Mohon tunggu...
Rahmadi Suardi
Rahmadi Suardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pembaca dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bertandang ke Koto Gadang, Mengenal Lebih Dekat Haji Agus Salim

15 November 2017   21:24 Diperbarui: 16 November 2017   09:23 3763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haji Agus Salim bersama Presiden Soekarno| Sumber: http://www.wikiwand.com

Rumah kayu bercat putih terlihat seragam dengan rumah lain di sekitarnya. Posisi rumah itu berada di ujung gang jalan. Siapa sangka dari rumah itu lahir seorang tokoh besar yang dikenal sangat berjasa di Republik yang dikenal dengan H. Agus Salim. Seorang yang dikenal hidup sederhana walau pernah menjadi pejabat tinggi negara. Kisah hidupnya banyak memberikan teladan bagi kehidupan hari ini.

H. Agus Salim dikenal sebagai salah satu pahlawan Nasional Indonesia. Ia pernah menjabat berbagai jabatan nasional salah satunya menjadi menteri luar negeri 1948-1949 pada kabinet Syahrir. Agus Salim lahir pada 8 Oktober 1884 di Koto Gadang. 

Rumah kelahiran Agus Salim terletak di Nagari Koto Gadang Kabupaten Agam. Rumah kayu milik keluarga Agus Salim berbaur diantara rumah warga Koto Gadang lainnya. Dari rumahnya terlihat bahwa keluarga Agus Salim adalah keluarga yang sederhana. Sebuah sikap hidup yang dipertahankannya walau telah menjadi pejabat negara.

Foto: Rumah Kelahiran Haji Agus Salim
Foto: Rumah Kelahiran Haji Agus Salim
Saat mengunjungi rumah Agus Salim tim Kaba Koto Gadang disambut hangat oleh Teti. Beliau adalah orang yang dipercayakan oleh ahli waris keluarga Agus Salim untuk menunggui rumahnya. Rumah kelahiran Agus Salim sekarang ditunggui Teti bersama suami dan kedua anaknya.

Dari keterangan Teti rumah Agus salim sudah beberapa kali dilakukan pemugaran. Dinding dan lantai rumah sudah diganti dengan yang baru. Walau sebagian sudah tidak asli lagi, namun bentuk rumah masih mempertahankan bentuk aslinya.

Teti sudah menunggui rumah Agus Salim kurang lebih 22 tahun. Sedangkan di Koto Gadang sekarang tidak ada satupun keluarga Agus Salim yang tinggal. Sehingga mengetahui tentang Agus Salim lebih dalam di kampung halamannya sendiri agak sulit.

"Sanak keluarga dan keturunan Agus Salim banyak di Jakarta dan ada juga yang di luar negeri, mereka hanya sesekali pulang kampung", kata  Teti.

Selain rumah juga ada tanah dan sawah milik keluarga Agus Salim. Pengelolaan tanah dan sawah itu juga diserahkan pada Teti. Pembagian untungnya disepakati oleh ahli waris keluarga dan Teti sebagai pengelola.

Rumah Agus Salim beberapa kali pernah diminta pemerintah agar dikelola. sebagai salah satu situs sejarah dari pahlawan nasional tentu sangat penting terutama untuk pendidikan dan pariwisata. Namun keluarganya selalu menolak dan tidak ingin rumah Agus Salim dikelola pemerintah.

Banyak teladan yang dapat diambil dari seorang Agus Salim. Waktu kecil Agus Salim selalu rajin belajar. Teti mengatakan bahwa Agus Salim dulu sering belajar diatas loteng. Ketika ditanyakan alasannya Teti kurang mengetahui mengapa ia belajar di loteng. Teti mendapatkan cerita itu dari anak dan keturunan Agus Salim yang sekali sekali pulang ke rumah.

Dasril salah seorang tokoh masyarakat  Koto Gadang membenarkan bahwa Agus Salim waktu kecil sering belajar di loteng. Menurut kisah yang diketahuinya dari orang tua Agus Salim belajar di loteng karena khawatir ditangkap Belanda.  Pada masa itu Belanda melarang kegiatan belajar mengajar. Menurut Dasril keluarga Agus Salim memang dikenal orang-orang pintar dan cerdas pada waktu dulu.

 "Kalau guru mau mengajarkan bahasa Inggris, maka belum selesai diajarkan bahasa Inggris mereka sudah mengerti semuanya," kata Dasril menceritakan salah satu contoh kecerdasan Agus Salim.

Orang hebat di masa depannya pasti sudah dapat dilihat sejak kecilnya. Kecerdasan Agus Salim sudah terlihat sejak ia kecil. "Kalau mancik itu ka jadi mancik lah jaleh ikua e bulek sajak ketek(kalau tikus akan jadi tikus maka sudah jelas bulat ekornya sejak kecil)," ucap  Dasril.

Bagi Dasril semangat Agus Salim patut ditiru terutama oleh anak muda zaman sekarang. Walau tidak sekolah Agus Salim bisa menjadi orang berilmu dengan caranya. Bahkan ia bisa menguasai banyak bahasa tanpa belajar secara formal.

"Koto Gadang bukan negeri penghasil sumber daya alam, tetapi penghasil sumber daya manusia dengan banyaknya lahir orang-orang intelektual disini," kata Dasril.

Koto Gadang adalah daerah yang banyak melahirkan orang orang hebat. Salah satunya Agus Salim. Menurut Dasril pada masa dahulu orang tua sangat perhatian soal pendidikan anaknya. Jika orang tua di daerah lain menyuruh anaknya berjualan dan mencari uang, maka di Koto Gadang seorang anak disuruh sekolah dan belajar.

Selain itu menurut Dasril orang Koto Gadang menggunakan kecerdikannya memanfaatkan orang Belanda. Orang Belanda masa itu tidak dilawan tetapi diajak menjadi kawan. Sehingga banyak orang Koto Gadang waktu itu mendapatkan kemudahan dalam belajar. Salah satunya memudahkan orang Koto Gadang masuk ke sekolah sekolah Belanda masa itu.

"Bahkan sampai hari ini masih ada orang Koto Gadang yang tinggal di Belanda yang dulunya pergi belajar", kata Pak Dasril.

Banyak ilmu dari Belanda yang dapat diambil oleh orang Koto Gadang waktu itu. Salah satunya tentang insfratruktur pengairan. Zaman Belanda orang Koto Gadang sudah memiliki saluran air yang baik di setiap rumah warga. Saluran air dari Gunung Singgalang yang masih dipakai hari ini merupakan warisan yang dibuatkan oleh orangf Belanda.

Walau pernah menjadi pejabat tinggi negara Agus Salim tetap hidup dengan sederhana. Ia tidak pernah hidup dalam kemewahan. Bahkan pernah menjual minyak tanah enceran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal waktu itu ia sudah pernah menjadi pejabat tinggi negara.

Jika Agus Salim memilki banyak kelebihan maka hanya ada satu kekurangannya, yaitu miskin. Sikap sederhana Agus Salim sangat pantas ditiru oleh pejabat sekarang. Bahwa menjadi pemimpin itu adalah menderita bukan menumpuk harta. Di mana saat ini banyak pejabat hidup bermewahan dan menumpuk harta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun