Mohon tunggu...
Rahma Dluha Dwiyana
Rahma Dluha Dwiyana Mohon Tunggu... Guru - Guru Profesional Indonesia

Hanya pribadi bodoh yang terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi Pendidikan Indonesia | Topik 2 Koneksi Antar Materi-Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

7 Januari 2023   20:15 Diperbarui: 7 Januari 2023   20:31 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama: Rahma Dluha Dwiyana
NIM: 4120022472
Kelas-B (PPG Gel. 2)

Tokoh bersar yang berpengaruh dalam Pendidikan di Indonesia yakni Bapak Ki Hadjar Dewantara merupakan Bapak Pendidikan Indonesia. Pengaruh pemikiran beliau dalam pendidikan telah banyak diikuti dan diterapkan sampai saat ini dan masih menjadi acuan dalam perubahan pendidikan di Indonesia. Bapak Ki Hadjar Dewantara mempunyai pemahaman bahwa pengajaran dan pendidikan memiliki keterkaitan. Bahwa, pengajaran merupakan fondasi awal dalam pendidikan agar dapat menjadi jalan mendapatkan ilmu atau kecakapan yang berfungsi bagi lahir dan batin peserta didik. 

Konsep pemikiran tersebut dalam dunia Pendidikan dapat menuntun peserta didik menjalani kehidupan sesuai kodrat alamiahnya sebagai manusia, sehingga dapat tercapai kehidupan yang mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang dicapainya. Menurut pemikiran Bapak Ki Hadjar Dewantara, pendidik perlu memiliki sifat among guna membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat mencapai budi pekerti luhur dan dapat menjawab tantangan perubahan zaman yang dinamis ini, agar tidak mudah kehilangan arah dan membahayakan bagi dirinya.

Sebelum menginterpretasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, bagi saya peserta didik itu merupakan gelas kosong yang perlu diisi melalui pengajaran atau pembelajaran. Pembelajaran dan peserta didik merupakan fokus utama bagi pendidik, sehingga pengajaran yang dilakukan akan memiliki fokus metode ceramah. Sadar dan tercerahkan bahwa peserta didik merupakan gelas kosong, selain itu peserta didik memiliki kemampuan yang sama dalam menerima pembelajaran, oleh karenanya pembelajaran yang harus dilakukan hanya memberi pembelajaran tanpa perlu perhatian yang lebih terhadap peserta didik. 

Karena peserta didik hanya perlu diberi pengajaran dan arahan agar anak dapat mencapai segala prestasi yang diinginkan dan memiliki budi luhur baik sebagai pribadi. Peserta didik merupakan manusia yang masih perlu bimbingan oleh pendidik dengan menciptakan kegiatan pembelajaran dilingkungan kelas yang aman, nyaman dan berpihak kepada peserta didik, guna mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan mencapai tujuan pembelajaran.

Setelah mempelajari topik mengenai pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada topik ini, saya merasa konsepsi dan pengamatan saya terhadap peserta didik bertambah subjektif. Dan kemudian pemahaman saya terhadap pembelajaran dan peserta didik berubah, setelah memahami bahwa pembelajaran harus berpusat pada peserta didik ini, serta mempertimbangkan kodrat alam dan zaman peserta didik. 

Pendidik harus memiliki sifat among dalam kegiatan pembelajaran serta bertugas sebagai fasilitator yang menuntun dan mengarahkan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai bakat dan minat, serta dapat mengasah keterampilan dan kemampuan sesuai profil pelajar Pancasila. Saya juga memahami bahwa pendidik harus membawa pendidikan sesuai dengan tuntutan budaya yang ada dan mengamalkan 3 falsafah Ki Hadjar Dewantara yaitu "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".

Maka seyogianya sebagai calon guru profesional, saya akan menciptakan kelas dengan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik dengan mengedepankan unsur aman, nyaman, dan berpihak kepada peserta didik serta menggunakan asesmen dan metode pembelajaran yang sesuai, agar dapat tercapai kemerdekaan bagi murid baik jiwa ataupun raga dari ketergantungan dengan orang lain. Konsep tersebut senada dengan Prof. Tilaar dalam bukunya yang berjudul Kaleidoskop Pendidikan Nasional bahwa sesungguhnya pendidikan adalah suatu proses yang menyenangkan, bukan malah memenjarakan. Alhasil jika peserta didik merasa senang, Pendidikan menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.

Selanjutnya saya akan memberi ruang serta tuntunan bagi peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuan masing-masing, sehingga pembelajaran terjadi tanpa adanya pemaksaan kehendak. Hal tersebut dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan minat dan bakatnya agar dapat berjalan lurus sesuai kodrat zaman dan alam yang dimiliki setiap peserta didik. 

Seperti pengibaratan yang dilakukan oleh Bapak Ki Hadjar Dewantara dalam pidatonya bahwa, "peran pendidik sama halnya dengan petani dan peserta didik diibaratkan seperti benih padi disemai dan ditanam di sawah oleh petani, bila benih padi disemai dan ditanam di sawah yang mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang cukup, serta dirawat oleh petani dengan penuh dedikasi tinggi hasilnya akan maksimal, meski benih padi kurang baik. Seorang petani tidak dapat memaksakan padi yang ditanam berbuah jagung, karena kodrat yang dimiliki berbeda". 

Oleh sebab itu, saya berharap dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik mencapai kodrat alam dan zaman dengan menggunakan 3 falsafah Ki Hadjar Dewantara yaitu "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun