Ujian Nasional adalah salah satu yang digelar rutin dan dikhususkan untuk mereka kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA. Biasanya menjadi salah satu penentu dari kelulusan siswa. Sandiaga Uno dalam debat CAWAPRES kemaring menyatakan bahwa "Ujian Nasional akan dihapus karena ketidak adilan". Tapi perlu diketahui bahwa saya bukan siswa sd kelas 6, bukan siswa smp kelas 9 dan bukan juga siswa kelas 12. Termasuk saya juga bukan timses dari 01 dan 02. Tapi saya pengen tim 02 sukses :v.
Memang jika dipikir-pikir kembali terdapat ketidak adilan di dalam UN (Ujian Nasional), mulai dari esensinya hingga pelaksanaannya. Ketidakadilan seperti apa? Dilansir dari berbagai sumber dan pendapat pribadi, ada beberapa ketidakadilan dalam UN yakni :
1. Pelaksanaan UN
Ketidakadilan pertama adalah dalam hal pelaksanaan UNnya. Sekolah di perkotaan cenderung memiliki fasilitas yang lebih memadai ketimbang sekolah-sekolah di pelosok-pelosok. Dari tenaga pengajar mungkin juga berbeda. Apakah ada rasa keadilan jika semua siswa diuji dengan soal yang sama?
2. Esensi UN
Ujian Nasional berfungsi untuk menguji tingkat pengetahuan siswa. Tingkat pengetahuan yaa, bukan tingkat kecerdasan. Walaupun dalam UN juga terdapat soal-soal yang menguji kecerdasan siswa seperti soal analisa maupun strategi matematika. Tapi kebanyakan soal menguji tahu dan tidak tahunya siswa. Pengetahuan tanpa kecerdasan saya rasa itu hal yang mubadzir.Â
Dengan kata lain, orang yang rajin atau orang yang sudah tahu kisi-kisinya akan menang dengan orang yang sebenarnya cerdas namun tidak tahu. Sama saja sih, cerdas tapi tidak memiliki pengetahuan juga zonk. Maka PR pemerintah adalah menciptakan generasi yang cerdas dengan pengetahuan luas.
Maka kita bisa melihat dalam dunia kerja, orang dengan nilai UN tinggi belum tentu langsung diterima kerja. Sebaliknya, orang yang biasa-biasa saja nilai UN nya malah sukses dalam karirnya setelah lulus. Kecerdasan adalah kemampuan dalam menganalisis situasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Biasanya dimiliki oleh orang yang memiliki jiwa kepemimpinan (soft skill) yang mumpuni, walaupun dari segi akademiknya kurang. Orang seperti itu biasanya hanya disebabkan malas untuk mengetahui/membaca.
3. Tidak ada ciptaan Tuhan yang diciptakan sia-sia, semua punya maksud dan peran.
Percayalah, bahwa kita diciptakan untuk melakukan peran. Bahkan seekor lalat pun juga memiliki peran, masak kita manusia tidak. Peran tersebut Tuhan titipkan dalam sebuah bakat. Bakat biasanya tumbuh dari adanya minat. Seorang ayah yang memiliki bakat pengusaha, belum tentu bakat tersebut menurun ke anaknya.
Ketika semua siswa diratakan rasa-rasanya kurang pas aja, karena setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda. Masih teringat kata Cak Nun, seorang budayawan yang mengatakan "Nek pitik yo dadio pitik saknyatane, ojo pengen dadi manuk sing iso mebur". Kalau jadi ayam ya jadi ayam aja, jangan coba-coba dadi burung.