Prolog
Pinggang terasa remuk, seharian memperhatikan tingkah manusia.
Hai cacatan hitam, entah manusia mana lagi yang ingin ku perhatikan dengan tatapan tak tertarik.
Tapi nyatanya, ada hal yang menarik tubuh jompo dengan lemaknya untuk lebih sadar dengan kacaunya hidangan penutup.
Kau yang Hobi Mengemis
Hai, pengemis
Apa perlu saya menangis?
Padahal kau lah yang mengemis
mengucap ratus janji manis
Fakta nya lihat, ini hanya basa-basi
yang akhirnya malah benar-benar basi
Hai, pengemis.
Apa belum harus meringis?
Tulang saya kini jadi alas gratis.
Epilog
Kau bisa mengasumsikan ini untuk siapapun.
Belum tentu juga yang ada dikepala ku sama dengan kau kan?
Bebas, terserah sekali lagi itu kehendakmu, tapi jangan jadi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H