dakwah sebenarnya tidak pernah mendapatkan definisi atau pengertian yang eksplisit dari Nabi, baik dari perilakunya maupun ucapannya.Â
IstilahHal ini berbeda dengan istilah puasa, haji, dan sholat yang telah dijelaskan Nabi dari arti etimologis menjadi arti sakral yang menunjuk pada peribadatan (ritual penyembahan) dalam Islam.Â
Maka menjadi sebuah kewajaran, jika dikemudian hari para pengikut Nabi Muhammad SAW mencoba membatasi  definisi tentang dakwah itu sendiri.Â
Dengan mencoba untuk berusaha mengidentifikasi tindakan-tindakan tertentu. mana yang masuk dalam cakupan makna dakwah dan mana yang keluar dari konteks dakwah itu sendiri.
Oleh karenanya wajar pula apabila ditemukan dalam catatan sejarah umat muslim, bahwa pengertian dakwah mengalami penyempitan dan perluasan makna.Â
Dakwah Periode Pasca Rasullullah
Di masa Sahabat, Tabi'in dan Dinasti Umayyah, paradigma dakwah Islam lebih mengarah pada pembebasan kaum non-muslim dari kesyirikan agar mendapat cahaya Islam (melalui pendekatan ekspansi).
Barulah di masa Abbasiyah, pengembangan paradigma dakwah dilakukan lebih leluasa. Hal ini karena perluasan wilayah dan pembebasan tidak terlalu sering dilakukan.Â
Sehingga penguasa dan ulama terkonsentrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan keilmuwan Islam lainnya.Â
Pada masa keemasan Dinasti Fatimiyah di Mesir, dakwah mewujud secara hierarkis dalam bentuk tingkatan-tingkatan da'i. Sejak dari wilayah paling rendah (terbelakang), sampai ke pusat pemerintahan (yang digolongkan sejahtera).Â
Bagaimana Dakwah di Indonesia?
Akibat dari perkembangan dakwah yang besar-besaran, Islam berhasil membumi di Indonesia. Dalam perkembangan terkini di Indonesia sendiri, terkhususnya dalam lingkungan pendidikan di perguruan tinggi Islam.
Setelah melalui berbagai dinamika, akhirnya dakwah berhasil berkembang menjadi satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan memenuhi syarat-syarat keilmuan pada umumnya. Keberadaannya pun telah mendapat pengakuan.