Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Menerjemahkan bukan sekedar mengalihbahasakan teks dari bahasa awal ke bahasa yang dituju. Skill dalam menerjemahkan dan kemampuan penerjemah dalam mengalihkan makna atau estetika suatu bahasa pun menjadi sebuah kunci penting suksesnya suatu penerjemah.
Pada kesempatan kali ini, saya mencoba menganalisis teks hasil terjemahan bahasa Arab - Indonesia dari salah satu hadist riwayat Bukhori muslim
Berikut adalah analisis terhadap hadist riwayat Bukhori :
عن ابنِ مسعودٍ قال : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَأ بِالمَوْعِظَةٍ فِي الأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
- عن ابن مسعود قال
Terjemahan : dari Ibnu Mas’ud berkata
Teks artikel : Ibnu Mas’ud berkata
Dalam kamus Al-munawwir عن memiliki makna من yang artinya dari. Namun kata “dari” dibuang penerjemah menggunakan materi Hadzfu[1]/ membuang kalimat awalnya. menjadi Ibnu Mas’ud bekata
- ابن مسعود
Dalam kalimat ini sepertinya sudah baik diterjemahkan, karena sesuai bahwa Ibn Mas’ud merupakan nama seorang sahabat rasul bukan terjemahan dari bahasa Arab yang artinya anak
- ابن مسعود قال
Dalam kalimat ini terjemahannya sudah baik karna mengikuti struktur gramatikal atau yang diawali oleh subjek/ pelaku
- كان انبى يتخولنا بالموعظة في الأيام
Terjemahan : Ada nabi memperhatikan kita dengan nasehat di hari-hari
Teks Artikel : Nabi menentukan waktu untuk memberi kami nasehat pada beberapa hari
Dalam kamus Al-munawwir كان memiliki makna وجد yang artinya ada/terdapat. Namun kata “ada” dibuang penerjemah menggunakan materi hadzfu/ membuang kalimat awalnya menjadi tidak ada pada teks penerjemahan.
- كان النبي يتخولنا
Dalam kalimat ini terjemahannya sudah baik karena subjek dan objek ditempatkan pada tempat yang sesuai kaidah
- يتخول
Dalam kamus Al-Ashri kataيتخلو memiliki arti memelihara atau memperhatikan. Akan tetapi penerjemah menerjemahkan menjadi menentukan. Dalam penerjemahan hadist seperti ini penerjemahannya harus membaca penjelasan syarh agar tidak keliru dalam menerjemahkan hasil dari teks tersebut. Dan penerjemah menggunakan metode komunikatif[2] agar dapat menyampaikan/ dipahami oleh pembaca dan pesannya tersampai.
- نا : ضمير المتكمين
Dalam kamus Al-munawwir huruf na memiliki arti kita atau kami. Huruf ini tidak dapat berdiri sendiri Karena merupakan kata ganti.
Dalam terjemahan ini sepertinya kurang tepat menerjemahkan naa menjadi “ untuk kami” sehrusnya diterjemahkan menjadi “kepada kami” karena dalam KBBI “kenapa” merupakan kata depan untuk menandai orang.
- بالموعظة
Dalam kamus mutarjim huruf bii berarti ‘di, dengan, melalui. Namun penerjemah menggunakan materi hadzfu/ membuang arti ‘di dalam teks tersebut. Adapun الموعظة bermakna khutbah, nasehat dan pelajaran. Penerjemah menggunakan materi ziyadah atau menambahkan kata memberi sebelum kata nasehat. Sehingga بالموعظة mempunyai arti memberi nasehat.
- الأيام
Dalam kamus Al-munawwir kata ayyam merupakan jamak dari yaum yang berarti hari. Dalam buku cara mudah menerjemahan Arab-Indo diterangkan beberapa padanan kata isim jamak[3] dalam bahasa Indonesia diantara lain seperti : beberapa, banyak, para, pengulangan bentuk tunggalnya, tanpa mensmbahan apapun dan imbuhan per-an. Penerjemah menerjemahkan ayyam dengan menggunakan padanan kata beberapa hari sehingga sudah terpat dalam penerjemahan jamak.
- كراهة السآمة علينا
Terjemahan : kebencian kebosanan atas kita
Teks Artikel: karena khawatir kami akan bosan
Dalam kalimat ini sepertinya sudah tepat kualitas penerjemahannya. Karena jika diperhatikan struktur kalimat diatas merupakan jawabsyart atau jawaban dari kalimat sebelumnya . sehingga kata disana bukanlah ziyadah melainkan arti dari struktur kalimat tersebut. Dan dalam menerjemahkaan Arab-Indonesia kita harus memperhatikan susunan dan kedudukan kata yang ingin diterjemahkan.
Terimakasih
Semoga bermanfaat:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H