COVID-19 atau Corona Virus yang saat ini tengah menjadi suatu fenomena menggemparkan bagi seluruh dunia. COVID-19 sendiri adalah wabah penyakit menular yang disebabkan oleh virus serve acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. Penularan virus ini dapat terjadi:
Tidak sengaja menghirup percikan ludah yang keluar saat penederita COVID-19 sedang batuk ataupun bersin.
Memegang area wajah yaitu mata, hidup atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah keluar dari rumah yang kemungkinan di sekitarnya ada penderita COVID-19.
Kontak langsung jarak dekat (kurag dari 2 m) dengan penderita COVID-19 tanpa menggunakan masker.
CDC dan WHO menyatakan bahwa COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel zat udara).
Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumut, jumlah pasien positif COVID-19 di Sumut bertambah 17 orang dari sebelumnya 294 pasien menjadi 311 orang.
Berdasarkan jumlah itu, korban meninggal dunia sebanyak 33 orang. Untuk pasien yang dinyatakan sembuh juga mengalami peningkatan dari jumlah kesembuhan sebelumnya 102 orang bertambah menjadi 108 orang. Selebihnya, masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit yang menangani pasien terkait COVID-19.
Sementara kategori pasien dalam pengawasan (PDP), mengalami penurunan dari 185 orang menjadi 178 orang. Orang dalam pemantauan (ODP), saat ini berjumlah 401 orang, menurun dari data sebelumnya sebanyak 433 orang.
Whiko mengatakan, ada empat kabupaten maupun kota di Sumut yang masuk dalam kategori zona merah. Ini meliputi Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun.
"Ditetapkan sebagai zona merah karena lebih dari 5 kasus positif corona di daerah tersebut. Kota Medan tertinggi karena lebih dari 18 kasus positif," katanya.
Dengan adanya data diatas menjelaskan bahwa kasus COVID-19 di Medan sendiri justru meningkat, mengingat bahwa masyarakat Medan sendiri kurang menyadari dan mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Jangan keluar rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun, mengambil jarak, tidak melakukan kerumunan massa dan harus menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah," ujar Whiko.
Menurut saya sebagai penulis dan warga Medan sepertinya “New Normal” tidak bisa diterapkan karena masyarakat saja terlalu tidak perduli pada kesehatannya sendiri. Seperti tidak memakai masker ketika bepergian keluar rumah, jika ditanya malah alasannya seperti menyepelekan COVID-19 itu sendiri. Belum lagi bagi anak muda yang sekarang sudah bekumpul-kumpul untuk nongkrong, cenderung membuat “New Normal” jadi sangat beresiko jika diterapkan di kota Medan ini. Jadi untuk saat ini sepertinya lebih baik bagi masyarakat Medan untuk tetap melakukan aktivitas dari rumah, agar kita bisa sama-sama memutus rantai penyebaran virus ini. Dimulai dari diri kita sendiri. Dari kita, untuk kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H