Mohon tunggu...
Rahmad Ikhwan
Rahmad Ikhwan Mohon Tunggu... wiraswasta -

kadang-kadang menulis, lebih bertipe memoar dan statusnya abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Beye Mendukung Pelengserannya

12 Agustus 2011   05:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

kalaulah soekarno meneriakkan, " jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah!", tampak jelas ia menyadari penyakit lupa akan menjadi bagian dari budaya bangsa. tidak tentang sikap pemimpin, tidak pula tentang sikap rakyat dalam mengawal pola kepemimpinan presidennya. faktanya presiden-presiden kita selalu lengser dengan nista. tanpa bermaksud menafikkan lengsernya habibie, gusdur dan megawati, menarik membandingkan lengsernya soekarno, soeharto dan keinginan pak beye untuk melengserkan dirinya. terdengar aneh memang kata yang saya pilih terkait pak beye. lengsernya soekarno dan soeharto, diinsiasi oleh masalah yang nyaris sama, fokus mereka pada kekuasaan yang bergeser dari perjuangan membela rakyat menjadi menyibukkan diri untuk kepentingan pribadi. faktor eksternal diluar kepempinan yang memicu adalah timbulnya krisis ekonomi akut. soekarno menyibukkan diri dengan nafsunya menjadi pemimpin dunia, ia bersekutu dengan blok timur termasuk menggagas pesta olahraga antar negara sosialis. pembangunan fasilitas olahraga jelas memakan biaya yang tidak sedikit, sementara krisis parah melanda masyarakat. seorang mahasiswa angkata 98 pernah berkata kepada saya, " kesalahan pak harto adalah menambah dua tahun masa kepemimpinannya." di pelita ke vii inilah soeharto mempromosikan tutut sebagai menteri sosial, beberapa waktu sebelumnya soeharto memberi gelar pahlawan nasional. hendak dipercayai atau tidak, keengganan dan perlawan rakyat dimulai dari situasi ini. krisis 98 melengkapinya, sehingga dalam pikiran rakyat yang tersisa adalah upaya menurunkan soeharto. well, sekarang apa yang sudah dilakukan pak beye ? pak beye, jelas penggemar soeharto. ia mengkopi hampir semua yang dilakukan soeharto. ia bukan ketum demokrat, ia memposisikan dirinya sebagai ketua dewan pembina, bedanya ia cukup cerewet bicara sementara soeharto hanya tersenyum dan membiarkan harmoko menjadi jubir kepartaiannya. jika pada massa soeharto prabowo adalah danjen kopassus, maka pak beye yang tidak punya menantu jendral, menyetujui pencalonan adik iparnya sebagai danjen kopassus. untuk pertalian darah langsung, bila soeharto mempromosikan tutut sebagai menteri sosial, maka saat ini pak beye tak menolak ibas, anaknya yang terlihat tak mempunyai kemampuan, menjadi sekjen partai pemenang pemilu yang ia dirikan plus menjadi wakil ketua kamar dagang dan industri. pun tentang bagaimana mencintai dan menghormati istri, bila soeharto menjadikan istrinya pahlawan nasional, maka pak beye merasa perlu memberikan istrinya bintang penghargaan tertinggi kedua di republik ini. akhirnya, bila sedikit saja krisis menerpa, maka keinginan pak beye pun dapat terlaksana dengan sempurna. keuntungan pak beye tinggal dua hal, kondisi makro ekonomi kita baik dan militansi mahasiswa kita dalam pergerakan tidak sebaik angkatan 66 maupun 98. pun tentang, bangsa ini telah jenuh menurunkan pemimpin tanpa menghadirkan apapun dalam perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun