Jika pada tulisan sebelumnya, kita membahas perihal 'rasa ingin tahu'. Maka di tulisan ini, kita akan menjawab pertanyaan 'bagaimana jika rasa ingin tahu itu tidak terpuaskan?'
Saat 'rasa ingin tahu' manusia tidak dapat terjawab oleh pengamatan maupun pengalamannya. Manusia secara alamiah akan memuaskan alam pikirannya tadi dengan 3 cara.
Praduga atau Menerka-nerka
Pertama, manusia akan menerka-nerka atau membuat praduga untuk mendapatkan jawaban dari rasa ingin tahunya. Benarkah ?
Mari kita buktikan dengan sebuah kisah yang beredar dikalangan masyarakat (bahkan kisah ini bertahan dalam waktu lama).
Raksasa Pemakan Bulan
Pernahkah kamu mendengar kisah tentang terjadinya Gerhana dari orang-orang terdahulu?
Dahulu kala, pernah muncul sebuah anggapan adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana terjadi.
Dan menurut kisah yang beredar di masyarakat, raksasa tersebut takut pada bunyi-bunyian, maka dengan berpegangan pada kisah yang mereka dengar.
Akhirnya masyarakat secara turun temurun memutuskan memukul benda yang dapat menghasilkan suara agar raksasa itu hilang.
Kisah hasil praduga masyarakat tadi, sekarang ini disebut dengan istilah mitos.
Dari Mitos Sampai Muncul Sebutan Legenda
Mitos dapat kita artikan sebagai pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan. Juga merupakan gabungan dari pengamatan dari pengalaman dan kepercayaan.Â
Lalu cerita atau kisah yang berdasarkan pada mitos ini disebut dengan legenda.
Perlu kita pahami bahwa Mitos yang timbul atau beredar dikalangan masyarakat dapat diterima kebenarannya karena beberapa alasan.
Mengapa Manusia Mempercayai Mitos?
- Keterbatasan proses pengindraan (penglihatan, pendengaran, penciumanan, perasa, dan peraba) juga kenyataan bahwa antara satu manusia dengan yang lainnya mengalami penafsiran yang berbeda karena tingkat  ketajaman alat indra yang berbeda pula
- Keterbatasan penciptaan bantuan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih memungkinkan mengalami kesalahan. (Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut)
- Keterbatasan penalaran manusia atau manusia itu sebenarnya hanya sekedar menghindari stress, seperti menangkan pikiran
- Dorongan untuk memenuhi hasrat keingintahuannya. Sebab manusia memerlukan alasan untuk menjelaskan sebuah kejadian yang tidak bisa ia pahami
- Keyakinan secara turun temurun (tradisi) bahkan sebuah kearifan lokal di suatu tempat.Â
- Terisolasinya sebuah masyarakat dari peradaban, kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi.
Berpikir tidak Analitis
Kedua, selain dari menggunakan praduga, manusia juga bisa saja melakukan kegiatan berpikir namun tidak secara analitis
Pemikiran Manusia yang  tidak berdasarkan pola berpikir tertentu. atau terkadang disebut juga sebagai pandangan batiniah yang serta merta tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran, tanpa penurutan pikiran.
Metode Coba-ralat
Dan yang ketiga, manusia akan melakukan 'Coba-ralat' atau trial and error. Suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan.
Dari pernyataan-pernyataan tadi. kiranya dapat menjadi jawaban bagi pertanyaan yang muncul di awal tulisan ini.Â
Bahwa terdapat beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran. Diantaranya dengan praduga, berpikir tidak analitis dan metode coba ralat.
Dan nilai plus dari tulisan ini, kita pun dapat  mengetahui mengapa bahkan dimasa modern ini masih ada masyarakat yang mempercayai mitos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H