Mohon tunggu...
Rahmad Hidayat
Rahmad Hidayat Mohon Tunggu... Penulis - Influencer | Marketing | Blogger

Selalu berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi yang lain.. Admin : https://www.ahmaddzaki.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujian Nasional Dihapus atau Tidak?

23 Maret 2019   20:03 Diperbarui: 23 Maret 2019   20:23 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com

Ujian Nasional adalah salah satu yang digelar rutin dan dikhususkan untuk mereka kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA. Biasanya menjadi salah satu penentu dari kelulusan siswa. Sandiaga Uno dalam debat CAWAPRES kemaring menyatakan bahwa "Ujian Nasional akan dihapus karena ketidak adilan". Tapi perlu diketahui bahwa saya bukan siswa sd kelas 6, bukan siswa smp kelas 9 dan bukan juga siswa kelas 12. Termasuk saya juga bukan timses dari 01 dan 02. Tapi saya pengen tim 02 sukses :v.

Memang jika dipikir-pikir kembali terdapat ketidak adilan di dalam UN (Ujian Nasional), mulai dari esensinya hingga pelaksanaannya. Ketidakadilan seperti apa? Dilansir dari berbagai sumber dan pendapat pribadi, ada beberapa ketidakadilan dalam UN yakni :

1. Pelaksanaan UN

Ketidakadilan pertama adalah dalam hal pelaksanaan UNnya. Sekolah di perkotaan cenderung memiliki fasilitas yang lebih memadai ketimbang sekolah-sekolah di pelosok-pelosok. Dari tenaga pengajar mungkin juga berbeda. Apakah ada rasa keadilan jika semua siswa diuji dengan soal yang sama?

2. Esensi UN

Ujian Nasional berfungsi untuk menguji tingkat pengetahuan siswa. Tingkat pengetahuan yaa, bukan tingkat kecerdasan. Walaupun dalam UN juga terdapat soal-soal yang menguji kecerdasan siswa seperti soal analisa maupun strategi matematika. Tapi kebanyakan soal menguji tahu dan tidak tahunya siswa. Pengetahuan tanpa kecerdasan saya rasa itu hal yang mubadzir. 

Dengan kata lain, orang yang rajin atau orang yang sudah tahu kisi-kisinya akan menang dengan orang yang sebenarnya cerdas namun tidak tahu. Sama saja sih, cerdas tapi tidak memiliki pengetahuan juga zonk. Maka PR pemerintah adalah menciptakan generasi yang cerdas dengan pengetahuan luas.

Maka kita bisa melihat dalam dunia kerja, orang dengan nilai UN tinggi belum tentu langsung diterima kerja. Sebaliknya, orang yang biasa-biasa saja nilai UN nya malah sukses dalam karirnya setelah lulus. Kecerdasan adalah kemampuan dalam menganalisis situasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Biasanya dimiliki oleh orang yang memiliki jiwa kepemimpinan (soft skill) yang mumpuni, walaupun dari segi akademiknya kurang. Orang seperti itu biasanya hanya disebabkan malas untuk mengetahui/membaca.

3. Tidak ada ciptaan Tuhan yang diciptakan sia-sia, semua punya maksud dan peran.

Percayalah, bahwa kita diciptakan untuk melakukan peran. Bahkan seekor lalat pun juga memiliki peran, masak kita manusia tidak. Peran tersebut Tuhan titipkan dalam sebuah bakat. Bakat biasanya tumbuh dari adanya minat. Seorang ayah yang memiliki bakat pengusaha, belum tentu bakat tersebut menurun ke anaknya.

Ketika semua siswa diratakan rasa-rasanya kurang pas aja, karena setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda. Masih teringat kata Cak Nun, seorang budayawan yang mengatakan "Nek pitik yo dadio pitik saknyatane, ojo pengen dadi manuk sing iso mebur". Kalau jadi ayam ya jadi ayam aja, jangan coba-coba dadi burung.

Intinya adalah kenali dirimu sendiri, kenali alasan Tuhanmu menciptakanmu di dunia ini untuk apa. Untuk jadi Presiden kah, untuk jadi pedagang kah, untuk jadi petani kah. Semua tergantung dirimu dan kemantapanmu. Yang pasti, ketika kamu tepat memilih profesi yang sesuai dengan  potensi/bakat yang kamu miliki kamu akan jadi lebih sukses.

Kalau jadi ayam ya jadi ayam yang baik, nanti akan ketemu jalannya. Kalau jadi guru ya jadi guru yang baik, nanti siapa tahu diangkat jadi Kepala Sekolah. Yang penting berbuat sebaik-baiknya sampai kamu ahli di bidangnya. Jadilah ahli kunci, jadilah ahli elektro, ahli otomotif dan ahli-ahli yang lain. Atau jadilah ahlinya ahli seperti pak Ndul, pak Ndul adalah salah satu contoh orang yang mampu mengenali dirinya sehingga bisa sukses sampai sekarang ini.

Maka sangat pas, jika UN digantikan oleh penyesuaian minat dan bakat. Seperti di luar negeri, yang sejak kecil orang akan dididik agar menjadi seperti apa yang mereka inginkan. 

4. Kebutuhan Dunia Kerja

Sekarang kita berada di era revolusi industri 4.0, dimana kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja sudah berbeda jauh. Tenaga kerja yang diperlukan bukan hanya yang memiliki pengetahuan, tetapi memiliki kecerdasan dalam menganalisis, kecerdasan dalam memimpin dan kecerdasan dalam menyelesaikan masalah. Termasuk tenaga kera yang memiliki inovasi dan daya kreasi tinggi. 

Sementara pencetak tenaga kerja adalah dunia pendidikan. Seperti negara kita masih butuh penyesuaian antara dunia kerja dengan dunia pendidikan, agar terdapat relevansi antara lulusan kerja dengan kebutuhan tenaga kerja di pasar kerja.

Tapi, masih perlu dikaji ulang usulan ini. Mari beretika dalam berkomentar, hilangkan cacian dan hujatan, mari kita berdamai ciptakan iklim politik yang sejuk. Kalau menurut kalian bagaimana??

Instagram : @ahmaddzaki.id.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun