Pentingnya Penerapan Perilaku Prososial dalam Hidup Bermasyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang dicimpatakn Tuhan paling sempurna. Akan tetapi manusia diciptakan tidak bisa hidup sendiri, karena manusia merupakan makhluk social yang memerlukan interaksi antar manusia atau dengan individu lain dan hidup berdampingan dan saling membutuhkana. "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing" kalimat ini menggambarkan masyarakat yang ada di Indonesia, kalimat ini memiliki arti segala sesuatu baik itu duka maupun suka akan ditanggung bersama, dan segala sesuatu jika dilakukan dengan gotong royong pasti akan lebih cepat selesai dan tidak mudah merasa lelah.Â
Orang-orang Indonesia sangat identik dengan peribahasa ini, bahkan tidak hanya orang Indonesia yang mengakuinya namun banyak orang luar negeri yang tinggal di Indonesia juga telah mengakui pernyataan tersebut, bahwa orang Indonesia senang menolong, suka gotong royong dan juga sangat ramah. Melalui penerapan peribahasa ini dapat menghasilkan masyarakat yang rukun, hidup damai, tentram, aman dan dapat produktif bersama. Pernyataan ini sesuai dengan manfaat prososial menurut (Eisenberg & Miller,1987).
Apa itu prososial?
Menurut Eisenberg & Miller, dalam buku Encyclopedia of Geropsychology bab Altruism and Prosocial Behavior, Prososial adalah suatu tindakan atau perilaku manusia dengan disengaja atau secara sukarela (menolong) untuk menguntungkan manusia lain tanpa memikirkan diri sendiri. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa prososial merupakan tindakan-tindakan seseorang dalam membantu orang lain tanpa memikirkan keuntungan maupun bahaya yang akan dihadapi bagi dirinya, atau bisa disebut juga dengan symbiosis komensalisme.Â
Kembali membahas manusia, sesuai engan pernyataan yang tertulis di atas bahwa mausia itu merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan pertolongan dari manusia lain dan sebagai makhluk sosial manusia akan selalu saling berinteraksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, (Akbar & Listiara, 2012).Â
Berasrkan kebutuhan bersosial manusia adalah saling membantu dan gotong royong maka dari itu sudah seharusnya setiap manusia atau individu dalam masyarakat memiliki sifat atau sikap prososial dalam dirinya. Sikap atau perilaku prososial ini bertujuan untuk memberikan kemudahan, keuntungan, ataupun kesejahteraan untuk individu lain supaya suatu hubungan antar individu dalam masyarakat menjadi selaras dan harmonis.Â
Lalu sejak kapan setiap individu perlu menumbuhkan perilaku prososial dalam dirinya? Tentu harus ditumbuhkan sejak masa sedini mungkin hingga dewasa. Semakin bertambah usia manusia maka juga semakin berkembang kematangan sosialnya serta manusia sudah dapat lebih bertanggung jawab. Manusia itu terkadang memerlukan pengakuan dalam sesamanya.Â
Untuk mendapat pengakuan tersebut manusia dapat melakukan perilaku prososial. Walaupun pad dasarnya perilaku prososial adalah perilaku positif dalam membantu pihak lain tanpa adanya harapan dampak baik pada dirinya sendiri. Akan tetapi sebenarnya Sebagian orang akan tetap menginginkan perilakunya itu dibalas atau dihargai. Contoh seperti ingin an mengharapkan untuk diberi pengakuan atau diakui agar dapat menunjukkan esensi dirinya pada orang lain.Â
Sikap prososial yang seperti ini masih termasuk sikap yang positif, karena dijaman sekarang tidak dapat  di pungkiri bahwa banyak orang-orang yang acuh dengan orang lain atau individu lin, banyak orang hidup secara individu, terutama banyak yang dapat kita temui di daerah perkotaan, kebanyakan orang sibuk dengan dirinya sendiri, mementingkan diri sendiri, dan menghiraukan orang lain walaupun dirinya tau dengan benar bahwa orang lain itu sedang kesusahan.Â
Hal ini menunjukkan bahwa paa zaman sekarang dengan semakin berkembangnya teknologi dan sebagainnya mempengaruhi masyarakat Indonesia, karena menganggap apapun bisa dilakukan dengan bantuan teknologi zaman sekarang yang semakin canggih. Sehingga penerapan peribahasa "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing" dalam negara Indonesia ini menjadi semakin berkurang.Â
Berdasarkan keadaan pada zaman sekarang ini, peran orang tua sangat penting untuk me wujudkan Kembali generasi-generasi prososial di Indonesia dengan cara mengenalkan dan membiasakan pada anak sejak usia dini, mengenai pentingnya memiliki sikap, sifat, dan perilaku prososial.Â
Langkah awal bagi orang tua untuk mengenalkan dan membiasakan anaknya untuk berpeilaku prososial adalah dengan melatih atau menstimulus kecerdasan emosi anak. apa hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku prososial?
Menurut beberapa artikel yang telah saya baca, salah satunya adalah artikel ilmiah yang berjudul hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku prososial oleh Kristina Putri Wira 2018, menyatakan bahwa kecerdasan emosi dan perilaku prososial itu saling berhubungan karena kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi dengan baik dan dapat mengubah perasaan menjadi selalu positif, sehingga tidak terbelenggu dengan perasan negative dan akhirnya mampu untuk melihat dan memberikan perhatian terhdap lingkungan sekitarnya yang mungkin sedang membutuhkan pertolongan.Â
Orang yang telah mampu mengendalikan emosi berarti orang tersebut sudah matang dalam kecerdasan emosinya, maka semakin matang, semakin tinggi kecerdasan emosinya maka seseorang tersebut juga akan semakin baik dalam berperilaku prososialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H