Mohon tunggu...
Rahma Damayanty
Rahma Damayanty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Indra Sjafri di Mata Orang Kampung Saya (dan Beliau)

4 November 2014   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:43 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14150713681409785577

[caption id="attachment_371847" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber foto dari twitter about #TerimaKasihIndraSjafri"][/caption]

Terus terang, saya merasa punya tanggung jawab menulis tentang beliau.Bukan karena hubungan kerabat jauh karena ibundanya bako ayah saya, tapi lebih karena kampung halaman beliau adalah kampung halaman saya juga.Kampung halaman saya, jika anda hendak berkirim surat, anda cukup mencantumkan nama yang hendak dituju, pastikan dengan alamat tokoh yang cukup dikenal di kampung, semisal nama angku saya: Datuak Radjo Magek alias Angku Ilyas (Almarhum) di desa Lubuk Nyiur, Batang Kapas, Pesisir Selatan.Namun, di era teknologi ini, semua orang menggunakan sms dan percakapan via ponsel.Kalau hendak berkirim barang, cukup titip via mobil travel yag hilir mudik dari Padang ke kampung kami.

Indra Sjafri menjelma pahlawan (daripada selebritis) di kampung saya.Kampung saya yang terpencil dan suka terendam air gadang, mendadak punya sesuatu untuk dibanggakan, yaitu: Indra Sjafri.Sebenarnya, banyak pejabat lahir dan besar di kampung saya.Tapi tak pernah benar-benar ada yang bagaikan magnet seperti Indra Sjafri.Si In, demikian ia kerap dipanggil, bukan masyhur karena kekayaannya, tapi lebih karena dedikasinya kepada Sepak bola tanah air.

Ia memberi inspirasi dan pelajaran penting bagi orang di kampung saya, bahwa anda akan dikenang bukan karena keturunan orang hebat dan punya harta berlimpah ruah, tetapi karena prestasi dan kerja nyata.Saya membayangkan begini, betapa banyaknya orang yang ikut mendoakan kesuksesan timnas U19 ketika berangkat ke Myanmar tempo hari, diam-diam dalam keheningan malam.Padahal, tak ada imbalan apapun untuk yang sibuk berdoa itu.

Doa menjelma kebahagiaan itu sendiri.Orang kampung, saya rasa, seperti etek saya yang berumah tepat di belakang rumah keluarga Indra Sjafri akan menjalani hidup seperti seperti kemarin.Ia berjualan lontong pecal seharga 3000 rupiah.Suaminya akan terus menakik getah dan bertanam padi, serta sibuk memasang perangkap penghalang babi hingga malam menjelang malam.Hidup akan mengalir seperti biasanya.

Tetap saja, magnet perbincangan adalah Indra Sjafri.Si In kesayangan mereka.Ketika bersilahturrahim di saat lebaran, tampaknya tak ada perbincangan yang tak diselipi dengan nama Indra Sjafri.

Saya rasa tak lagi menjadi pelatih timnas, kebanggaan orang kampung kepada Indra Sjafri tak akan berkurang.Masih akan banyak orang berdoa bagi laga-laga lain yang akan ditukanginya kelak.Andai kata ia melatih klub dari pulau Jawa atau Papua sekalipun, dan bukan melatih Semen Padang, tetap saja akan ada yang mendoakan keberhasilan beliau.Tak ada yang dapat menggantikan pembelajaran yang telah Indra Sjafri berikan pada orang kampung.Terima kasih Coach.Teriring salam dari putra saya penggemar timnas 19 tetapi berkostum Brasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun