Mohon tunggu...
Rahmah DianPutri
Rahmah DianPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Education is important especially for woman

Usaha dan doa tidak akan berakhir sia-sia, melainkan berbuah bahagia. - Rahmah Dian Putri -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemikiran Primitif

23 Agustus 2021   15:30 Diperbarui: 23 Agustus 2021   15:59 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/43PNo7m

Kemerdekaan memang suatu hal sulit untuk diraih. Seperti halnya Nusantara yang harus merasakan pahitnya dijajah hingga ratusan tahun sebelum akhirnya meraih kemerdekaan. Bukan hanya perkara takdir bahwa "Nusantara akan merdeka pada waktunya," tetapi juga ikhtiar dari para pejuang untuk mencapai apa yang memang harusnya dicapai.

Kemerdekaan sebuah pemikiran sama sulitnya untuk diraih (sulit bukan berarti tidak bisa). Terbukti bahwa meski sekarang banyak sekali yang mengampanyekan tentang open minded, tapi nyatanya?

Masih banyak orang yang mengganggap bahwa perbedaan pendapat adalah bentuk penghianatan. Tak terhingga orang-orang yang menyakiti perasaan orang lain lalu berkata "baperan!" alih-alih "maaf." 

Lalu, sedikit ditemukan orang yang menghargai usaha, cara, dan pencapaian orang lain. "Alaah.. itu mah gampang'" " kok gitu sih caranya," " wajar sih dia menang, saingannya cuma sedikit." Atau perkara pilihan, rasa masakan, hingga penampilan. "pasti membosankan pacaran sama anak organisasi," "masakanmu kemanisan, ga, sih?" atau "norak banget sih pake baju batik ke mall," dan yang lainnya.

Betapa tidak merdekanya pemikiran-pemikiran orang semacam itu, sehingga julukan yang pantas untuk mereka adalah "Primitif." (Harusnya di-Capslock dan pakai tanda seru supaya seru).

Tata krama, sopan santun, dan toleransi bukan sesuatu yang hanya bisa diperoleh dari pendidikan formal. Belajar bisa melalui apa pun, di mana pun, dan kapan pun. Terlebih di era yang serba canggih seperti sekarang ini. Berbagai macam ilmu bisa diakses hanya dengan sekali sentuh (karena mayoritas menggunakan gawai layar sentuh).

Berangkat dari perkataan seseorang sehingga aku menuliskan ini. Ia berkata "Dari dulu kayaknya gitu-gitu aja sih, ga ada berubahnya, cuma tambah lipstick doang, coba pake skincare, deh." Ketika itu rasanya ada bom yang meledak dalam dada. 

Tapi sekarang, yaaa, masa bodo. Hi-hi. Karena dalam pikiranku "ngapain dengerin omongan orang primitif, sebagai manusia merdeka aku yang harus bisa mengerti." 

Benar kata Mark Manson dalam bukunya yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat bahwa "menerima pengalaman negatif adalah pengalaman positif." Mungkin melalui itu aku belajar sabar, mungkin juga melalui itu aku memampukan diri untuk toleransi terhadap sudut pandang orang lain."

Di dunia yang sudah terang benderang dan penuh ilmu pengetahuan ini, tidak ada alasan untuk menjadi bodoh sekalipun tidak pernah sekolah atau sudah terlalu tua untuk belajar. Jadilah berpendidikan.

Ah iya! Seseorang yang melemparkan bom padaku itu adalah seseorang yang terdidik sebenarnya, ia seorang mahasiswa tapi aku begitu tidak menyangka ia masih berpikiran primitif. Artinya apa? Orang-orang seperti itu adalah bukan orang-orang yang berpendidikan. Aku merujuk pada pendapat Helen Keller bahwa "Hasil tertinggi pendidikan adalah toleransi."

Setiap orang memiliki sudut pandangnya masing-masing, menetapkan standarnya dengan segala pertimbangan, dan menyesuaikan apa-apa sesuai dengan seleranya. 

Untuk siapa pun yang membaca, that's good kalau kalian sudah sadar perihal ini sejak lama, tapi tidak ada salahnya ketika baru sadar, dan kuharap kalian menyadarkan orang-orang yang pemikiran primitif agar menjunjung tinggi toleransi dan belajar untuk mengerti orang lain. 

Tidak semua orang bisa bodo amat,  tidak semua orang bisa tegar, dan tidak semua orang bisa menjadikan seesuatu negatif menjadi positif.

Seseorang yang baru saja diledek karena menggunakan pakaian yang begitu kontras dengan warna kulitnya, kini sedang mengalami mental breakdown, sedang menyalahkan diri sendiri, dan harus mulai dari nol lagi untuk self love. Sulit? Lebih dari sulit!

Bahkan orang yang tidak pernah sekolah, ketika bisa peduli, mengerti, dan toleransi akan kusebut manusia merdeka.

Benar, dia baperan, jadi tolong jaga ucapanmu. Betul, kompetisi yang diikutinya mudah dan saingannya sedikit, tapi bukan berarti kamu lebih hebat darinya. Iya, itu caranya untuk menyelesaikan masalahnya, karena ia yang paling mengerti dirinya sendiri. 

Perihal bosan atau tidak saat berpacaran dengan anak organisasi yang sibuk rapat, konsolidasi, demo, ketika telfonan bukannya bermesaraan tapi malah diskusi, itu pilihannya dan perihal perasaan adalah standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing manusia. 

Juga, masakan yang manis itu tidak enak katamu? Mau didemo orang Jogja? Setiap manusia punya lidah dan selera yang berbeda. Terakhir, setiap kita tentunya, pasti mempersiapkan diri sebaik mungkin ketika akan keluar rumah, se-percaya dirinya. 

Entah itu dengan menggunakan eye shadow berwarna pink, mengenakan pakaian dengan warna yang mencolok, jilbab yang menabrak warna baju, atau yang lainnya. 

Sadarlah bahwa setiap orang punya pilihannya masing-masing untuk mempersiapkan diri sehingga bisa percaya diri dan menurut seleranya, apa yang dipilihnya itu bagus.

Menghargai perbedaan adalah hal yang luar biasa. Bukti bahwa kamu merdeka adalah bahwa kamu sudah bisa toleransi. Sudah saatnya keluar dari pemikiran primitif, sebab sekarang kera sudah tidak lagi berevolusi menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun