Mohon tunggu...
Rahmad Wijaya
Rahmad Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya orang yang kesana-kemari untuk belajar

Semua kisah yang terjadi adalah seni di dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ironi di Negeri yang Kaya

28 Februari 2022   15:33 Diperbarui: 1 Maret 2022   02:19 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini kita menerima berita di dalam negeri, kita sedang mengalami kekurangan bahan pokok, yang membuat kelangkaan pasokan di berbagai daerah. Mulai dari Minyak Goreng, Kedelai, daging sapi, bahkan Gula Pasir banyak orang-orang sulit mendapatkan bahan-bahan pokok tersebut.


Minyak Goreng dari beberapa bulan yang lalu sudah mengalami kelangkaan, bahkan pemerintah sudah mengambil kebijakan untuk menekan harga minyak goreng agar harganya tak melambung tinggi. Namun kebijakan Pemerintah tak mampu untuk menekan kelangkaan dan harga jual di masyarakat. Dari beberapa kasus yang terjadi penimbunan Minyak Goreng terus terjadi di berbagai daerah, para pelakunya juga dari berbagai kalangan. Mulai dari ibu-ibu rumah tangga, dan para pelaku distributor sendiri.

Kelangkaan Tempe di Negeri Tempe

Dalam beberapa hari belakangan timbul kenaikan harga kedelai yang membuat para produsen tempe di berbagai daerah berhenti melakukan kegiatan produksinya, karena khawatir jika mereka tetap melakukan kegiatan produksi dengan harga jual yang naik membuat para pelanggannya pergi. Para pelaku produsen Tempe berharap pemerintah dapat membantu mengendalikan kenaikan harga kedelai, agar para produsen Tempe tetap dapat melakukan kegiatan produksinya seperti biasanya. Kita ketahui para produsen Tempe di dalam negeri masih bergantung pada kedelai impor, mereka mengaku bahwa kedelai impor dapat menghasilkan kualitas Tempe yang lebih baik, karena ukuran kedelai impor lebih besar daripada lokal, bahkan dari segi warna kedelainya pun lebih kuning. Menurut produsen Tempe, kedelai lokal lebih cocok untuk produksi pembuatan Tahu, karena ukurannya yang lebih kecil ketimbang kedelai impor.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tempe

Di kutip dari Wikipedia, Indonesia adalah rumah dari Tempe. Tempe berasal dari Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tempe telah di konsumsi oleh masyarakat Indonesia dari abad-abad yang lalu dari sebuah proses fermentasi. Tak seperti tahu atau makanan yang terbuat dari kedelai lainnya yang berasal dari China atau Jepang. Tapi Tempe memang ciri khas asli Indonesia. Tapi mengapa tempe sulit di negaranya sendiri ?

Naiknya harga Daging Sapi Impor

Baru-baru ini juga daging sapi mengalami kenaikan harga, membuat para pedagang menghentikan kegiatan jual belinya. Kegiatan itu di lakukan oleh para penjual daging sapi sebagai upaya dari mereka agar pemerintah dapat membantu permasalahan yang terjadi pada mereka.

Kita juga mengetahui bahwa pemerintah juga melakukan kegiatan impor daging sapi dari Australia untuk mencukupi kebutuhan Nasional, ketergantungan negara kita terhadap suplai daging sapi dari Australia membuat kebutuhan Nasional kita masih tergantung kepada mereka, alhasil harga dalam negeri pun mengikuti harga dari Australia. Kurangnya pasokan daging sapi lokal untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, membuat kita tetap harus bergantung terhadap kegiatan ekspor di sektor ini. Ini sangatlah miris, Indonesia adalah negara yang luas, bahkan terluas di Asia Tenggara. Namun mengapa kadang-kadang kita menghadapi kekurangan bahan pokok, padahal negara kita jauh lebih luas daripada Laos dan Kamboja.

Indonesia Negara yang Kaya, Orangnya yang membuat Miskin.

Indonesia adalah negeri yang kaya, bumi Pertiwi ini telah di berikan kekayaan alam yang berlimpah, dan suburnya tanah di Indonesia membuat mudahnya untuk di tanami tumbuhan. Dari Sabang sampai Merauke, hutan-hutan membentang luas, pegunungan berdiri tegak, sungai-sungai mengalir berkelok-kelok, lautannya yang kaya mengintari lautan Nusantara. Apa yang sebenarnya terjadi dengan bangsa ini ? Kelangkaan dari kekayaan alam di negeri yang kaya, atau keserakahan masyarakatnya yang terus-menerus merasa kurang, atau mungkin masyarakat negara ini sangat pintar dalam membaca peluang dari celah-celah yang bisa di manfaatkan.


Jika negara kita di lihat, kita memiliki lahan yang luas untuk menanamkan sawit. Di daerah Sumatera sendiri, sudah banyak sekali lahan perkebunan sawit, bahkan ada yang lahannya tanpa izin. Dulu kita ketahui kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan terjadi akibat dari pembangunan lahan sawit, yang di lakukan oleh oknum-oknum yang ingin menanamkan sawitnya di daerah tersebut. Kebakaran hutan tersebut, kabutnya sampai membuat negara-negara tetangga kita merasakan dampaknya. Malaysia dan Singapura benar-benar merasakan dampak negatif dari kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Provinsi Riau dan Sumatera Selatan adalah daerah terparah yang mengalami kebakaran hutan.

Dari luas kebakaran lahan hutan yang terbakar, dan di tanami pohon sawit. Lalu mengapa kita mengalami krisis Minyak Goreng ?, Yang jelas-jelas hutan sawit kita lebih luas dari Malaysia, tapi mengapa Malaysia bisa mendapatkan harga Minyak Goreng yang lebih murah ?. Tak perlu dari tahun ke tahun, dari bulan ke bulan saja, harga minyak goreng di minimarket terus naik.

Negara kita adalah negara yang kaya, tapi kita telah memiskinkan negaranya sendiri. Apa yang salah ? Pemimpinnya ?, Pemerintahannya ?, Tak perlu menyalahkan siapapun, kita adalah bangsa yang tak pernah malu & tidak tahu diri. Kita selalu berkiblat kepada negara lain, kita selalu melihat negara lain, kita selalu mengikuti negara lain, kita selalu ikut-ikutan, dan tidak pernah melihat apa yang sebenarnya ada dan apa yang terjadi di negaranya sendiri. Lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka, tapi bangsanya setiap tahun semakin dangkal pikirannya. Malu ibu Pertiwi, sedih ibu Pertiwi, setiap kali menghadapi bencana bukannya berpikir malah mencaci maki.


Negara kita kurang luas bagaimana untuk menernakan sapi, sehingga kita bisa mencukupi daging sapi untuk kebutuhan Nasional sendiri. Negara kita kurang luas bagaimana, dari Sabang sampai Merauke. Dari Aceh sampai Bandar Lampung, apa yang sebenarnya membuat Gula sulit ?, Negara kita luas, kalau hanya untuk mencukupi kebutuhan gula Nasional kita saja, kita masih tidak cukup. Pohon tebu mau di tanam berapa ratus hektar, pulau Sumatera saja masih terlalu luas.

Katanya kedelai lokal kita tak begitu bagus untuk membuat Tempe, karena ukurannya yang lebih kecil. Kenapa negara kita tidak bisa menanam lebih besar ? Apakah benih yang menjadi, mengapa kita tidak menanam kedelai impor di negara kita, kemudian kita menghasilkan kedelai kita yang sama persis dari kedelai impor, agar para pelaku produsen Tempe tak lagi bergantung pada kedelai impor.

Negara kita memang kaya, tapi kitanya yang membuat negara ini miskin. Negara kita memang luas, tapi kitanya yang terlalu sempit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun