Mohon tunggu...
Rahman karim
Rahman karim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Ilmu Komunikasi Unand

saya adalah orang yang suka akan inovasi, mendalami hal-hal baru yang menyangkut dengan perubahan dan informasi baru yang menggelitik menjadi daya tarik saya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panggung Pertarungan Ideologi dan Konsumerisme

28 Oktober 2024   13:41 Diperbarui: 28 Oktober 2024   13:48 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media massa, dulu hanya sekadar jendela dunia, kini telah menjelma menjadi cermin raksasa yang merefleksikan segala aspek kehidupan kita. Ia tak hanya sekadar penyampai informasi, tetapi juga pembentuk opini, penggerak massa, dan bahkan penentu arah peradaban. Namun, di balik gemerlapnya dunia media, tersimpan berbagai persoalan kompleks yang kerap kali luput dari perhatian.

Salah satu kritik paling tajam terhadap media massa adalah perannya sebagai alat propaganda bagi kelompok penguasa. Dengan mengontrol arus informasi, media dapat membentuk persepsi publik sesuai dengan kepentingan mereka. Fenomena ini semakin menguat dengan munculnya media sosial yang memungkinkan manipulasi opini publik secara lebih masif.

Media massa seringkali dituduh sebagai instrumen borjuasi. Dengan menggembar-gemborkan nilai-nilai konsumerisme, media menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru yang tak kunjung habis. Masyarakat kemudian terjebak dalam siklus produksi dan konsumsi yang tak berujung, mengabaikan nilai-nilai luhur seperti solidaritas dan keadilan sosial.

Dikutip dari sebuah artikel tulisan nuri yang diterbitkan di ejornal.yasin-alsys.org perkembangan media juga mencapai post-modernisme yang muncul sebagai bentuk kritisi dari modernism yang dianggap telah gagal dalam mengangkaat derajat manusia, dengan menggunakan paradigma critical legal studies 

Dalam konteks post-modernisme, media massa semakin berperan sentral dalam membentuk identitas individu dan masyarakat. Era postmodern ditandai dengan fragmentasi nilai, hilangnya ketetapan yang sudah ditetapkan sebelumnya menjadi sesuatu yang universal, dan dominasi budaya visual. Media massa, dengan segala daya tariknya, berhasil menciptakan realitas baru yang seringkali mengaburkan batas antara yang nyata dan yang maya.

Dikutip langsung dari situs APJII Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023. yang membuktikan pengguna media massa indonesia naik secara signifikan dalam satu tahun.

Munculnya media sosial semakin memperumit lanskap media. Platform-platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram telah mengubah cara kita berkomunikasi dan mengonsumsi informasi. Di satu sisi, media sosial memungkinkan setiap orang untuk menjadi produsen konten dan berbagi informasi secara bebas. Namun, di sisi lain, media sosial juga menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi opini.

Algoritma yang digunakan oleh platform media sosial dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna. Akibatnya, konten yang bersifat sensasional, kontroversial, dan polarisatif cenderung lebih banyak dilihat dan dibagikan. Hal ini memperkuat polarisasi opini dan menghambat dialog yang konstruktif.

uniknya sesuai dengan apa yang disampaikan Dr. Fanny lesmana bahwa "bad news is a good news" untuk media massa. yang dituliskan nya dalam sebuah tulisan yang diungah dari "Indonesia Risk Management Professional Association" yang biasanya persoalan buruk merupakan hal yang dinantikan masyarakat untuk didalami.

bahakan kominfo sudah lama berusaha dengan menutup dan memblokir situs situs terlarang yang menimbulkan kekacauan. dikutip dari CNN Indonesia Kemkominfo juga selama tahun 2016 sudah memblokir 773 ribu situs berdasar pada 10 kelompok yang mengunggah hoaks dan konten tidak layak.

Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam demokrasi. Ia berfungsi sebagai pengawas kekuasaan, forum diskusi publik, dan penyebar informasi. Namun, ketika media dikendalikan oleh segelintir kelompok, maka demokrasi akan terancam. Informasi yang disajikan menjadi bias, dan ruang publik menjadi terpolarisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun