Mohon tunggu...
Rahmad Sholehuddin
Rahmad Sholehuddin Mohon Tunggu... Bankir - Pecinta Kopi

Semuanya pasti pergi, dan hanya satu yang tersisa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tugas Mulia dari Tuhan

14 April 2020   17:59 Diperbarui: 14 April 2020   18:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deeeert...

Deeeert...

Getar android milik Ryan, Nampaknya nomor itu tak asing dalam memori ingatan. Orang-orang terdekatnya pasti paham betul jika Ryan memiliki daya ingat sangat tajam.

Panggilan masuk berahir begitu saja, sengaja Ryan membiarkannya. Bukan tanpa alasan, nalurinya berkata ini bukan sesuatu baik yang ingin ia dengar.

Panggilan masuk berdering untuk yang kedua kalinya. Dan memang benar naluri Ryan tepat sasaran kalau dia harus berangkat untuk kesekian kalinya kepulau seberang membantu menyalurkan bantuan sosial kepada msyarakat kurang mampu disana.

"Assalamualaikum mas Ryan, bagaimana kabarmu?" sapa Andra si penelpon.

"alhamdulillah bung, masih diberi sehat. Tumben nelpon? Biasanya ada sesuatu penting kalau tiba-tiba begini." Tanya Ryan. Sebenarnya dia tahu betul jika Adra yang menelpon tak ada urusan lain selain gerakan sosial bagi masyarakat grass root. Hanya saja Ryan basa-basi sebelum Andra mengutarakan maksud dan tujuannya.

"hihihi, aku langsung to the point aja kali ya" jawab Andra

"apa?" tanya Ryan dengan tenang

"Ibu Pertiwi memanggilmu kembali untuk membantu orang-orang kurang mampu dipulau sebrang sana Ryan. Aku sudah menghubungi beberapa orang-orang terbaik kita, namun banyak dari mereka menolak dengan berbagai macam alasan."

Ryan tersenyum kecil, bangga bisa kembali melihat senyum-senyum kebahagian dari masyarakat kecil yang sangat terbantu keadaannya dengan gerakan sosial itu, Sedih harus kembali menjalani keadaan dimana antrian panjang yang nyaris tidak ada jarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun