Mohon tunggu...
Rahmad Wijaya
Rahmad Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya orang yang kesana-kemari untuk belajar

Semua kisah yang terjadi adalah seni di dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebebasan Berdagang di Media Sosial Berpengaruh Negatif pada Rantai Pasar

17 Juli 2021   19:01 Diperbarui: 17 Juli 2021   20:19 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

- Reseller

- Konsumen

Ketika media sosial menawarkan kemudahan, disitulah resiko bermunculan. Karena begitu mudahnya semua orang dapat berjualan menawarkan produk-produk mereka di Media Sosial. Tanpa di sadari mereka sedang berhadapan dengan bahaya itu sendiri. 

Media Sosial kini bersifat Universal, anda bisa menemukan apapun di dalam Media sosial. Kecerdasan & Keinginan seseorang tidak dapat terbendung, hasrat-hasrat mereka untuk meningkatkan penjualan mereka dengan alasan agar dapat meningkatkan kehidupan mereka agar lebih baik lagi, membuat mereka berkompetisi untuk mengungguli satu sama lain. Di dalam dunia penjualan di Media Sosial, semuanya terlihat vulgar, mereka terbuka dengan semuanya. Anda sendiri bahkan dapat membedakan dimana Produsen, Distributor, Agen, dan Reseller. Hanya dengan penawaran harga yang mereka berikan. Itu tidak perlu di jelaskan secara mendetail lagi, karena kita semua sudah memahami hal-hal seperti itu. Hal itu terjadi secara alamiah tanpa di sadari. Kita terus mencari produk dengan harga yang lebih murah, agar bisa menjual dengan harga yang lebih murah. Mindset kita sudah tertanam "jika saya dapat menjual harga yang lebih murah, otomatis saya mendapatkan pelanggan yang lebih banyak". Dari hal itu bahaya semakin meningkat. 

Ketika sebelumnya Anda adalah seorang Reseller, dan biasanya membeli produk di seorang Agen*. Sekarang anda membelinya dari seorang Distributor, mendapatkan harga yang jauh lebih murah, dan selamat sekarang anda menjadi seorang Agen. Mungkin suatu saat anda akan meningkatkan lagi menjadi seorang Distributor itu sendiri, dengan sebelumnya Anda telah mengetahui kontak nomor telepon seorang Produsen yang terpampang di Iklan yang tercantum di salah satu Media Sosial. Ini begitu Vulgar, siapapun bisa menjadi siapapun. Itu tidak akan masalah jika hanya terjadi kepada Anda, dan terjadi kebeberapa orang. Tapi bagaimana jika semua itu bisa di lakukan oleh lebih banyak orang. Mungkin resikonya akan lebih meningkat. 

Jika semua orang tahu tempat dimana keberadaan harga yang murah, semua orang akan memiliki harga yang sama. Apakah semua kejadian itu selesai? Jawabannya, Belum. Setiap orang selalu berkeinginan lebih, naluri itu ada di dalam diri Manusia. Anda mungkin akan menawar harga produk tersebut, agar dapat di jual kembali ke orang lain. Disini tekan-menekan harga sudah di terapkan, tak ada orang yang loyal dalam urusan uang. Kejadian seperti itu tidak terjadi hanya sekali, tapi berkali-kali. Semua itu tidak akan berhenti, itu naluri manusia yang tidak bisa di hindari. Contohnya begini : di Minimarket Apel di jual dengan harga 9.500, di pasar Apel di jual dengan harga 8.000. Di Minimarket harganya lebih mahal dari harga di pasar dengan selisih 1.500, di pasar harganya lebih murah dari Minimarket dengan selelisih harga 1.500. Apakah anda mungkin akan membeli Apel dengan harga yang lebih mahal di Minimarket? Lalu kemudian anda berjalan di kota, melihat toko menjual Apel dengan harga yang lebih murah lagi, 6.000. Apakah anda akan tetap membeli Apel di Pasar? Jawabannya kita simpan sendiri, karena jawabannya kita tahu. Semuanya akan menjawab sama. 

Anda tidak bodoh, anda begitu cerdas. Tapi ada resikonya. 

Jika tekan-menekan harga telah terjadi, bukan hanya sekedar penjualan anda saja yang terkena pengaruhnya. Tapi semua itu berdampak terhadap biaya Produksi, harga bahan pokok, bahkan ongkos pengiriman produk yang di jual. Kalau bahan bakunya seperti Jagung, Sayur-sayuran. Kita tahu bahwa petani itu kerjanya sulit dan lebih keras dari pada kita. Masa kita tega jika membayarnya dengan harga yang begitu murah. Para petani bisa-bisa hidup tak begitu sejahtera dan malah semakin menderita.

Saya beberapa waktu lalu bertemu seseorang untuk membahas sistem distribusi ini. Kebetulan dia bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang penjualan snack, dan beliau bekerja di bagian pengelolaan distribusi. Dia juga menceritakan bagaimana pengaruh negatif bagi perusahaan-perusahaan besar, dari bergeraknya penjualan UMKM di Sosial Media. Perusahaan besar yang bergerak di makanan di zaman sekarang ini bukan hanya di tuntut untuk berinovasi sebuah produk, tapi juga bagaimana mereka mampu menstabilkan pangsa pasar mereka. Bahkan sering kali kita lihat, banyak produk-produk dari perusahaan besar di obral dengan harga yang miring oleh beberapa orang di sosial media. Hal itu terjadi ketika hasil produksi mereka begitu banyak, namun penjualan mereka kurang. Mau tidak mau perusahaan tersebut menjual produk mereka dengan harga yang rendah, agar perusahaan tersebut tidak merugi secara lebih besar. 

Perusahaan besar saja memikirkan sistem distribusi mereka, bagaimana dengan UMKM? Kebanyakan UMKM tidak mengerti sistem ini, itu yang membuat UMKM tidak bisa maju dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. 

Pengaruh yang kita lakukan setiap hari tanpa di sadari sangat berdampak besar bagi yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun