"Rata - rata disini kalau sehari shift 6 jam itu sekitar 800 kendaraan dan saya harus bagi hasil sama pengelola disini. Ya bersihnya cuman dapat 80 ribu sehari. Bayangin aja kalau pake sistem QRIS saya ribet kesana kemari nerima duit parkir, malah habis waktu buat ngeladenin satu pengunjung aja" dirinya menambahkan.
Menurut Iyan, sistem ini dapat memperkecil jatah bagi hasil pada juru parkir walaupun masih diberlakukannya sistem pembayaran lama dengan tiket. dengan adanya sistem QRIS, juru parkir akan lebih sulit dalam menyesuaikan pengunjung karena membutuhkan waktu yang lebih lama. Bahkan, kebijakan ini dapat meningkatkan potensi pengunjung yang kabur.
Sistem pembayaran parkir menggunakan metode QR tentu dapat sangat riskan untuk disalahgunakan. Seperti yang kita tahu, bahwa kode QR dapat dibuat dan ditiru oleh siapa saja dengan mudah sehingga memungkinkan oknum liar mencantumkan kode QR pada rekening pribadi. Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan besar terhadap kebijakan yang diterapkan terkait sistem pembayaran, pasalnya tak ada perbedaan yang signifikan antara sistem lama berbasis teknologi tiket dengan sistem baru.
Pemerintah juga harus dapat melihat dengan teliti, apakah warga Kota Bandung sudah siap dalam penerapan sistem pembayaran non tunai baik dari sisi material maupun psikologi.
Harapannya, dengan diterapkan uji coba terhadap sistem baru ini dapat menjadi pertimbangan matang dalam memutuskan kebijakan tetap pada bulan depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H