sampah, setelah memenuhi jumlah yang sudah di tentukan sampah dapat ditukarkan dengan sembako,uang, pulsa listrik, dan lain-lain. 

Pada tahun 2020, ada 13 gampong di Aceh yang telah menjalankan program Bank sampah WCP ini dan berhasil mengumpulkan sampah sebnayak 10.478 kg.  Akan tetapi program ini juga tidak berjalan dengan lancar dan sekarang program ini dibeberapa gampong sudah tidak berjalan lagi. Kemungkinan besar masyarakat sudah bosan dan lelah untuk mengumpulkan sampah tersebut yang hanya dibayar dengan uang yang sedikit. Oleh karena itu masyarakat tidak mau lagi mengumpulkan sampah dan tidak menyetornya keBank sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun