Mohon tunggu...
Rahma Damayanty
Rahma Damayanty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa Sih Kamu Menghakimi Susi?

29 Oktober 2014   03:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:21 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Usai pengumuman para menteri di kabinet Kerja, Sabtu, 26 Oktober 2014, Menteri Kelautan dan perikanan Susi Pudjiastuti tampaknya kelelahan, melepas sepatu, mendeprok di batu dan merokok.Para wartawan dibuat bingung menghadapi ulah sang menteri yang unik ini.Bak meteor jatuh menghantam pedesaan, satu kampung ribut.Menteri ini tiba-tiba jadi panen hujatan.Besoknya timeline twitter dipenuhi hujatan beraneka rupa.Mulai dari menteri tak tahu etika, minus moral dan menteri dalam rombongan kabinet kebohongan.

Duh, betapa manusia tempatnya lupa dan memelihara mulut tong sampah!

Susi Pudjiastuti tak sempat menamatkan SMA-nya untuk bertahan hidup dan memulai bisnisnya yang menghantarkannya menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini.Anda tinggal google siapa Susi, dan bacalah sebenar-benar membaca dari berbagai sumber beragam dan bukan dari media fitnah.Susi memutuskan mengirim pesawat dan bantuan medis dan lainnya pasca tsunami di saat bantuan yang lain belum mengalir.Ia menghentikan kegiatan ekspornya selama beberapa hari untuk membantu saudara-saudara di Aceh.Itu artinya, ia kehilangan pendapatan, mungkin sampai milyaran.Tapi, Susi tak kehilangan apa-apa.Ia mendapatkan apa yang telah ia sedekahkan.Apa yang ia dermakan.

Apa saya membela Susi yang merokok dan bertato, bersuami bule pula?

Jujur, saya tak menyukai para perokok.Kerap kali saya menegur para perokok di bis kota atau di runga tunggu publik.Tidak berarti, lantas saya memusuhi para perokok.Saya berkawan dengan para perokok ini, tetapi sebagian besar dari mereka, dengan santun minta izin merokok, dan melakukan hisab menghisab ini di ruang yang tak mengganggu, seperti di teras atau balkon rumahnya sendiri.Saya yang menyukai kegiatan seni dan sastra, belakangan memutuskan tak lagi hadir di acara-acara sastra tersebut karena ruangan itu biasanya dipenuhi kabut asap rokok.

Jangan tanyakan soal tato pada saya, biasanya saya takut pada orang bertato, tapi saya menghargai pilihan orang bertato, seperti saya menghargai para ustadz yang berdiskusi dengan saya soal beliau akan menikah yang kedua dan ketiga.Beberapa kali, saya dimintai pendapat oleh kawan-kawan yang dipanggil ustadz ini soal mereka akan menikah lagi dengan perempuan yang lebih muda dan lebih cantik dari istri mereka.Jujur pula mereka mengakui motif seks dan menghindari dari zina dan fitnah.Tetap saya berdiskusi baik-baik dan menghargai dan menghormati keputusan mereka.Saya yang singel mother ini pun kerap ditanyakan kesediaan untuk menjadi istri kedua dan ketiga.Ha...ha...

Tapi Susi adalah pengusaha yang bekerja dengan hati.Silakan cari tahu orang-orang yang bekerja sama dengannya. Susi pemilik PT ASI PudjiAstuti Marine Products, dan pernah menjadi Board ofDirectors Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia.Ia melarang nelayan memukat udang dengan jaring halus, agar udang-udang kecil tak terjaring dan terjaga kelestariaannya.Ia juga menjual, bagian ikan yang tidak ikut di fillet kepada masayarakat sekitar dengan harga murah, daripada menjual ke berbagai rumah makan di Jakarta dengan harga tinggi.

Susi aktif mendukung kegiatan yang memajukan daerahnya.Tentu tak sedikit birokrat dan politisi meminta tolong dukungan padanya.Ia tidak mengkorupsi uang negara dan memakan hak fakir miskin yang kerap dilakukan para koruptor di pemerintahan atau yang duduk sebagai anggota dewan.Ia tidak membuka video porno ketika sidang soal rakyat atau mengadd akun bokep di twitter yang bisa diketahui publik.Lagi pula, ia tidak dipanggil ustadzah untuk repot-repot patuh pada standar moral ganda para polisi akhlak di negeri ini.

Susi memang belum membuktikan apapun sebagai menteri bagi presiden Jokowi.Tapi ingat, ia baru akan memulainya sekarang.

Lalu, siapa sih kamu yang menghakimi Susi?

Memangnya sudah berapa banyak korban tsunami yang kamu tolong? Memangnya sudah berapa anak yatim yang kamu santuni dengan uang pribadimu?Sudah seberapa banyak anak jalanan yang kamu entaskan menjadi anak baik-baik dengan hasil usahamu sendiri?Sudah adakah jaminan dari malaikat Allah bahwa kamu pasti masuk surga karena kamu tidak merokok dan bertato?

Janganlah begitu kawan!Surga itu hak prerogatif Allah.

Seseorang masuk surga karena anugerah Allah.Bukan karena kita sibuk nyinyir di sosial media menghakimi orang yang belum tentu seburuk yang kau sangkakan.

Boleh jadi kau tak suka, padahal dia baik di mata Allah.Wallahualam.Who knows?

Doakan saja Susi biar menjadi seseorang yang lebih baik, daripada sibuk sok suci.Kalau pun akan mengkritik, ingatlah untuk berkata yang baik.

Hatchery of words,

Hari Sumpah Pemuda, 28 Okt 2014

PS: Happy Birthday to my lovely son, M. Iqbal Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun