Mohon tunggu...
Rahmadani Akbar
Rahmadani Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Suka menyampaikan pikiran dan perasaan lewat tulisan, dan sulit rasanya membayangkan hidup tanpa itu.

Selanjutnya

Tutup

Love

Erich Fromm : Karena Cinta Tidak Sekedar Perasaan

26 Januari 2024   19:20 Diperbarui: 26 Januari 2024   19:35 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membahas soal cinta, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu cinta?..Kebanyakan orang mendefinisikan cinta yaitu rasa suka pada sesuatu. Maka ada istilahnya jatuh cinta. Apa iya begitu?

Kata Erich Fromm, salah seorang filsuf modern yang menulis sebuah buku dengan judul The Art Of Loving menyebutkan bahwa cinta itu seperti seni. Lebih lanjut ia mengatakan kalau cinta itu perlu untuk dipelajari, karena yang namanya cinta memerlukan pengetahuan. Ini penting untuk diketahui karena cinta bukan soal apa yang kamu cintai, tapi bagaimana kamu mencintai dengan baik?

Sebagian besar orang melihat cinta itu dari objek yang dicintainya. Bukan dari bagaimana caranya untuk mencintai. Misalnya seorang laki-laki mulai timbul benih-benih cintanya kepada seorang perempuan, yang difokuskannya adalah si perempuan dan bukan cara mencintai perempuan itu dengan baik dan benar. Nah, disinilah permasalahannya. Dan cara pandang seperti ini harus diubah. Untuk mengubahnya tentu tidak mudah. Butuh pemikiran yang  matang serta kesadaran dalam diri agar mampu mengendalikan diri dari cinta yang fokusnya hanya ke objeknya saja. Perlahan namun pasti ketika seseorang sadar dan belajar tentang cinta yang sesungguhnya, maka yang akan difokuskannya bukanlah objek yang dicintainya namun bagaimana cara mencintai dengan baik dan benar.

Ketahuilah bahwasanya cinta itu urusan karakter, jadilah karakter yang mencintai. Karakter itu lahir dari perilaku. Perilaku lahir dari pikiran kita. Bangun watak dalam diri sebagai seorang pecinta, nanti yang akan terjadi yaitu segala hal dapat dicintai. Ibaratkan seorang pelukis yang harus belajar melukis terlebih dahulu, nanti semua objek yang dilukisnya akan terlihat dengan indah dan menarik. Hal ini nantinya yang akan merubah cara pandang seseorang tentang cinta yaitu dengan membangun karakter cinta dalam dirinya.

Di sisi lain, manusia mempunyai problem eksistensial yaitu takut akan kesendirian dan kesepian. Hal ini merupakan permasalahan orang-orang modern saat ini. Jawaban dari permasalahan ini yaitu cinta. Dengan cinta, seseorang akan terhindar dari yang namanya kesendirian dan kesepian di dalam menjalani kehidupannya.

Cinta yang dimaksud disini yaitu cinta yang matang atau dewasa. Antara yang dicintai dan mencintai itu saling mengutuhkan dan saling menguatkan satu sama lain. Dua makhluk yang menjadi satu namun tetap dua. Demikianlah cinta yang seharusnya.

Namun, perlu dipahami bahwa ada cinta kekanak-kanakan yang prinsipnya yaitu aku mencintai karena aku dicintai duluan. Dalam cinta seperti ini, seseorang mungkin mencintai orang lain karena merasa sudah dicintai terlebih dahulu oleh orang tersebut, atau karena ingin merasakan perasaan dicintai dengan menggantungkan perasaannya pada sosok tersebut.

Cinta sejati tidaklah demikian, tidak hanya didasarkan pada prinsip mencintai karena ingin dicintai duluan. Cinta yang sejati adalah cinta yang tumbuh berdasarkan saling pengertian, saling memahami, saling percaya, dan saling mendukung. Kemudian prinsip dari cinta sejati atau cinta yang matang adalah aku mencintai karena sebelumnya mencintai. Bisa dibilang cinta karena cinta. Kayak judul lagu..ada lagunya tu..lu cari aja sendiri hahaha

Muncul pertanyaan baru. Apakah cinta yang kita rasakan saat ini sudah matang?.

Nah, untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut akan kita kemukakan pandangan dari Erich Fromm tentang ciri-ciri dari cinta yang sesungguhnya. Adapun ciri-cirinya yaitu:

1. Knowledge (Pengetahuan)

Cinta membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu yang kita cintai. Ini melibatkan suatu usaha untuk mengenalnya lebih dalam. Misalnya kita cinta dengan seorang wanita, maka kita harus mengenal wanita tersebut secara personal termasuk keinginannya, harapannya, kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan ini akan membantu kita untuk menciptakan hubungan yang lebih dalam dan saling memahami satu dengan yang lainnya.

2. Respect (Hormat)

Ketika seseorang sudah mengenal yang dicintainya, maka akan timbul rasa hormat akan diri yang dicintainya tersebut. Salah satu ciri cinta yang sejati yaitu membutuhkan rasa saling menghormati antara yang mencintai dengan yang dicintai. Ini berarti mengakui nilai-nilai, batasan dan privasi masing-masing. Hormat juga melibatkan penerimaan dan penghargaan akan keunikan dari yang dicintai. Dengan kata lain, menghargai karakter satu sama lain dan tidak saling memaksakan.

3. Care (Perhatian)

Cinta yang sesungguhnya sangat perhatian terhadap sesuatu yang dicintainya. Hal ini berarti peduli dengan yang dicintai. Apabila yang dicintai itu adalah pasangannya, maka ia peduli dengan pasangannya, mendengarkan setiap keluh kesahnya, dan bersedia memberikan dukungan kepadanya.

4. Responsibility (Tanggung Jawab)

Cinta yang matang membutuhkan tanggung jawab. Ini mencakup komitmen untuk menjaga dan merawat hubugan dengan baik, memperbaiki masalah yang nantinya tiba-tiba muncul, dan berusaha untuk menjadikan hubungan itu bertahan dalam waktu yang lama.

Itulah ciri-ciri cinta menurut Fromm. Yang namanya cinta sejati itu harus melibatkan pengetahuan, hormat, perhatian dan tanggung jawab. Hal ini tidak berlaku hanya pada cinta terhadap pasangan saja. Bisa juga cinta terhadap yang lainnya. Termasuk cinta kepada Allah Swt. hal ini penting disadari karena masih ada sebagian dari umat Islam belum mengenal siapa Tuhannya. Bagaimana mungkin dia akan beribadah kepada Tuhan sementara dia sendiri tidak kenal dengan Tuhannya. Oleh karena itu, umat Islam harus kenal dengan Tuhannya yaitu Allah Swt. Untuk kenal dengan tuhan maka perlu pengetahuan. Maka banyak-banyak belajar agar banyak pengetahuan. Ada sebuah kata-kata tasawuf yang menyebutkan Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu.. artinya yaitu barangsiapa kenal akan dirinya maka ia akan kenal dengan Tuhannya. Kemudian setelah kenal dengan Tuhannya yaitu Allah Swt. maka pasti akan muncul rasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Kita tunduk dan patuh kepadanya dengan mengerjakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inilah Respect. Setelah itu akan tumbuh  juga rasa care dan responsibility kita kepada Allah Swt. karena kita sebagai seorang hamba harus peduli dengan perintah dan larangan-Nya serta harus bertanggungjawab dengan keislaman kita di dunia ini.

Pada akhirnya, cinta itu tidak bisa didefinisikan. Semakin didefinisikan cinta maka akan semakin hilang maknanya. Karena cinta yang sesungguhnya adalah soal rasa. Adapun rasa sulit untuk didefinisikan. Jadi nikmati saja cinta itu!

Quote Penutup untuk tulisan ini,

“Belajarlah mencintai. Syarat belajar itu disiplin, konsentrasi, sabar dan harus dijadikan prioritas. Jadikan cinta prioritas tertinggi.” Kata Erich Fromm

Ada lagi quotenya…

“Hanya butuh waktu satu detik untuk kamu bilang ‘I Love You’, tapi membutuhkan waktu seumur hidupmu untuk membuktikannya.”

Itulah sedikit pengetahuan yang dapat dibagikan pada saat ini, dan itu pun kebanyakan contek dari pandangan Erich Fromm tentang cinta dan penambahan sedikit-sedikit dari yang menulis ini...semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun