Halo guys! Kalian tau nggak kalau generasi zaman sekarang atau yang biasa dikenal dengan generasi Z lebih sering merasakan sakit mental daripada generasi sebelumnya, loh. Terbukti dari 300 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa seperti depresi, bipolar, demensia, termasuk 24 juta orang yang mengalami skizofrenia. Fakta ini menurut World Health Organization (WHO) tahun 2022. Banyak orang pada zaman ini yang dirinya selalu merasa ingin lebih unggul daripada orang lain, dari anak-anak atau remaja yang selalu merasa tidak percaya diri sampai orang tua yang menuntut anaknya untuk jadi yang mereka inginkan. Hal tersebut memicu sang anak sering mengalami depresi.
Apa, sih, mental health atau kesehatan mental itu?
Menurut KBBI, definisi mental bersangkutan dengan batin dan watak manusia, bukan bersifat badan atau tenaga. Kesehatan mental itu sendiri menurut WHO adalah suatu keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Ada lagi menurut para ahli, yaitu Dra. Sepi Indriati (psikolog), kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan yang terciptanya penyusuai diri antara manusia dangan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Sedangkan Prof. Dr. Mustafa Fahmi membagi pengertian kesehatan mental menjadi dua, yaitu: pertama, kesehatan jiwa adalah bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan kejiwaan. Kedua, kesehatan jiwa adalah dengan cara aktif, luas, lengkap tidak terbatas, ia berhubungan dengan kemampuan orang yang menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakat lingkungannya, hal itu membawanya kepada kehidupan yang sunyi dari kegoncangan, penuh vitalitas.
Jadi, mental health atau kesehatan mental adalah kondisi mental yang berasal dari batin  tanpa adanya gangguan yang disebabkan karena tidak mampunya menyesuaikan diri sendiri dengan dirinya atau lingkungannya. Jika gagal dalam menempatkan, maka dirinya akan mengalami gangguan mental atau bisa juga disebut mental illness.
Munculnya mental illness yang disebabkan oleh diri sendiri atau bisa juga dari lingkungan misalnya tentang kepribadian. Terkadang kita merasa sulit bergaul dan tidak percaya diri dihadapan seseorang ataupun di depan publik, karena hati kita yang terlanjur tidak yakin atau pikiran kita yang sudah bernegatif thinking, tidak terbiasa dengan dunia luar dan tidak terbiasa pula berbicara di depan umum. Juga bisa dikarenakan lingkungan, seperti sering melihat keunggulan orang lain dan membanding-bandingkannya dengan diri sendiri, atau zaman sekarang menyebutnya dengan kata insecure. Siapa hayo yang biasanya suka insecure?! Lihat teman glowing aja insecure. Nggak PD karena kulit kusam? Rawat wajahmu dengan Fa*r & Lov*ly. Kandungan formula dan vit---eh, malah iklan. Oke, next.
Kesehatan mental harus benar-benar diperhatikan karena sangat berbahaya, berdampak hati, fisik, dan pikiran yang berujung bunuh diri. Kasus pembullyan bisa menyebabkan seseorang yang dibully mengalami depresi dan kesehatan mental yang terganggu sehingga dirinya trauma lalu mengidap penyakit Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), berakhir bunuh diri. Ngeri banget nggak, sih? Makanya jangan suka nge-bully, ya, kawan!
Contoh kasus penyakit mental yang berujung bunuh diri juga terjadi pada artis Korea dari salah satu member boyband Shinee, yaitu Kim Jonghyun. K-Popers pasti tau kasusnya, ye, kan?. Berbagai sumber mengatakan bahwa Kim Jonghyun merasa depresi dan tertekan karena memikirkan karier musiknya. Kemudian ia memilih mengakhiri hidupnya pada tanggal 18 Desember 2017 dengan menghirup gas monoksida dari briket batu bara yang dibakar sendiri. Sebelumnya ia pernah mengaku mengidap Seasonal Affective Disorder (SAD) saat diwawancara di Blue Night Radio 2015 silam.
Nah, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang terjadi setelah merasakan trauma pada masa lalu. Sedangkan Seasonal Affective Disorder (SAD) atau gangguan afektif musiman adalah sebuah gangguan mental yang dipengaruhi dengan perubahan cuaca.
Pada zaman generasi Z ini kesehatan mental dapat terganggu hanya karena media sosial. Entah dari komentar para netizen sampai chatting-an orang lain bahkan saudara sendiri. Anak muda yang masih di bawah umur sampai orang dewasa mayoritas hobi memainkan game online yang mengakibatkan kecanduan. Juga bisa menimbulkan penyakit nomophobia, loh. Maksud dari penyakit ini adalah ketakutan jika tidak memegang handphone. Jangan sampai seperti ini, ya, teman! Harus dibatasi, dong, dalam memakai gawai supaya nggak kecanduan.
Terkadang satu atau beberapa kata zaman now bisa menyebabkan diri kita atau orang lain down, seperti kata 'baper' yang salah dipergunakan. Misalnya kita melakukan kesalahan pada orang lain, bukannya meminta maaf tapi malah bilang, "Cuma kayak gitu aja baper," sedangkan kita tidak tahu apa yang dia rasakan saat itu, apakah dia hanya menganggap ucapan tersebut sebagai candaan atau justru malah membuat mentalnya terpuruk. Jangan maen-maen!
Selain kata 'baper', yang sering keluar dari mulut anak muda zaman sekranag adalah kata 'anjay' atau 'anjir'. Ini juga bisa berbahaya untuk orang-orang introvert, memiliki hati yang kecil, dan yang tidak menyukai kata-kata kasar, loh. Karena kata tersebut bisa dibilang cukup kasar dan berpotensi merendahkan martabat lawan bicara. Kalau sudah salah dipergunakan bisa sampai dipidana. Pada channel youtube milik Lutfi Agizal pernah membahas kata tersebut dengan judul "Ngomong Anjay Bisa Merusak Moral Bangsa!!" Hati-hati dalam berbicara guys! Kalau kata pepatah "Lidah lebih tajam daripada pedang." Camkan itu!
Sakit mental juga bisa terjadi pada orang yang ditinggal oleh sang kekasih. Dilihat dari zaman ini banyak sekali pasangan yang memutuskan menikah. Menyebabkan mantan kekasih yang ditinggal menikah hilang kepercayaan, trauma, mengurung diri, dan jika tidak cepat-cepat diatasi bisa sampai bunuh diri. Maka dari itu, dalam Islam tidak diperbolehkan pacaran. Selain karena dosa dan tidak pernah diajarkan oleh para nabi sebelumnya, juga bisa mengakibatkan gangguan kepribadian dependen. Gangguan ini adalah gangguan yang sangat bergantung pada orang lain, tidak percaya diri dan merasa tidak bisa melakukan apapun jika sendirian. Siapa, nih, yang pacaran? Nggak takut punya gangguan mental kayak gitu? Mending jomblo nggak, sih? Bebas mau ngapain aja.
Gangguan mental yang sulit disembuhkan dan sering kita temukan adalah skizofrenia yaitu gangguan kejiwaan yang mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan sikap. Tak jarang yang mengidap penyakit ini sering berteriak karena dirinya tidak bisa membedakan kehidupan nyata dan khayalan; Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yaitu gangguan mental yang meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian, sulit fokus (mudah teralih), impulsif, dan hiperaktif. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf, biasanya terjadi pada anak-anak; Self-injury yaitu perilaku yang sengaja melukai diri sendiri dengan maksud tertentu tanpa niat bunuh diri. Umumnya yang mengalami gangguan mental sering melampiaskannya dengan cara ini. Dari penyakit yang disebutkan, bayangin aja coba gimana nasib mereka yang berjuang ngadepin penyakit itu?
Ini dia solusinya!
Cara mengatasi gangguan mental tergantung dari diri kita sendiri, entah dalam kurun waktu sebentar atau bahkan ada yang sangat sulit diatasi. Sehingga mereka yang kesulitan tetap terkurung dalam zona ketakutan. Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi penyakit mental walaupun tidak sepenuhnya bisa disembuhkan. Kita tidak boleh insecure dengan sering membanding-bandingkan diri kita terhadap keunggulan orang lain, karena sebenarnya hanya Allah yang menciptakan kelebihan setiap makhluk sesuai dengan porsinya masing-masing. Selain itu, cukup percaya dengan diri sendiri tanpa terpengaruh ucapan atau komentar orang lain. Hindari negative thinking, kurangi overthinking, dan selalu berpositif thinking. Bisa juga dengan melakukan suatu hal sesuai hobi yang mampu menenangkan hati, pikiran, dan fisik.
Terakhir hanya ingin mengingatkan. Jangan setres-setres, ya! Kalau sudah merasakan social battery low, maka istirahatlah! Lalu me-refresh pikiran dengan hal-hal yang positif dan hindari hal-hal yang negative. Semangat teman-teman!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H