Dalam setiap keluarga, terutama yang berasal dari tradisi yang kental seperti keluarga Batak pasti memiliki komitmen adat yang kuat. Dalam tradisi masyarakat Batak, kepala keluarga biasanya seorang ayah dalam keluarga memiliki otoritas yang sangat besar.Â
Ayah dianggap sebagai figur yang harus dihormati dan diikuti, bahkan hingga anak-anak sudah dewasa. Kekuasaan ayah sebagai kepala keluarga tidak hanya terbatas pada keputusan sehari-hari, tetapi juga termasuk ke dalam hal yang mendasar seperti penentuan masa depan anak-anak, hubungan keluarga, dan pelestarian tradisi.Â
Dalam film Ngeri Ngeri Sedap terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari Pak Domu, Mak Domu, Domu, Sarma, Gabe dan Sahat. Film ini bercerita tentang kerinduan Mak Domu terhadap ketiga putranya yang merantau ke Pulau Jawa dan sudah lebih dari tiga tahun tidak pulang.Â
Selain itu, Pak Domu juga ingin ketiga putranya melakukan apa yang diinginkannya. Namun ketiganya menolak keinginan Pak Domu karena ingin memutuskan hidup sesuai keinginannya. Secara tidak langsung film ini menggambarkan konflik antara rasa hormat kepada orang tua dan keinginan anak-anak untuk bebas menentukan jalan hidup mereka.Â
Ayah dalam film Ngeri Ngeri Sedap menjadikan perannya untuk mempengaruhi keputusan anak-anak, seperti memilihkan calon pasangan. Dalam film ini, Domu dan Sarma mempunyai pasangan dari berbeda suku, namun ayah nya menginginkan anak nya untuk mempunyai pasangan sesama suku Batak. Hal ini dikarenakan menikah dengan  sesama Batak  merupakan salah  satu  tradisi  yang terbentuk dengan sendirinya dan terjadi secara turun temurun.Â
Selain itu, beberapa ayah beranggapan bahwa menikah dengan sesama Batak dapat menjaga adat istiadat tetap ada sehingga tidak akan hilang di zaman modernisasi. Sebaliknya, akan  berbeda ketika  menikah  dengan adat  selain  Batak dimana harus  terlebih  dulu  banyak  belajar  dan beradaptasi terhadap adat dan budaya Batak.Â
Namun dalam film tersebut, Domu tetap memilih menikah dengan perempuan suku selain batak karena sebenarnya adat istiadat dan tradisi itu bisa diajarkan seiring berjalan waktu sehingga adat istiadat Batak tidak akan punah.
 Berbanding terbalik dengan Sarma yang memilih mengikuti kemauan ayahnya untuk tidak memiliki pasangan selain suku Batak. Hal ini terjadi karena anak perempuan biasanya akan patuh dengan perintah ayahnya karena melihat perilaku ibu nya yang terbiasa patuh terhadap kepala keluarga.Â
Sikap patuh tersebut terbawa hingga ranah menentukan karir dan pekerjaan, Sarma mengikuti kemauan ayah nya untuk menjadi seorang PNS dibandingkan mengikuti cita-cita nya menjadi seorang chef. Hal ini karena orang tua Batak beranggapan bahwa PNS "sebagai "pilihan yang benar" untuk masa depan yang lebih mapan dan terjamin.Â
PNS dianggap sebagai pilihan terjamin karena memberikan gaji yang tetap, tunjangan dan beberapa fasilitas lainnya. Selain itu, PNS juga tidak hanya dipandang sebagai pekerjaan, tetapi juga sebagai simbol kehormatan.Â
PNS juga tidak hanya dipandang sebagai pekerjaan tetapi juga sebagai simbol kehormatan. Seperti yang kita ketahui bahwa suku Batak sangat menjunjung tinggi kehormatan dan status sosial. Pekerjaan bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga status sosial.Â