Mohon tunggu...
Rahmah DianPutri
Rahmah DianPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Education is important especially for woman

Usaha dan doa tidak akan berakhir sia-sia, melainkan berbuah bahagia. - Rahmah Dian Putri -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenapa Jokowi Menyebut Bipang Ambawang? Toleransi!

10 Mei 2021   01:09 Diperbarui: 10 Mei 2021   01:51 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entrepreneurship Project in Creative Writing

WEEK 14

Kenapa Jokowi Menyebutkan Bipang Ambawang? Toleransi!!!

Belum lama ini atau lebih tepatnya pada tanggal 5 Mei lalu, Indonesia merayakan hari Bangga Buatan Indonesia. Berkenan dengan hari BBI tersebut, melalui kanal YouTube Kementrian Perdagangan, presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya terkait dengan peringatan bangga terhadap produk lokal. Terdapat kalimat yang menjadi sorotan oleh warga nett: "Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, Siomay Bandung, empek-empek Palembang, bipang Ambawang Kalimantan, dan lain-lainnya, tinggal pesan dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah." Tepatnya pada salah satu makanan khas Kalimantan, yaitu Bipang Ambawang yang disebut oleh presiden ke tujuh tersebut dalam pidatonya. Pasalnya, bahwwa Bipang Ambawang merupakan olahan daging babi yang mana haram bagi umat muslim dan sebelumnya, Jokowi bericara terkait mudik lebaran. Oleh karena itu, hal tersebut kini menjadi perbincangan hangat karena tidak sesuai antara lebaran yang merujuk pada hari raya umat muslim dengan Bipang Ambawang yang merupakan babi panggang.

Tak heran, netizen memang kerap kali hanya mengutip satu kata atau kalimat yang menyebabkan kesalahpaham. Jika ditonton secara kesuluruhan, tepatnya pada menit yang menayangkan pidato Jokowi, maka akan dapat dipahami bahwa konteksnya bukan lebaran, melainkan peringatan hari Bangga Buatan Indonesia. Jokowi menyebutkan beberapa makanan khas Indonesia dengan tujuan mempromosikan sekaligus mengenalkan bahwa Nusantara kaya akan kuliner. Kita sama-sama mengetahui bahwa setiap daerah di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Marauke memiliki makanan khasnya. Oleh karena itu,  Jokowi menyebutkan beberapa dari sekian banyak kuliner tersebut. Penyebutan Bipang Ambawang harusnya tak menjadi persoalan, sebab kuliner khas Kalimantan tersebut merupakan buatan Indonesia. Apa pun bahan dasarnya, kita harus bangga terhadap produk-produk lokal.

Terkait pidato singkat yang disampaikan oleh Jokowi pada 5 Mei lalu, itu merupakan bentuk dari peringatan hari Bangga Buatan Indonesia. Ya, Indonesia. Dan lagi pula sudah jelas bahwa Jokowi menyebutkan Bapak/ Ibu dan Saudara-saudara yang artinya vidio beserta pidato tersebut ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya pada kelompok terentu saja. Indonesia terdiri dari bermacam suku, adat, budaya, dan agama yang mana setiap dari itu memiliki kuliner khasnya masing-masing. Apa yang disampaikan Jokowi pada vidio tersebut juga merupakan bentuk dari toleransi. Sebab, Jokowi tak hanya menyebutkan makanan dari satu daerah saja, melainkan mempromosikan berbagai makanan dari berbagai daerah pula.

Benar, tak lama lagi kita akan menyambut lebaran Idulfitri, tepatnya pada 13 Mei nanti. Dalam pidato BBI yang kini menjadi hot news tersebut, Jokowi menyebutkan terkait lebaran dan mudik lebaran. Hal tersebut yang dikaitkan dengan Bipang Ambawang. Masyarakat, tertutama warga nett menyimpulkan bahwa Bipang Ambawang tak seharusnya disebutkan karena pada kalimat sebelumnya, Jokowi menyebutkan lebaran. Namun, agaknya netizen tak begitu memperhatikan kata mudik. Mudik sendiri tak hanya berlaku untuk umat muslim, melainkan untuk seluruh warga Indonesia. Bipang Ambawang bisa dipesan oleh warga yang non muslim. Di samping itu, yang belum banyak diketahui bahwa tanggal 13 Mei tak hanya hari raya umat muslim, melainkan juga hari raya umat kristiani yaitu kenaikan Isa Al-Masih. Sehingga, memang Bipang Ambawang bukan ditujukan untuk umat muslim, tetapi untuk non-muslim yang juga libur lebaran dan umat kristiani yang akan memperingati hari raya Kenaikan Tuhan (bagi Katolik dan Protestan).

Berdasarkan analisis di atas terkait berita Jokowi dan Bipang Ambawang, dapat disimpulkan bahwa seharusnya penyebutkan kuliner khas Kalimantan oleh orang nomor satu di Indonesia itu tidak perlu di permasalahkan. Sebab, pidato tersebut disampaikan untuk memperingati hari Bangga Buatan Indonesia. Selain itu, pada kalimat yang memuat nama-nama kuliner, itu bertujuan untuk mempromosikan kuliner Nusantara yang dapat dipesan melalui online, mengingat bahwa masih dalam suasana pandemi dan larangan mudik. Pidato tersebut juga tidak hanya ditujukan untuk suatu kelompok masyarakat tertentu, melainkan untuk seluruh masyarakat Indonesia, sehingga tidak menjadi masalah jika Jokowi menyebutkan makanan yang berbahan dasar babi tersebut sebab di Indonesia terdapat banyak umat non-muslim yang bisa mengonsumsinya. Perlu diingat bahwa 13 Mei bukan hanya Idulfiti, tetapi juga ada harinya umat kristiani yaitu kenaikan Isa Al-Masih. Artinya, mereka dapat memesan makanan bernama Bipang Ambawang untuk dinikmati pada hari peringatan tersebut. Atau sederhananya, penyebutan Bipang Ambawang oleh Jokowi merupakan haknya umat non-muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun