Anak dan ponakan-ponakan saya menyebut gubernur Riau dengan panggilan, “Atuk!”Ralat.Semua orang di rumah saya, termasuk sahabat-sahabat saya menyebut gubernur dari Riau itu sebagai, “Atuk”.Tak pernah saya mendengar ia, sekali saja disebut, “Gubernur kami”
Ketika saya baru pindah ke Pekan Baru, saya bertanya ke rekan dan kerabat ini, “Mengapa beliau yang sudah sepuh ini yang terpilih?”Jawabnya hampir seperti dengungan.Suara-suara yang tak jelas.Ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan alasan, karena ia putra daerah asli Riau dan tak ada pilihan lain yang lebih baik dari dirinya.Jelas saya kaget, Walau telah lama meninggalkan Pekan Baru, saya yakin banyak “Putra daerah Riau” yang berpotensi dan benar-benar berdedikasi kepada tanah melayu ini.
Sebagai rakyat jelata, di masa yang lalu, bolehlah saya berbangga hati berkesempatan menghadiri banyak seminar dan workshop tentang hal ihwal otonomi daerah ketika wacana ini masih hangat-hangat kuku diperkenalkan pasca reformasi.Dalam berbagai forum, mengemuka putra daerah yang pintar dan bikin dada saya sesak karena bangga, bahwa di tanah kelahiran saya ini banyak orang pintar dan jelas-jelas memihak kepada rakyat.
Walau terlahir sebagai orang minang, dan gagal tes masuk CPNS karena disebut sebagai bukan putra daerah (kasus saya dulu), sesungguhnya saya benar-benar merasa sebagai orang Riau.Bagaimana tidak, saya lahir dan besar di bumi lancang kuning ini.
Kemudian hari, terlepas dari kemajuan fisik yang pesat di Pekan Baru, kota ini menjelma menjadi kota asing yang dikepung asap pembakaran lahan dan hutan.Isu putra daerah pun semakin kencang dihembuskan.Orang-orang keturunan minang, atau Sumatera Utara atau Tionghoa dibuat bingung dengan soal putra daerah ini.Bagaimana mungkin kami bukan putra daerah, kami ini lahir dan besar serta beridentitas di kota ini.
Anas Ma’mun terpilih, salah satunya karena ia putra daerah.Ia belum genap 8 bulan memerintah provinsi ini.Sejak ia terpilih, ia belum menawarkan program nyata menghadapi kabut asap di Riau.Jangan dulu bertanya soal hal-hal lain.Baru beberapa bulan, Atuk sudah dilaporkan dalam kasus pelecehan seksual.Tak ada asap kalau tak ada api.Itu bukan pengaduan yang main-main.Terlepas, apakah kasus ini akan menguap atau dilanjutkan, warga Riau dikejutkan lagi dengan operasi tangkap tangan KPK di citra gran, Cibubur.
Atuk oh atuk.Malang nian rakyat di negeri ini.Semestinya prestasi yang membuat atuk diingat dan dikenal.Masih mending terlupakan sebelum sempat diingat.Daripada, diingat sebagai gubernur tersangka koruptor.Gebernur Asap.Sungguh ironi.Kabut belum usai, gubernur tertangkap tangan menerima suap.Duh!
Curhat Emak Kpop dari Negeri Asap,
26 September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H