Mohon tunggu...
Rahmadani Aidilfc
Rahmadani Aidilfc Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapa Itu Santri Apa Perannya untuk Negeri

16 Oktober 2022   21:33 Diperbarui: 17 November 2022   12:30 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mestinya kita sudah tidak asing lagi dengan kata santri sejak adanya peringatan mengenai Hari Santri Nasional pada tanggal 22 November yang disahkan oleh presiden kita  yakni Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Oktober yang tercantum pada Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 terkait Hari Santri Nasional, yang dideklarasikan di Masjid Istiqlal pada tanggal 22 Oktober oleh Presiden Joko widodo sebagai bentuk penghargaan serta penghormatan bangsa kita terhadap perjuangan para santri dan kiai dimasa penjajahan atau yang biasa disebut resolosi jihad pada 22 Oktober 1945 yang diserukan KH. Hasyim Asy'ari kepada seluruh santri dan kiai dari penjuru nusantara, inilah alasan mengapa hari santri diperingati pada tanggal 22 Oktober setelah sebelumnya Prisiden Joko Widodo berpendapat pada tanggal 1 Muharrom. 

Sejarah mencatat para santri dan pejuang-pejuang lain berperan besar dalam merebut kemerdekaan Indonesia, perjuangan tersebut di latar belakangi dengan akan kembalinya sekutu ke Indonesia setelah menyerahnya Jepang tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, lalu pada tanggal 17 Agustus bagsa kita memproklamasikan kemerdekanya secara de facto dilanjutkan dengan penetapan undang-undang dan lembaga legislatif negara.

Namun setelah rentetan kejadian yang membahagiakan bagi bangsa kita, di sisi lain bangsa kita juga mendapat konsekwensi karena menyerah nya Jepang pada sekutu secara sukarela, maka otomatis Belanda bahkan beserta Netherlands Indies Civil Administration (NICA) akan mengunjungi negara kita bukan untuk mengucapkan selamat namun untuk merebut kebahagiaan yang baru kita dapat, kunjungan mereka disambut meriah oleh negara kita yang dimeriahkan oleh rakyat Indonesia yang didominasi oleh para santri karena adannya penyataan dari KH. Hasyim Asy'ari dan ulama-ulama lain yakni perang untuk membela negara kita adalah perang suci (jihad), hal ini ada karena Presiden Soekarno waktu itu berkonsultasi kepada KH. Hasyim Asy'ari mengenai hukum membela negara, lalu diberi nama Resolusi Jihad, gerakan ini yang mengundang para rakyat khususnya para santri untuk bergotong royong ikut membela negara, adapun bunyi dari gerakan resolusi jihad adalah sebagai berikut :

Dikutip dari buku KH Hasyim Asy'ari dan Resolusi Jihad karya Muhammad Rijal Fadli dan Bobi Hidayat, berikut bunyi Resolusi Jihad

Resolusi Jihad NU

1.Kemerdekaan Indonesia yang relah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 harus dipertahankan

2.Pemerintah RI sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dipertahankan dengan harta maupun jiwa

3.Musuh-musuh Indonesia, khususnya orang-orang Belanda yang kembali ke Indonesia dengan menumpang pasukan Sekutu (Inggris), sangat mungkin ingin menjajah kembali bangsa Indonesia setelah Jepang ditaklukkan

4.Umat Islam, khususnya warga NU, harus siap bertempur melawan Belanda dan sekutu mereka yang berusaha untuk menguasai Indonesia kembali

5.Kewajiban jihad merupakan keharusan bagi setiap Muslim yang tinggal dalam radius 94 kilometer (sama jaraknya dengan qashar, di mana meringkas shalat boleh ditunaikan oleh Muslim santri)

6.Mereka yang berada di luar radius itu mempunyai tanggung jawab mendukung saudara-saudara Muslim mereka yang tengah berjuang dalam radius tersebut.

Resolusi jihad kemudian dikukuhkan dalam Muktamar XVI NU di Purwokerto tanggal 26-29 Maret 1946. Hal ini juga menegaskan sikap NU dalam membela kernerdekaan Indonesia bersama para kyai dan santri. Dari pernyataan tersebut kita dapat mengetahui betapa gentingnya keadaan saat itu, betapa besarnya  cinta para rakyat pada keutuhan bangsa ini, dan pada kemerdekaan nya, khususnya para santri pada waktu itu tidak hanya mengaji, sholat. 

Namun kepekaan kita terhadap suatu permasalahan umat yang dapat menganggu kemaslahatan bersama memang perlu di tindak dan segera diselesaikan, jika pada waktu itu para rakyat termasuk santri tidak melakukan perlawanan mungkin bukan perlawanan, tepatnya adalah pembelaan, pastinya Indonesia yang sekarang tidak akan ada, keberagaman yang kaya akan rasa dan perasaan tidak akan pernah bisa dirasakan. Maka dari itu semestinya sebagai santri yang nantinya mewarisi perjuangan leluhur kita terdahulu kita dapat menjaga segala hal yang telah mereka bela pada waktu itu, baik itu berupa perbedaan atau persamaan yang selalu berdampingan dalam kehidupan. 

Dengan menjaga warisan para pendahulu kita, barulah pantas kita menyandang nama santri, karena santri bukan hanya orang yang hanya mengutek ilmu-ilmu agama namun bagaimana mereka merealisasikan, mengaplikasikan kedalam kehidupan mereka, dan memadukan dengan ciri khas, budaya yang telah di jaga pada masa resolusi jihad pada waktu itu, bukan malah mengharamkan, menenggelamkan apa yang telah dijaga sejak dulu dengan mengatas namakan agama dan menyebabkan perpecahan bukan kemaslahatan, karena kehidupan kita sekarang sudah berbeda dengan masa resolusi jihad yang membela dengan berperang dan mengangkat senjata, kita sekarang berhadapan dengan kejamnya pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi jika kita kalah atau terhanyut dengan pengaruh tersebut bisa jadi kita mengabaikan jati diri kita sebagai santri Indonesia. Mengingat perkataan Presiden Soekarno "Kalau jadi hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang islam jangan jadi orang Arab, kalau kristen jangan jadi orang yahudi, tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini"

Maka dari itu perlu bagi santri untuk dapat mengimbangi antara agama dan permasalah yang ada di depan mata, salah satu cara nya mungkin dengan memegang perkataan Pak Karno dan memegang teguh makna dari nama santri tersebut, yang pada tiap hurufnya ada makna yakni

: salikun ila akhiroh yang berarti menuju akhirat

 : naibun Anil masayiq (generasi pengganti para ulama)

: tarikun Anil maaashi ( mampu menjauhkan diri dari maksiat)

: roghibun fiil qhoirat (senang dalam hal kebaikan)

: yarju as-salamata fi ad-diini waddunya wal akhirat (mengharapkan keselamatan agama, dunia dan akhirat)

Dengan tetap berpegang teguh pada makna tersebut dan tetap mengakui bahwa kita adalah santri Indonesia, mungkin kita dapat menjadi seorang santri Indonesia yang dapat menjadi penerus, yang dapat menjaga keutuhan dan segala hal yang ada didalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun