SDGs 2030 : Begini Kondisi Negara Di Mata Internasional
Menurut Sustainable Development Report tahun 2022, yang disusun oleh Jeffrey D. Sachs, Guillaume Lafortune, Christian Kroll, Grayson Fuller, dan Finn Woelm.Â
Diperoleh hasil bahwa Indonesia meraih peringkat ke-82 dari total 163 negara yang mengikuti program tersebut. Sedangkan pada tahun 2021, Indonesia menempati posisi ke-97.Â
Meskipun mengalami peningkatan, namun hal ini masih patut dipertanyakan.
Kualitas Pendidikan Anak Bangsa
Sebab pekerjaan rumah terbesar sejak 2015 bagi pemerintah dan bangsa Indonesia masih tetap sama yakni peningkatan pendidikan berkualitas.
Bukankah fakta yang demikian sudah menjadi tamparan bagi negara,yang terpantau stagnan tentang kualitas pendidikan di setiap tahunnya hanya pada kisaran 69,2.Â
Adapun indikator pencapaian tujuan ke-4 Sustainable Development Goals 2030 ini, Â Quality Education diantaranya adalah Participation Rate in pre-primary organized learning, Net primary enrollment rate, Lower secondary completion rate, Literacy rate.
Selain daripada itu, baik negara Indonesia maupun negara lainnya sedang berada di abad 21 dengan segala tantangannya.Â
Abad 21 : Tantangan Bagi Sumber Daya Manusia
Abad 21 bisa dikatakan telah menekankan bahkan menuntut kualitas sumber daya manusia yang mampu membawa perubahan fundamental bagi dunia pendidikan (Hasibuan dan Prastowo 2019, 28).Â
Pada abad ini perkembangan teknologi begitu pesat, internet sudah masuk kedalam hampir segala sisi kehidupan manusia.Â
Begitu pula dengan pengembangan mesin, komputer, robot yang perlahan sudah pasti akan mengambil alih lapangan pekerjaan manusia.Â
Abad 21 adalah abad pengetahuan, dimana informasi semakin mudah didapat dan tersebar cepat tanpa batasan, menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).Â
Melibatkan Seluruh Instrumen
Karakteristik yang demikian, memberikan gambaran adanya tantangan dan ancaman nyata yang tidak saja pada wilayah pendidikan namun juga perekonomian negara.
Maka setiap manusia terkhusus pemuda terdiri dari tingkat siswa, mahasiswa, entrepreneur, karyawan dan pekerjaan lainnya perlu memiliki pedoman sikap agar mampu menghadapi hal-hal baru di kemudian hari.Â
Oleh karena itu, kemunculan konsep profil 21st century skill bisa dijadikan sebagai langkah awal, demi menanggapi kedua tuntunan sebelumnya yakni permasalahan SDGs 2030 dan tantangan yang lahir dari efek kemajuan di abad 21.
Meluruskan Orientasi Pendidikan Sesungguhnya
Langkah-langkah yang dibangun pun tidak hanya bersifat down-up (dari masyarakat ke pemerintahan) atau perbaikan secara otodidak karena ini dinilai belum efektif.
Perlu adanya suatu kebijakan yang relevan dari pemerintah dengan kondisi saat ini. Artinya para pejabat di kursi pemerintahan harus turut melibatkan diri. Inilah yang disebut dengan strategi bersifat up-down.Â
Adanya aturan dalam bentuk kebijakan ini akan memberi standar juga dorongan bagi terwujudnya kualitas pendidikan yang lebih baik.Â
Selain itu orientasinya perlu diarahkan pada target jangka panjang. Dan tentunya bukan sekedar menciptakan pekerja untuk mendongkrak perekonomian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H