Pekerjaan anak-anak sering dilihat sebagai salah satu cara untuk menjaga atau bahkan meningkatkan reputasi keluarga di mata masyarakat. Hal ini tergambar dalam film Ngeri Ngeri Sedap, ayah nya sangat membangga-banggakan Gabe yang mempunya gelar sarjana hukum.Â
Kebanyakan orang tua Batak menuntut anaknya untuk mengambil jurusan Hukum, dikarenakan gelar sarjana hukum sering dianggap sebagai pencapaian intelektual yang tidak hanya mengangkat nama individu, tetapi juga keluarga besar.Â
Sehingga gelar sarjana hukum dianggap sebagai bukti nyata bahwa orang tua telah berhasil mendidik anaknya hingga mencapai posisi yang dihormati dan bisa memenuhi tugas mereka dalam memberikan pendidikan yang berkualitas hingga menjadikan mereka memiliki status sosial yang tinggi. Selain sebagai simbol status, profesi hukum dianggap memberikan jaminan dan peluang karir yang bergengsi.Â
Orang tua Batak meyakini bahwa lulusan hukum memiliki jaminan kesuksesan finansial, dalam pekerjaan di sektor publik, swasta, maupun sebagai pengacara. Bagi kebanyakan orang tua, profesi ini menjanjikan jalan yang pasti menuju keberhasilan. Namun, ekspektasi ini sering kali berujung pada tekanan yang dirasakan anak-anak.
 Banyak dari mereka yang merasa harus memenuhi harapan tersebut, meskipun minat dan bakatnya berada di bidang lain. Terbukti dalam film Ngeri Ngeri Sedap, Gabe memiliki gelar sarjana hukum namun memilih bekerja sebagai pelawak sehingga menimbulkan ketegangan antara ayah dan anak tersebut.Â
Ayah nya menuntut Gabe untuk bekerja sebagai jaksa, namun Gabe merasa menjadi pelawak adalah passion nya. Ayahnya melakukan tuntutan tersebut karena beranggapan bahwa menjadi pelawak bukan pekerjaan yang terjamin, menjadi pelawak dianggap mempermalukan keluarga karena memiliki status sosial yang rendah.
 Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa orang tua dalam film Ngeri Ngeri Sedap bersikeras untuk mengatur kehidupan anak-anak mereka, termasuk dalam hal pekerjaan. Orang tua memegang otoritas menentukan masa depan anak-anak mereka, seperti menegaskan bahwa profesi yang dianggap tidak bermartabat tidak akan memberikan anak itu tempat istimewa di keluarga atau warisan budaya yang dipegang teguh.Â
Dalam kasus anak bungsu, pemberian warisan menunjukkan bahwa Anak bungsu dalam keluarga Batak sebagai penerima warisan terbanyak dengan syarat harus menjaga orang tua di hari tua nya.Â
Dalam film Ngeri Ngeri Sedap, Sahat merupakan anak bungsu dan diwariskan rumah mereka yang berada di Medan, namun Sahat mempunyai pekerjaan di Jogja dan tidak mau meninggalkan pekerjaan tersebut.Â
Hal ini berakibat Sahat tidak bisa mengurus orang tua dan tidak mendapat warisan berupa rumah tersebut. Warisan yang seharusnya menjadi simbol penyatuan keluarga, malah menjadi sumber ketegangan yang secara tidak langsung memaksa setiap anak untuk terikat dengan tradisi dan orang tua.Â
Secara tidak langsung film Ngeri Ngeri Sedap menunjukan seberapa besar kekuasaan seorang ayah terhadap anak nya yang dapat menciptakan ketegangan dalam keluarga. Posisi dimana anak-anak merasa terjebak di antara menghormati orang tua dan mengejar kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka sendiri.Â