Mohon tunggu...
rahmad nasir
rahmad nasir Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Seorang aktivis mahasiswa Cipayung. Tinggal di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Anak Jauh Sebelum Anak Dilahirkan

30 Agustus 2016   23:00 Diperbarui: 31 Agustus 2016   00:16 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam pandangan agama manusia terkategori sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan sebagai khalifah dan abdullah. Sebagai khalifah, manusia dihadirkan ke muka bumi ini untuk menjadi pemimpin di dunia. Sementara sebagai abdullah manusia memiliki kewajiban sebagai hamba Tuhan yang harus melaksanakan segala perintah Tuhan lewat berbagai macam amalan yang disyariatkan. 

Untuk itulah manusia harus memposisikan dirinya dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia lain, tumbuhan, hewan dan alam semesta tempat dimana manusia hidup secara proporsional dan sebagaimana seharusnya.

Sejak manusia pertama yang dikenal dengan nama “Adam” diciptakan dan berlanjut dengan proses kelahiran dari waktu ke waktu hingga saat ini secara turun-temurun, maka sebenarnya semua manusia itu bersaudara karena berasal dari nenek moyang yang sama. Proses kelahiran secara turun-temurun adalah tindakan mewariskan genetik manusia kepada anak keturunannya. 

Sifat bawaan yang tertanam dalam kromosom manusia diderivasi kepada keturunannya sehingga secara fisikal dapat diidentifikasi kemiripan antara ayah dan anak atau antara ibu dan anak bahkan dari tampilan fisikal seorang manusia ada bauran kemiripan antara ayah dan ibunya, bahkan secara sifat emosional pun bisa turun dari orang tua kepada anaknya.

Kendati demikian, dalam pandangan teologi orang tua yang baik/saleh belum tentu menurunkan kesalehannya kepada anak kandungnya, demikian juga orang tua yang buruk perangainya belum tentu menurunkan keburukan sifat kepada anaknya juga. Realita ini mencerminkan peran didikan orang tua kepada anak sangatlah penting dikarenakan anak adalah amanah dari Tuhan dan akan dipertanggungjawabkan nanti di alam akhirat. 

Jika anaknya buruk ketakwaannya maka akan berdampak buruk pula pada orang tuanya kelak di akhirat, demikian pula jika ketakwaan anak baik tentu berpengaruh baik pula pada orang tuanya di alam akhirat. Bahkan, di dunia sekalipun kebaikan perilaku seorang anak di mata masyarakat akan berpengaruh pada rasa hormat dan takjub masyarakat di sekitar tempat tinggal terhadap orang tua dari anak tersebut. Demikian pula jika anak berperangai buruk di masyarakat juga akan berdampak buruk bagi nama baik orang tuanya di mata masyarakat.

Perilaku anak adalah cerminan perilaku manusia sebelum ia dilahirkan, sehingga benar apa yang biasa disebut sebagai hukum karma atau kebaikan sekecil apa pun akan dibalas demikian juga kejahatan sekecil apa pun akan mendapat balasan yang setimpal. Hukum alam lain yang mendukung hal ini adalah hukum III Newton tentang gerak aksi reaksi. 

Orang bahkan sering menyebutnya dalam adagium “buah jatuh tidak jauh dari pohon”. Cukup beralasan adagium ini, hanya saja tinggal diperjelas apakah dalam kategori fisikal ataukah dalam hal perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengantisipasi hal ini maka sebaiknya sejak sebelum menikah pun seorang manusia sudah harus mempersiapkan dirinya dengan baik yakni berperilaku baik dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan halal zat serta cara memperolehnya. 

Bukankah makanan yang ia konsumsi itulah yang akan menjadi sperma dan ovum yang akan mewujud menjadi manusia sebagai anaknya?. Itulah salah satu alasan penting mengapa makanan yang dimakan manusia harus memenuhi kehalalan zatnya, kehalalan cara memperolehnya, dan bergizi bagi kesehatan manusia.

Ketika menikah dan mendapat kabar baik tentang kehamilan seorang istri atau calon ibu dari janin tersebut, maka semua keluarga akan bahagia dan bersyukur terhadap karunia Tuhan yang maha indah ini. Dalam masa-masa kehamilan ini juga adalah satu tahapan mendidik anak yakni janin yang sementara dikandung.

Tinjauan dari sisi kesehatan melalui saran dokter-dokter kandungan yang sering didengar bahwa ibu hamil harus makan makanan dan minumam yang bergizi, olahraga ringan serta harus selalui didampingi dan diberi perhatian oleh sang suami tercinta dan orang-orang dekatnya. Mereka bahkan menyarankan untuk sering bermain-main atau berdialog dengan calon bayi, memperdengarkan musik indah atau memperdengarkan lantunan Al-Qur’an yang katanya mampu membuat kesehatan sang bayi lebih baik. Pendidikan untuk anak dalam kandungan juga sangat penting bagi perkembangan kesehatan fisik maupun mental nantinya saat ia mulai dilahirkan dan tumbuh secara alami menuju remaja hingga dewasa.

Seringkali orang tua yang bergelar akademik master, profesor dan doktor dan berpangkat serta memiliki jabatan penting di pemerintahan maupun perusahaan tertentu belum tentu mampu mendidik anak dengan baik untuk kepentingan masa depan anaknya. Hal ini dikarenakan faktor kesibukan dan tak punya waktu untuk bersenda gurau dengan anak, menasehati anak dan memberi tauladan secara langsung kepada anaknya. Anaknya lalu diserahkan kepada neneknya atau pembantu di rumah sehingga ikatan emosional kasih sayang antara pembantu atau neneknya lebih dekat ketimbang orang tuanya. 

Pekerjaan yang menumpuk membuat orang tua harus pagi-pagi berangkat kerja dan pulang dalam kondisi lelah sementara anaknya sudah tertidur pulas. Apa yang dibutuhkan anak? Tidak selamanya yang dibutuhkan adalah uang dan segala barang permainan mewah lainnya namun lebih dari itu adalah kebutuhan akan waktu bersama ayah ibunya, kebutuhan makan bersama di satu meja keluarga, kebutuhan dipeluk dan dicium orang tuanya, kebutuhan dibelai kepalanya, serta kebutuhan tertawa bersama dalam satu waktu yang diberi nama “waktu emas”.

Ajaran agama mengajarkan kepada manusia untuk mencari nafkah secara halal, halal yang dimaksudkan adalah halal dalam zatnya dan halal pula dalam cara memperolehnya. Mengapa demikian?, hal ini dikarenakan makanan yang diperoleh secara haram dan/atau haram dalam zatnya akan menjadi darah daging dan berpengaruh pada kesehatan dan mentalitas anak. Jika sejak kecil anak sudah diberikan makanan dengan zat dan cara memperoleh demikian, maka ia akan tumbuh dengan perilaku yang sama yakni memperoleh segala sesuatu yang diinginkan/dibutuhkan dengan cara-cara yang haram pula. 

Inilah yang mengharuskan orang tua dalam pekerjaannya untuk tidak mengambil harta/barang yang bukan miliknya, namun hanya mengambil yang memang haknya. Pemberitaan media akhir-akhir ini dipenuhi oleh banyaknya pejabat negara hingga daerah-daerah yang terjerat kasus korupsi sehingga bisa dibayangkan berapa banyak makanan haram yang masuk ke dalam lambung anaknya, seberapa malu anaknya melihat orang tuanya terjerat kasus korupsi dan ini berdampak pada kondisi psikis anaknya karena dalam pergaulan dengan teman-temannya ia akan dijuluki sebagai anak sang koruptor.

Deskripsi di atas memberikan kejelasan bahwa betapa kesehatan dan akhlak moralitas anak sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan didikan orang tuanya. Hal ini karena rumah dan keluarga adalah sekolah pertama bagi anak dan berperan penting dalam pendidikan anaknya. Dari tiga segmentasi wilayah pendidikan seperti sekolah, masyarakat dan keluarga harus saling mendukung satu sama lain. 

Orang tua tidak hanya bisa mempercayakan secara mutlak pendidikan anaknya kepada sekolah formal tempat ia belajar, namun lebih dari itu orang tua juga harus menjaga pergaualan anaknya di lingkungan masyarakat. Dengan siapa saja ia bergaul sehari-hari? Kemana saja ia pergi sehari-hari? Apa kebiasaan/aktivitas sehari-hari bersama teman-temannya? Seberapa besar animonya untuk berkecimpung dalam organisasi kemasyarakatan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya?

Semuanya itu harus dipantau dengan baik dan diarahkan jika keluar dari jalur yang diharapkan. Selain sekolah dan masyarakat, pendidikan anak di dalam keluarga/rumah juga sangat penting. Hal ini karena pembentukan karakter terjadi di sini. Nilai-nilai karakter diajarkan di sini seperti kejujuran, kerja keras/ulet, kerja sama, keadilan, kesederhanaan, kesetiaan dan sebagainya. Semua diajarkan dengan hal-hal yang sangat sederhana.

Contoh yang paling kongkrit dalam mengajarkan nilai-nilai dalam keluarga diantaranya adalah selalu makan bersama dengan orang tua dalam satu meja makan, bangun pagi, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah dengan kerelaan, tidak mencuri uang milik orang tua, saling membantu menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, pakaian, menyapu halaman, memasak, berdoa bersama dan sebagainya. Jika kebiasaan ini dilakukan terus-menerus dan menjadi pembiasaan maka akan tumbuh menjadi karakter profil seorang anak yang diharapkan cemerlang masa depannya.

Manusia selalu dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang berhubungan dengan tempat atau lingkungan sehingga faktor lingkungan berperan penting dalam pendidikan anak. Orang tua harus cerdas memilah-milah antara waktu dan ruang ini, pada waktu yang bagaimana anak tepat berada di mana. Dalam hubungannya dengan lingkungan, saat masa kanak-kanak dimana TK/PAUD yang cocok untuk pendidikannya, demikian halnya juga dari SD hingga SMA harus diindentifikasi minat dan bakat anak ke arah mana dan harus disesuaikan dengan jenis sekolah yang akan mengembangkan minat dan bakat tersebut. 

Seringkali didapati orang tua memaksakan anaknya untuk bisa sama persis dengan keahlian dan profesi orang tua saat dewasa nanti. Padahal ini hanya akan menyiksa dirinya karena anak tidak menikmati pilihan disiplin ilmu yang ia sukai. Jika menghendaki anak meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi, maka harus dipertimbangkan kemampuan, minat dan bakat anak, selain itu juga apakah ia harus merantau jauh dari orang tua ataukah mengenyam pendidikan di tempat dimana orang tuanya tinggal. Keputusan ini berkaitan dengan kota tujuan, kampus, jurusan, serta kesehatan anak jika jauh dari orang tua.

Akhirnya, jika semua itu sudah dilalui dengan baik. Orang tua harus selalu menyelipkan doa-doa terbaik kepada Tuhan di sela-sela kegiatan mendidik anak sambil bersyukur karena Tuhan telah menitipkan anak tersebut kepadanya. Doa agar anaknya selalu sehat dan tumbuh secara normal serta kelak menjadi anak yang dibanggakan dengan memiliki integritas yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. 

Saat menginjak dewasa anak diharapkan untuk secara mandiri memutuskan segala yang terbaik bagi kehidupannya, memutuskan untuk bekerja dimana serta memilih pasangan hidup yang berkualitas bagi pendidikan keturunannya kelak dan yang terpenting adalah akhlaknya baik sehingga mampu bermanfaat bagi dirinya, keluarga, agama, masyarakat, bangsa dan negara. Selamat mendidik bagi para calon orang tua dan yang telah menjadi orang tua bagi anak-anaknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun