Mohon tunggu...
Rahmad Angga DS
Rahmad Angga DS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Komunikasi Keluarga pada Film "Ngeri-Ngeri Sedap"

6 November 2023   16:14 Diperbarui: 6 November 2023   16:16 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada scene 5 level realitas dapat dilihat dari ekspresi dan gerak tubuh Sarma yang memalingkan muka kepada saudara laki-laki nya dan hanya menangis kepada Mak Domu. Disini, dapat diartikan bahwa keluarga ini menunjukan tipe keluarga konsensual yang mana perempuan atau istri harus berada dibawah laki-laki atau suami.

Level realitas pada scene 6 dapat dilihat dari gerak tubuh dan ekspresi Pak Domu yang hanya diam dan tidak peduli dengan apa yang dikatakan anak dan instrinya menandakan bahwa Pak Domu adalah tipe keluarga protektif yang tidak memiliki komunikasi intens dengan sesama anggota keluarga.

Level realitas pada scene 7 dapat dilihat dari gerak tubuh Pak Domu yang memperlihatkan gestur memohon dan gelisah agar Mak Domu dan pulang kembali ke rumah mereka.

  • EMUAN VISUAL PADA LEVEL REPRESENTASI

Pada scene 1 menunjukan bahwa Mak Domu dan Pak Domu sedang menelfon anak-anak nya yang berada diperantauan, namun seluruh anaknya hanya menjawab telfon dengan seperlunya dan langsung memutus jaringan sepihak. Pak Domu tetap memaksa Mak Domu untuk terus menghubungu anaknya kembali. Level representasi pada scene 1 yaitu dari teknik pengambilan gambar yang dominan close up. Teknik pengambilan gambar close up ini bertujuan untuk memperliatkan ekspresi wajah memaksa Pak Domu yang mencerminkan adanya komunikasi yang buruk antara Pak Domu dan Mak Domu.

Level representasi pada scene 2 terdapat pada teknik pengambilan gambar yang menggunakan ekstreme long shot sehingga dapat terlihat jelas ekspresi dan gestur tubuh tokoh yang menandakan bahwa adanya komunikasi yang buruk antar sesama anggota keluarga.

Pada scene 3 menggabarkan bahwa Domu, Gabe dan Sahat sedang erdiskusi dengan Opung Domu perihal permasalahan mereka dengan Pak Domu. Level representasi dalam scene ini, yaitu dari teknik pengambilan gambar yang menggunakan long shoot sehingga dapat mempresentasikan secara keseluruhan gerak tubuh dan ekspresi wajah para tokoh.

Level represenatsi pada scene 4 dapat dilihat dari teknik pengambilan gambar dan backsoud music. Teknik yang digunakan yaitu medium shoot dengan teknik Pan yang mengikuti pergerakan pemain. Sehingga terlihat jelas ekspresi dari seluruh tokoh ditambah dengan backsound musik tegang yang mendukung bahwa sedang adanya perdebatan pada scene tersebut.

Level realitas pada scene 5 dapat dilihat pada teknik pengambilan gambar yang digunakan yaitu medium shot. Teknik ini, dapat mempresentasikan bagaimana Sarma dan Mak Domu menangis dikarenakan banyak nya permasalahan yang tidak pernah dikomunikasikan dengan sesama anggota keluarganya.

Pada scene 7 diperlihatkan bahwa keluarga Pak Domu tengah berkunjung ke keluarga Mak Domu untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dan juga untuk mengajak Mak Domu kembali pulang kerumah. Level representasi pada scene 7 terdapat pada teknik pengambilan gambar yang menggunakan ekstreme long shot sehingga dapat terlihat jelas ekspresi dan gestur tubuh tokoh.

  • TEMUAN VISUAL PADA LEVEL IDEOLOGI

Pada scene 5 menunjukan bahwa Sarma tengah menangis kepada Mak Domu dikarenakan Sarma selalu mengalah dengan saudara laki-laki nya dan selalu menuruti keinginan Pak Domu yang sebenarnya bertentangan dengan keinginan dan mimpi Sarma. Level ideologis pada scene 5 dapat dilihat dari segi ras, dikarenakan menurut budaya batak perrempuan dilarang melawan seorang lelaki. Sehigga sarma hanya bisa diam menuruti apa yang diperintahkan Pak Domu.

Pada scene 7 menunjukan adanya diskusi antara dua belah pihak keluarga Mak Domu dan Pak Domu. Dikarenakan ssetekah perbedatan di keluarga mereka, Mak Domu memutuskan untuk pulang kerumah opung domu. Level ideologi pada scene ini dapat dilihat dari segi ras, dikarenakan menurut adat batak apabila istri sudah pulang kerumah orang tua nya, yang mejemput agar istri kembali terumah adalah suami beserta seluruh keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun