Apa yang terlintas di dalam pikiran kita jika mendengar "ibu kota"? Gedung-gedung tinggi, bangunan besar, mall, swalayan, modern, atau sangat menyenangkan tinggal disana. Hingar-bingar dan hiruk-pikuk kemewahan sering kali menjadi gambaran kita jika mendengar kata ibu kota. Tidak sedikit orang-orang yang memandang ibukota sebagai tempat yang dapat merubah Nasib dan memberikan kesejahteraan. Namun, apakah benar adanya seperti itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti ibu kota adalah kota tempat kedudukan pusat pemerintahan suatu negara, tempat dihimpun unsur administratif, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Arti lainnya dari ibu kota adalah kota yang menjadi pusat pemerintahan. Bukan hanya pusat pemerintahan, namun juga sebagai pusat perekonomian. Di Indonesia khususnya, Jakarta merupakan pusat perekonomian nasional. Membayangkan kata pusat perekonomian nasional saja sudah terbayang bahwa banyak sekali kegiatan ekonomi yang dilakukan di ibu kota yang berarti bisa saja ada peluang untuk mengadu nasib disana.
Merantau sudah menjadi salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia sejak dahulu. Merantau adalah proses berpindahnya seseorang dari tempat ia tinggal dan tumbuh ke daerah atau wilayah lainnya dengan tujuan untuk menjalani kehidupan dan melanjutkan kehidupan, mencari pengalaman, atau meraih kesuksesan. Kota Jakarta merupakan salah satu tujuan bagi para perantau untuk mencari pekerjaan. Jumlah penduduk Jakarta semakin membludak karena banyaknya masyarakat Indonesia yang merantau hingga total penduduk Jakarta mencapai 10,6 juta jiwa.
BPS juga mencatat bahwa DKI Jakarta menjadi lima peringkat teratas provinsi dengan jumlah pencari kerja di Indonesia dengan total sebanyak 214.705 pencari kerja. Dengan meningkatnya jumlah penduduk ini menyebabkan kepadatan yang tidak bisa terhindarkan. Banyak sekali permasalahan yang muncul seiring bertambahnya perantau di ibukota. Beberapa permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut.
Kemiskinan
Kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas atau disebut sebagai garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan hidup minimum makanan maupun kebutuhan hidup minimum non-makanan. Garis kemiskinan merupakan nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan hidup minimum makanan maupun kebutuhan hidup minimum non-makanan.
Berdasarkan data dari BPS, tingkat kemiskinan di Jakarta mengalami peningkatan dari tahun 2015-2021, salah satu penyebab tingginya tingkat kemiskinan adalah karena terbatasnya lapangan kerja ataupun kualifikasi SDM yang tidak memenuhi. Hal inilah menyebabkan terjadinya pengangguran. Menurut data dari BPS, tingkat pengangguran di Jakarta pada Tahun 2020 sebesar 10% dengan jumlah sekitar 15.573 pencari pekerjaan. Hal ini juga diperparah dengan munculnya pandemi Covid-19 yang menyebabkan keterbatasan untuk bekerja dan terjadi pemutusan hubungan kerja massal.
Berdasarkan data diatas, dapat terlihat jika pada tahun 2020 yang mana meruapakan tahun awal kedatangan pandemi tersebut, tingkat pengangguran menjadi sangat tinggi.
Kesenjangan
Ketimpangan sosial atau kesenjangan adalah suatu kondisi dimana terdapat hal-hal dalam kehidupan masyarakat yang tidak seimbang. Individun atau berkelompok. Di mana ada ketimpangan sosial, yang diciptakan oleh distribusi yang tidak adil dari banyak hal yang dianggap penting oleh masyarakat.
Kesenjangan ini sering dikaitkan dengan adanya semacam perbedaan yang sangat nyata dan terlihat dalam ekonomi masyarakat, seperti kekayaan. Terutama perbedaan di bidang ekonomi. Saat ini sangat mudah untuk melihat adanya ketimpangan kesempatan dan kemungkinan kedudukan sosial dalam masyarakat.
Pada topik kali ini yang menjadi titik utama adalah kesenjangan ekonomi antar kelompok masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan yang tidak merata karena tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang mempengaruhi tingkat produktivitas. Kesenjangan ekonomi ini menyebabkan terjadinya kesulitan dalam berbagai hal seperti Pendidikan, sanitasi, rumah layak huni, bahkan Kesehatan. Tidak meratanya pembangunan merupakan penyebab banyaknya orang merantau untuk mendapatkan fasilitas yang dianggap lebih layak. Namun, dengan banyaknya mmasyarakat yang melakukan urbanisasi ke Jakarta menyebabkan kesenjangan semakin besar dikarenakan lapangan kerja semakin sempit dan kualitas SDM yang belum mampu bersaing di ibukota.
Jika dikaitkan dengan kasus bajak laut di Somalia, hal tersebut juga terjadi karena adanya kesenjangan. Dilansir dari Liputan 6, Sebagai contoh, Jusuf Kalla menyebut praktik bajak laut Somalia. Hal tersebut diakibatkan karena masyarakat tidak dapat memanfaatkan SDA laut akibat IUU Fishing.
"Kalau kita sebut Somalia, apa pikiran anda semua? Bajak laut. Kenapa terjadi bajak laut di Somalia? Karena nelayan marah. Pantai Somalia terkenal sumber perikanan yang baik, tuna. Datanglah pelayar yang banyak macam-macam negara dengan kapal yang lebih canggih dari nelayan Somalia, masyarakat yang terganggu atau kehilangan mata pencahariannya tersebut kemudian beralih mencari pekerjaan lain. Rakyat marah, bukan mencari ikan, tapi mencari orang. Dari mencari ikan ke mencari kapal. Maka pendapatannya berlipat-lipat kali bulan dari ikan, tapi dari kapal," ujar dia.
Kriminalitas
Buntut dari kemiskinan dan kesenjangan yang terjadi adalah kriminalitas. Menurut Sahetapy, Â kriminalitas merupakan suatu bentuk kejahatan yang mana perbuatannya mesti diberi sanksi berupa hukuman atau pidana dan dilarang oleh masyarakat, sebab tindakan kejahatan tentunya melanggar norma-norma yang telah disepakati masyarakat dalam kehidupan.
Data pada tahun 2021 tersebut memperlihatkan tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi. Ketidakmampuan memenuhi tuntutan ekonomi menyebabkan orang nekat untuk mencari uang dengan melakukan tindak kekerasan. Pencurian, perampokan, begal, atau pungutan liar merupakan contoh tindak kriminalitas yang sering terjadi di masyarakat bukan hanya di Jakarta. Namun, dengan tingginya tingkat kemiskinan dan kesenjangan menyebabkan ikut bertambah tinggi pula tingkat kriminalitas.
Kesejahteraan di Jakarta
Kesejahteraan merupakan suatu hal yang diimpikan manusia. Menurut Nafiah (2015:315), kesejahteraan adalah perasaan hidup senang dan tentram tidak kurang apa-apa dalam batas yang mungkin dicapai oleh orang-perorang. Hal ini menjelaskan bahwa orang yang memiliki kehidupan sejahtera adalah Orang yang tercukupi sandang, pangan dan tempat tinggal yang nyaman, Terpelihara kesehatannya (jiwa dan raga), Â Anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang layak. Selain itu, Kesejahteraan juga mencakup unsur batin yaitu perasaan diperlakukan adil dalam kehidupan.
Dalam islam, kesejahteraan memiliki 5 indikator berdasarkan maqasid syariah yaitu :
- Hifdh al-nafs : Keterjagaan jiwa dan raga yang menjadikan alasan manusia tidak boleh dilukai atau disakiti tubuhnya, apalagi dibunuh. Dalam islam, semua hal itu dilarang kecuali dalam keadaan tertentu seperti perang, hukuman, dan keadaan khusus lainnya.
- Hifdh al-diin : Keterjagaan atas agama yang berarti semua manusia berhak memeluk dan mengimani agama tertentu tanpa dicampuri oleh orang lain, ini juga menjadi bentuk kebebasan beragama bagi setiap manusia dan termasuk kebebasan untuk tidak memeluk serta mengimani suatu agama.
- Hifdh al-'aql : Terjaganya akal pikiran dari berbagai hal yang merusak seperti minuman keras, narkoba, selain untuk alasan medis. Karena memiliki potensi besar untuk merusak Kesehatan akal dan pikiran manusia. Selain hal tersebur, ini juga menjadi garansi kebebasan manusia untuk berpikir dan berpendapat.
- Hifdh al-nasl : Keterjagaan atas keturunan yang menjadi alasan zina diharamkan. Â Pernikahan diluar nikah yang dapat mengancam dari berbagai sisi seerti biologis, psikologis, serta kesejahteraan hidup terutama dalam ekonomi dan sosial.
- Hifdh al-mal : Terjaganya harta dari hal yang merusak. Maqasid ini menjadi aturan memberikan hak kepada seseorang untuk dapat mencari dan memiliki harta benda dan melarang Tindakan perebutan dan kriminalitas seperti perampokan, pencurian, korupsi dan sebagainya.
Kesejahteraan dapat didapatkan dimanapun jika kita mau berusaha dan berserah diri kepada Allah SWT. Merantau ke ibukota merupakan salah satu Upaya untuk mencapai kesejahteraan. Dengan memenuhi hal diatas tanpa berlebihan sudah cukup untuk merasakan kesejahteraan.Kita dapat membuka usaha sendiri bahkan memberikan lapangan pekerjaan bagi orang sekitar tanpa harus merantau. Dengan demikian, kita dapat membantu orang-orang disekitar kita untuk sama-sama mencapai kesejahteraan. Karena Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami', No. 3289).
Ikut sertanya kita dalam membuka usaha sendiri dan memberikan lapangan pekerjaan juga membantu memperbaiki kondisi perekonomian setidaknya di daerah kita sendiri. Segala keterbatasan yang ada bukan menjadi alasan untuk menyerah dan selalu ada jawaban atas kesulitan yang dihadapi. Dalam hal usaha, kita dapat memanfaatkan Lembaga keuangan syariah seperti Bank Pembiayaan Syariah, Baitul Maal Wat Tamwil yang merupakan balai usaha mandiri terpadu yang memberikan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi yang dapat membantu dalam hal permodalan atau kita dapat melakukan kerja sama dengan berbagai akad syariah dengan tujuan kerja sama.
Ibu kota memang menayangkan kehidupan gemerlap namun ada sisi yang tidak terlihat  bagi kita. Masih banyak permukiman kumuh yang berdiri di pinggiran ibu kota. Kerasnya kehidupan disana menjadi alasan beberapa orang untuk menghalalkan berbagai cara. Kemiskinan bukan merupakan masalah akhir dan utama dalam kesejahteraan. Namun, yang perlu lebih diperhatikan adalah kesenjangan yang semakin melebar dan menyebabkan ketimpangan nyata di masyarakat yang perlu di atasi. Karena kesenjangan merupakan kondisi awal yang menyebabkan seseorang untuk melakukan urbanisasi atau merantau serta pengangguran yang melahirkan kemiskinan. Tidak ada salahnya untuk mencari peluang dengan persiapan yang matang agar mudah untuk ikut serta dalam persaingan di ibukota. Selain uang, modal yang harus kitab awa adalah Pendidikan, kualitas diri, kemampuan kerja, dan pengalaman. Tidak kalah penting adalah semangat kerja, tekad yang kuat, serta berserah diri kepada Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H