Kita sebagai warga Indonesia pastinya sudah sering mendengar istilah demokrasi, dimana semua pendapat rakyat dapat diterima oleh pemerintah, namun apakah sudah benar begitu.Â
Namun sebelum negara kita menganut sistem pemerintahan demokratis, terdapat sejarah yang panjang dibaliknya. Kita sudah beberapa kali berpindah sistem pemerintahan, yang setiap perubahan tersebut dilatar belakangi oleh banyak hal, seperti ketidakpuasan President Soekarno, sehingga pada masa pemerintahannya di keluarkanya dekrit president pada 5 Juli 1959, dengan keluarnya dekrit tersebut maka menjadi awal sistem pemerintahan presidensil dengan demokrasi ala pak karno, perubahan tersebut bertujuan untuk menstabilkan keadaan politik negara yang sempat berantakan pada masa demokrasi liberal kala itu.
Begitu banyak perubahan yang bertujuan untuk menyempurnakan sistem pemerintahan negara kita, hingga akhirnya sampai pada titik ini, yaitu sistem presidensial dengan republik demokrasi, dan dalam setiap perubahannya juga terdapat banyak evaluasi, lalu dengan banyak nya perubahan dari waktu-waktu sebelumnya, apakah sistem yang kita anut sekarang sudah benar-benar pas bagi negara kita. Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan dimana warga dapat melakukan upaya pembuatan hukum atau pengembangannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.Â
Hal ini sudah terlaksana di Indonesia, dengan adanya DPR dan MPR di negara kita sebagai lembaga legislatif negara, dimana tugas nya adalah merumuskan, menetapkan, mengembangkan undang-undang negara, mengawasi jalannya pemerintahan, dan masih banyak lagi peran nya. Dengan adanya lembaga-lembaga pemerintahan tersebut seharunya segala pendapat dan suara rakyat dapat terdengar oleh pemerintah, sehingga kesejahteraan dan segala kendala yang ada dalam masyarakat dapat diatasi secara bertahap dengan pelan-pelan.Â
Namun nyatanya kita masih sering mendengar berita mengenai Dewan Perwakilan Rakyat yang tidak peka terhadap permasalahan publik, sehingga banyak permasalahan yang ada di masyarakat tidak teratasi atau terselesaikan.
Seperti permasalahan yang masih belum selesai beberapa tahun lalu, mengenai pembunuhan seorang aktivis bernama Widji Tukul, dia merupakan seorang aktivis yang sering menuntut keadilan mengenai HAM dimasa penindasan rezim pada masa orde baru, namun pada 23 Juli 1998 dia dilaporkan hilang, bahkan hingga sekarang kasus tersebut masih banyak terdapat sipang siur mengenai kebenarannya.
Dalam permasalahan tersebut apakah masih bisa disebut bahwa kita merupakan negara demokratis, yang kala itu seniman kita Widji Thukul hanya menyuarakan mengenai keadilan HAM, atau memang pada masa itu keadilan HAM tidak boleh ditegagkan dengan alasan menjaga stabilitas negara, memang pada masa itu ada larangan untuk menyuarakan kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan alasan menjaga stabilitas negara, namun pada kasus ini Widji Tukul hanya menuntut keadilan mengenai HAM, yang mestinya setiap warga bahkan manusia mempunyai hak-hak nya dari mereka ada di dunia, dan hak-hak tersebut mestinya dapat di dapat dalam menjalani kehidupan bernegara.
Dan pada beberapa waktu lalu juga terdapat peristiwa yang merenggut banyak nyawa warga, yakni kematian para penonton sepak bola di stadion Kanjuruhan, pada saat itu terdapat dua tim besar yakni Arema dan Persebaya yang bertanding sehingga banyak penonton dari suporter Arema yang menghadiri pertandingan tersebut, namun pada akhir pertandingan, klub Arema mengalami kekalahan, sehingga suporter Arema turun kelapangan, ada pendapat dari salah satu suporter, mereka turun guna memberikan semangat kepada para pemain.
Namun situasi waktu itu banyak sekali yang turun sehingga aparat pun menggunakan gas air mata guna mengkondisikan situasi, yang akhirnya malah menjadikan para suporter panik dan berhamburan untuk menyelamatkan diri dari perihnya gas air mata, dari rekaman yang beredar juga terdapat kekerasan dari salah satu aparat sampai menedang salah satu suporter yang berhamburan turun kelapangan, saking tidak terkondisi pada waktu itu, peristiwa ini sampai menelan ratusan korban bahkan ada korban yang masih dibawah umur.Â
Karena banyak nya korban yang berjatuhan maka para suporter menuntut usut tuntas mengenai peritiwa tersebut, menuntut pada aparat untuk menjelaskan mengapa mereka sampai mengambil keputusan menggunakan gas air mata yang kada luarsa, bahkan sampai ditembakan kedalam tribun.Â
Namun hingga detik ini masih juga belum terusut secara tuntas mengenai peristiwa tersebut dapat terjadi, sampai pada detik ini pun di wilayah Kota Malang banyak terdapat bendera bertuliskan usut tuntas, sebagai bentuk aspirasi masyarakat pada pemerintah agar permasalahan ini segera terselesaikan.
Dari kedua permasalahan diatas, banyak masyarakat yang berinisiatif untuk selalu mendesak pemerintah agar segera menyelesaikan kasus-kasus tersebut, namun nyatanya baik kasus yang sudah lama maupun yang baru terjadi masih sama-sama belum terpecahkan secara jelas siapa pelaku utamanya, dan apa motifnya sehingga tindakan-tindakan yang mengganjal perlu dilakukan, dengan fakta ini apakah negara kita masih bisa disebut demokratis, padahal banyak dari masyarakat bersuara, sampai mereka turun kejalanan.
Ada juga yang sampai mendatangi gedung-gedung pemerintahan daerah, apakah para wakil-wakil kita yang bertugas menyuarakan suara rakyat kepada pemerintahan yang tidak berfungsi, atau memang negara ini hanya demokratis secara tertulis, tetapi pada dasarnya negara kita memang demokratis hanya saja pelaku yang seharunya melaksanakan enggan atau kurang kesadaran untuk melaksanakan nya, mereka masih mementingkan kemanan dari posisi-posisi yang mereka miliki dan sibuk memperkaya diri, karena ada juga peristiwa dimana suara rakyat menang, yaitu pada masa penurunan Pak Soeharto.
Pada masa itu banyak dari kalangan mahasiswa yang menyuarakan suaranya. Yang berarti negara kita memanglah sebuah negara demokratis, namun masih terdapat beberapa oknum yang enggan melaksanakan dan menerapkan, dengan bertingkah sesukannya dan berlindung dibalik jabatannya. Dan kita sebagai warga negara memang mempunyai hak dalam turut serta dalam pemerintahan, tatapi kita juga tidak hanya mengkritik karena segala permasalahan yang ada pada negara juga merupakan tanggung jawab kita bersama, jadi perlu adanya kesinambungan antara masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi segala permasalahan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H