Mohon tunggu...
Rahmad Romadlon
Rahmad Romadlon Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Menulis Puisi, Artikel, Kata-kata Bijak, dan Motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iklan MSGlow Marshel Widianto X Babe Cabita Perspektif Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann

8 Mei 2024   22:04 Diperbarui: 8 Mei 2024   22:12 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: You Tube JURAGAN 99 vs SHANDY

Skincare untuk laki-laki (MSGlow For Men)

Iklan Skincare yang berjudul MSGLow Marshel Widianto X Babe Cabita menceritakan seorang laki-laki yang memakai pakaian peri dan seseorang yang awalnya kusam, dekil, bahkan jelek, setelah disihir oleh peri penampilannya menjadi tampan dan memukau, disamping itu juga ada seseorang minta untuk dirubah penampilanya namun tidak bisa disihir, kemudian sang peri menemui seorang raja untuk menanyakan ramuan, dan pada akhirnya sang peri diberikan resep produk MSGlow untuk merubah penampilan orang tersebut.

Teknologi informasi semakin maju dan periklanan produk kecantikan sangat mudah didapat dan dilihat langsung oleh masyrakat luas secara instan dan mudah (Bungin, 2011). Media berperan penting dalam membentuk persepsi dan kepercayaan diri individu dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh patriarki (Sitompul, 2021). 

Salah satu cara utamanya adalah dengan menciptakan citra ideal tentang laki-laki. Representasi yang dibangun oleh media tidak hanya memengaruhi pandangan masyarakat terhadap laki-laki, tetapi juga membentuk hegemoni terhadap konsep maskulinitas (Rizkia & Maria, 2024). Namun, realitas sering kali tidak sesuai dengan citra yang dipresentasikan oleh media. 

Dalam konteks ini, munculnya iklan seperti MSGlow For Men menarik perhatian karena pendekatannya yang berbeda. Iklan-iklan sebelumnya sering kali menampilkan gambaran tradisional tentang maskulinitas, dengan menekankan pada kejantanan dan ketampanan, sambil memperkenalkan produk perawatan wajah bagi pria. 

Namun, iklan MSGlow For Men menghadirkan sudut pandang yang berbeda dengan menampilkan laki-laki dari lapisan masyarakat yang berbeda dan menggunakan model yang tidak sesuai dengan standar kecantikan yang umumnya diterima (Butler, 1990).

Iklan ini mencoba untuk mengeksplorasi variasi dalam konsep maskulinitas dengan lebih menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh laki-laki dari lapisan bawah masyarakat. Meskipun demikian, iklan ini masih berusaha mempertahankan aspek kejantanan dengan menghindari citra yang terlalu feminim. 

Pilihan model yang tidak sesuai dengan standar kecantikan tradisional dan penggunaan genre komedi dalam iklan ini bertujuan untuk memperlihatkan keberagaman dalam konsep maskulinitas. Namun, hal ini juga membawa pertanyaan apakah laki-laki yang tidak memenuhi standar kecantikan harus dijadikan bahan tertawaan. 

Selain itu, penggunaan kostum-kostum parodi dalam iklan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana representasi maskulinitas non-dominan ditampilkan dalam konteks komedi. Iklan ini juga berusaha untuk merombak stereotip tentang produk perawatan wajah untuk laki-laki dengan menghubungkannya dengan femininitas. 

Warna-warna yang digunakan dalam iklan ini, termasuk warna merah muda, secara simbolis mengaburkan garis-garis tradisional antara maskulinitas dan femininitas (Fajri & Hapsary, 2020). Namun, tetap ada upaya untuk mempertahankan elemen-elemen kejantanan dalam iklan ini. Dengan menggunakan model maskulinitas non-dominan, iklan ini berusaha untuk merangkul variasi dalam konsep maskulinitas. 

Namun, kesannya masih terasa lebih berpusat pada representasi yang lebih berorientasi pada komedi dan viralitas daripada pada pesan tentang produk itu sendiri. Selain itu, penayangan iklan di Times Square tidak selaras dengan target konsumen MSGlow For Men dan terlihat lebih berorientasi pada komersial dan promosi belaka.

Analisis iklan ini dengan menggunakan konsep konstruksi sosial Berger dan Luckmann memberikan pemahaman untuk memahami bagaimana narasi tentang kecantikan dan maskulinitas diciptakan, dipertahankan, dan dikontruksikan dalam masyarakat (Ritzer, 2004). 

Pertama-tama, iklan ini menciptakan sebuah realitas sosial yang memberikan penekanan besar pada perubahan penampilan melalui penggunaan produk perawatan wajah. 

Penampilan awal yang "kusam, dekil, bahkan jelek" kemudian diubah menjadi tampan dan memukau setelah menggunakan produk tersebut. Konsep Berger dan Luckmann tentang realitas sosial yang diciptakan melalui interaksi sosial dan internalisasi norma kecantikan tercermin dalam narasi ini, di mana individu dihantui oleh citra diri yang tidak memenuhi standar kecantikan yang diterima dan berubah sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku (Bungin, 2011). 

Namun, di balik narasi ini, terdapat peran media yang kuat dalam membentuk dan mereproduksi realitas sosial tersebut. Iklan ini menunjukkan bagaimana media, melalui iklan, memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan kepercayaan diri individu terhadap standar kecantikan dan maskulinitas.

Sumber Gambar: You Tube JURAGAN 99 vs SHANDY
Sumber Gambar: You Tube JURAGAN 99 vs SHANDY

Representasi yang dibangun oleh media mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap bagaimana seharusnya penampilan dan identitas diri dipertunjukkan, sehingga memainkan peran kunci dalam pembentukan norma sosial terkait kecantikan.

Selain itu, iklan-iklan ini juga berfokus pada konsep reproduksi sosial, dengan pesan-pesan tentang bagaimana produk dapat mengubah penampilan seseorang dan menjadi bagian dari norma-norma kecantikan yang diterima secara sosial. I

klan-iklan ini menjadi bagian dari proses sosialisasi di mana individu yang belum menggunakan produk tersebut diajarkan untuk mengenali kekurangan pada penampilannya dan diberikan solusi untuk memperbaikinya sehingga norma-norma kecantikan yang ada tetap dipertahankan dan dikukuhkan. 

Namun, iklan-iklan ini juga menantang norma-norma sosial. Penggunaan model yang tidak sesuai dengan standar kecantikan yang diterima secara umum atau elemen komedi dapat dianggap sebagai provokasi terhadap norma-norma sosial ini.

Sebagai contoh, menggunakan kostum parodi atau menggambarkan model yang awalnya tidak menarik namun kemudian menjadi kurang menarik dapat menjadi upaya untuk mendobrak stereotip tentang standar kecantikan tradisional. Secara kolektif, iklan-iklan ini mengeksplorasi dinamika kompleks dari konstruksi sosial tentang kecantikan dan maskulinitas di masyarakat dan bagaimana media, termasuk iklan, berperan dalam membentuk, mereproduksi, dan terkadang menantang realitas sosial ini. Iklan-iklan ini mencerminkan kompleksitas identitas dan norma-norma sosial yang terus berubah dan diperdebatkan dalam masyarakat saat ini.

INSTAGRAM PENULIS Rahmad romadlon

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, H. B. (2011). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: KENCANA.

Butler, J. P. (1990). GENDER TROUBLE (FEMINISM AND THE SUBVERSION OF IDENTITY). New York, United States of America: Routledge.

Fajri, H. N., & Hapsary, P. W. (2020). Feminisme Dalam Subgenre Mahou Shoujo dan Tokoh Utama Anime Bishoujo Senshi Sailor Moon dan Puella Magi Madoka Magica. Idea Jurnal Studi Jepang, 27-35.

Nurhidayat, T., Alfarabi, & Marlina, N. C. (2024). Konstruksi Sosial Masyarakat Kota Bengkulu terhadap Gaya Komunikasi Laki-laki Feminin. Reslaj Religion Education Social Laa Roiba Jurnal, 1695-1710.

Ritzer, D. d. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: KENCANA Edisi keenam.

Rizkia, M. F., & Maria, A. (2024). ANALISIS POTRET HEGEMONI MASKULINITAS PADA FILM MIRACLE IN CELL NO.7 (2022) SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO. LAYAR Jurnal Ilmiah Seni Media Rekam, 85-98.

Sitompul, L. U. (2021). SEXIST HATE SPEECH TERHADAP PEREMPUAN DI MEDIA: PERWUJUDAN PATRIARKI DI RUANG PUBLIK. JPSU Jurnal Pendidikan Sosiologi Undhiksa, 152-161.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun