[caption caption=""Koleksi: IG rahmad_didikansubuh."][/caption]Salam kenal , saya Rahmad arif Setiawan, sekarang menjadi relawan di lembaga kemanusiaan nasional PKPU Solo. hal yang melatarbelakangi saya ikud FIM 18 itu bermula pada saat tahun 2011, saat status saya masih mahasiswa baru atau disingkat maba, ada kakak angkatan saya (mas khamdan read)yang mengajak saya untuk mengikuti kegiatan FIM yang saat itu dibuka pendaftaran FIM 10 . saat itulah saya mulai penasaran , FIM itu apa ? kegiatannya seperti apa ? persyaratan yang dibutuhkan apa saja? .mulailah saya mencari informasi seputar FIM (Forum Indonesia Muda) yang saat itu logonya masih berupa tulisan FIM sekarang sudah beda.
setelah sedikit demi sedikit informasi terkumpul, saya mulai tertarik dan berminat untuk gabung bersama FIM, bertemu dengan kawan-kawan yang punya semangat kuat dalam meraih impiannya , berasal dari perwakilan berbagai daerah di seluruh Nusantara.
setelah itu saya mulai mencari alumni-alumni FIM yang dari Semarang. saya bertemu ,salah satunya mas rohmat hidayatulloh , dulu beliau ketua BEM FMIPA UNDIP . sharing dengan beliau tentang kegiatan FIM nantinya dan pada pendaftaran FIM 10 ada roadshow diberbagai kota, salah satunya Kota Semarang. karena saya berniat sekali masuk FIM dan menjadi slah satu bagian dari keluarga FIM, saya ikut acara roadshow FIM 10 di Aula Rumah sakit Umum Pusat Karyadi saat itu, dihadiri pula Alumni FIM sebelumnya juga bunda Tety elmir beserta suaminya ,yang baru saja menyelesaikan novel yang berjudul Keydo.
Tidak Mudah , kata itulah yang terlantas dalam pikiran saya untuk bisa lolos FIM. waktu itu saya masih Smester 2, minim dengan pengalaman organisasi atau aktivitas lainnya dan juga konsep proyek entrepreneurship yang kurang jelas dan kurang bagus hingga belum bisa mengantarkan saya untuk menjadi bagian dari keluarga kunang-kunang. dari situ saya tidak mau menyerah begitu saja, setelah pengumuman peserta yang lolos FIM. data nama peserta yang lolos saya add friend lewat akun jejaring sosial facebook. ada beberapa yang confirm dan mulai sharing dengan mereka , bagaimana bisa lolos ? mahasiswa angkatan berapa ? dan sampai minta soft file proyek entrepreneurshipnya mereka. setelah saya analisis, memang pantas saya belum bisa masuk, ada beberapa koreksi yang harus menjadi perbaikan buat saya .Dan pasca itu, komunikasi dengan anggota yang lolos FIM masih saya jalin terus. setidaknya kalau ada beberapa hal yang perlu disharingkan ,bisa sharing dengan alumni FIM.
Pada pendaftaran FIM selanjutnya, saya belum bisa ikut karena berbagai aktivitas dikampus dan juga sudah punya beberapa kenalan anggota FIM yang bisa diajak sharing. maka mau apa daftar FIM lagi ? ( dalam hati bertanya read). lantas saya baru sadar bahwa pemikiran saya sebelumnya itu salah besar. mengapa ? ternyata ada beberapa titik-titik yang selama ini belum saya hubungkan yang bisa menjadi graf indah, seperti aura semangat dan antusias alumni FIM dalam berkarya, bertatap muka saling ketemu dengan anggota FIM yang bisa memberi aura positif, ide besar tapi tidak ada tim ataupun jaringan sama saja itu sebuah ide wacana, silaturahim yang nanti bisa menguatkan, saling membantu dalam berbagai kegiatan setelah pasca kegiatan FIM dll. permunculan titik0titik itulah yang kemudian menguatkan kembali semangat saya untuk mendaftar dan bisa bergabung dengan FIM kembali yakni pada FIM 18 . Awesome and Meaningful “karena kita punya impian yang akan menjadi kenyataan” melalui sarana FIM inilah akan saya buktikan, bahwa impian saya akan terus perjuangkan dan menjadi kenyataan. diantaranya adalah proyek #Didikan subuh “mendidik generasi tangguh pecinta subuh”.
sebuah ide yang sederhana, untuk mengajak anak-anak supaya bersemangat sholat subuh berjamaah dimasjid dan melakukan aktivitas positif setelahnya. seperti hafalan juz amma, ngaji iqro’, sarapan pagi bersama, games edukatif, ekspedisi mengenal desa, edukasi tentang lingkungan,gizi,kesehatan, pendidikan dll. yang semua itu butuh semangat dan kawan untuk bisa bersama-sama melaksanakan program tersebut. generasi anak-anak sekarang berbeda dengan generasi saat saya masih kanak-kanak dulu, bermain kelereng bareng kawan, main petak umpet, kotor-kotan disawah, bermain bola sambil hujan-hujanan. dan sekarang , hampir semua itu tergantikan oleh kecanggihan tekhnologi gadget (salah satunya) . anak-anak sekarang lebih individualis, sudah pintar selfie, sudah berani main cinta-cintaan, bermain game ditablet hingga lupa waktu makan, lupa waktu tidur, bahkan lupa waktu belajar.
hal itu menjadi keresahan saya ,bahwa kedepan bangsa Indonesia akan seperti apa jika generasi anak-anak sekarang disibukkan dengan seperti itu, begitu para orang tua yang disibukkan pekerjaan dengan deadline tugas kantornya, akan tetapi deadline untuk keluarga, untuk pelanjut generasi penerus bangsa ,generasi tangguh bangsa yang kurang begitu diperhatikan .
masa anak-anak adalah masa yang sangat potensial sekali untuk kita berikan stimulant berbagai aktivitas positif dan juga bermanfaat. semoga melalui program #didikan subuh ini menjadi salah satu penjawab keresahan saya dan sekaligus keoptimisan saya untuk generasi penerus bangsa yakni anak-anak yang tangguh, mengapa sholat subuh ? karena sholat subuh dan waktu setelahnya adalah waktu yang selama ini belum banyak orang yang mengoptimalkan. padahal manfaatnya begitu luarbiasa.
semoga melalui FIM ini, saya bisa bertemu dengan kawan-kawan yang semangat dan membuat saya semakin termotivasi untuk terus berbagi dan menginspirasi. karena berbagi tak pernah rugi. sampai bertemu dititik-titik penuh rintangan dan penuh kebahagian bersama.
sekali lagi, Awesome and Meaningful”karena kita punya impian yang akan menjadi kenyataan “ .
oleh : Rahmad Arif Setiawan / IG: rahmad_didikansubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H