Mohon tunggu...
Rahmad Alkhadafi
Rahmad Alkhadafi Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Falsafah Hidup Fahruddin Faiz

23 Mei 2024   11:06 Diperbarui: 23 Mei 2024   11:07 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gemasulawesi.com/id/kupas-tuntas/7738/mengenal-sosok-fahruddin-faiz-dalam-dunia-filsafat

Keterbatasan ini bukanlah kelemahan, tetapi bagian dari kemanusiaan kita. Dengan menyadarinya, kita dapat hidup dengan lebih bijaksana, penuh empati, dan saling menghormati satu sama lain. Dan dalam perjalanan hidup ini, meskipun kita hanya manusia dengan segala keterbatasannya, kita bisa menemukan makna dan kebahagiaan dalam setiap momen yang kita alami.

Jangan menunggu popular baru bahagia, jangan menunggu senang untuk bahagia, maka bahagia itu ialah kebebasan dari keterikatan, carilah di dalam dirimu, jangan capek-capek cari kebahagiaan dari luar. Jalani hidupmu sesuai fitrahmu.

Pernyataan ini memaparkan filsafat hidup yang mendalam, mengajak kita untuk mengubah paradigma tentang apa sebenarnya kebahagiaan dan dari mana ia berasal. Terkadang, kita cenderung memposisikan kebahagiaan sebagai sesuatu yang harus dicapai melalui pencapaian luar, seperti popularitas atau kesenangan materi. Namun, pesan yang disampaikan di sini adalah bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada hal-hal eksternal yang tidak stabil dan berubah-ubah.

Bahkan, pernyataan ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati adalah kebebasan dari keterikatan terhadap hal-hal duniawi yang seringkali hanya memberikan kepuasan sesaat. Kebahagiaan sejati terletak dalam kedalaman diri kita sendiri. Ini bukan tentang menunggu popularitas atau kesenangan luar untuk merasa bahagia, melainkan tentang menemukan kedamaian batin dan kebahagiaan yang berakar dalam keberadaan kita sendiri.

Dalam dunia yang penuh dengan distraksi dan godaan, pernyataan ini menjadi pengingat bahwa pencarian kebahagiaan sejati seharusnya dimulai dari dalam diri kita sendiri. Ini menekankan pentingnya introspeksi, pengembangan spiritual, dan pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya. Ketika kita mulai menggali ke dalam diri kita sendiri, kita akan menemukan bahwa kebahagiaan yang abadi tidak tergantung pada situasi eksternal atau pencapaian lahiriah.

Jalani hidupmu sesuai fitrahmu adalah seruan untuk hidup secara otentik, sesuai dengan kodrat dan esensi yang sejati dalam diri kita. Ini adalah panggilan untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan yang benar-benar mencerminkan siapa kita sebenarnya, bukan hanya berusaha memenuhi harapan dan ekspektasi orang lain atau mengejar popularitas sesaat. Dengan memahami dan menghargai fitrah kita sendiri, kita akan mampu menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati, tidak lagi tergantung pada dunia luar yang selalu berubah.

Ketika Anda membenci seseorang, orang itu tidak merasakan apa-apa. Yang sakit, sumpek, dan gelisah adalah Anda sendiri yang membenci.Lalu, kenapa Anda menghabiskan energi untuk sumpek sendirian, sementara orang yang Anda benci masih bisa tertawa-tawa?

Pernyataan ini menggambarkan konsep yang mendalam tentang dampak negatif dari rasa benci dalam diri kita. Terkadang, kita cenderung memupuk perasaan negatif terhadap orang lain, mungkin karena pengalaman buruk atau perbedaan pandangan. Namun, apa yang seringkali luput dari perhatian adalah bahwa perasaan benci itu sendiri tidak menghasilkan apa-apa kecuali penderitaan bagi diri kita sendiri.

Saat kita membenci seseorang, orang yang menjadi objek kebencian itu seringkali tidak merasakan dampaknya secara langsung. Mereka mungkin bahkan tidak sadar akan keberadaan perasaan benci tersebut. Sebaliknya, yang merasakan dampaknya adalah diri kita sendiri. Perasaan benci menciptakan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan kegelisahan dalam diri kita sendiri. Ini menghabiskan energi emosional kita dan mengganggu kedamaian batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun