Mohon tunggu...
Rahma Hairunnisa Regita Putri
Rahma Hairunnisa Regita Putri Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Cendekia Mitra Indonesia

Saya, Rahma Hairunnisa Regita Putri, adalah seorang penulis dan pembisnis yang aktif menyoroti isu-isu pendidikan, ekonomi, dan politik. Saat ini, saya menulis untuk Bernas dan Kompasiana sebagai wadah berbagi gagasan serta analisis. Saya percaya bahwa tulisan dapat membuka wawasan, menginspirasi perubahan, dan menjadi alat refleksi bagi masyarakat. â € Saya berasal dari Universitas Citra Mandiri Indonesia (UNICIMI) dengan program studi Manajemen. Ketertarikan saya mencakup kepemimpinan strategis, kebijakan publik, serta tantangan ekonomi global. Selain itu, saya juga memiliki minat dalam riset dan pengembangan literasi, khususnya dalam mendorong generasi muda untuk lebih kritis dan inovatif dalam berpikir. Mari berdiskusi dan bertukar ide bersama!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Waspada Bandit Demokrasi

1 Februari 2025   13:37 Diperbarui: 1 Februari 2025   13:37 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: Dokumen Pribadi)

Begitu bandit menetap (stationary bandits)  runtuh muncullah bandit berkeliaran (roving bandits) yang tak lagi terikat pada sang "boss". Jika mereka semula tertunduk dan terbungkuk di depan boss, kini gerak mereka bebas tak terikat menjalankan perintah apapun termasuk menjarah harta kekakayaan Indonesia mulai dari pusat pemerintah sampai ke desa-desa. Mereka-mereka itu ialah para pelaku pejabat di daerah dan kroni-kroninya, termasuk bandit oligarki. Mereka menancapkan diri sebagai pemalak dan pemeras harta kekayaan masyarakat. Rusaknya sistem demokrasi di Indonesia selain munculnya para bandit demokrasi ditambah juga hadirnya "economic hit man"

Ekonomi Tangan Kotor

Datangnya demokratisasi pasca reformasi memberi sumbangan signifikan bagi meluasnya bandit berkeliaran ini. Bila tesis ini benar, sebenarnya demokrasi tidak mempunyai masa depan di Indonesia, bila bandit-bandit demokrasi terpelihara dengan baik. Meski saat ini Indonesia sudah berdemokrasi, namun bukan demokrasi yang bertahta di sana melainkan bandit-bandit demokrasi dan munculnya ekonomi tangan kotor (economic hit man) sebagai yang bertahta.

            Ekonomi Indonesia terperosot karena korban permainan "economic hit man" atau yang diplesetkan ekonomi tangan kotor, yang dimainkan oleh invisible hand. Ekonom tangan kotor ini begentayangan, baik di birokrasi pusat, daerah, bahkan di kampus-kampus juga. Ini menjadi awas terhadap Indonesia sebagai negara demokrasi. Lembaga ekonomi dunia seperti IMF dan Bank Dunia yang kelihatannya "baik, dermawan" malah menjadikan negara Indonesia pengutang sebagai korban (sapih perahan). Utang melumpuhkan negara Indonesia itu sendiri. Ternyata banyak faktor yang terlibat di dalamnya.

             IMF dan Bank Dunia, pekerjaannya mengidentifikasi negara yang memiliki sumber daya, bisa minyak, emas atau lainnya, kemudian pihaknya mengatur pinjaman kepada negara itu, tapi uang yang dipinjamkan tidak pernah sampai ke negara itu, melainkan kembali ke perusahaannya dalam bentuk pembangunan jalan toll, rel kreta api, lapangan terbang, pembangkit listrik, dermaga yang malah menguntungkan para orang kaya maupun korporasinya sendiri. Akhirnya negara tersebut memiliki utang besar.  

            Bisa menjadi benar jika menyimak tulisan Perkis (2002) yang mengatakan " The debted state is a servant to the corporatocracy ... today we have a global empire, and it is not an American kingdom. This is not a national kingdom ... It's a corporate empire, and big corporations are ruling. Once the country is in debt, it will return to the country with another mask of the IMF. The IMF makes demands for the owed state to increase taxes, reduce spending, sell public sector utilities to private companies, privatize state assets and essentially become slaves. The World Bank, the IMF and the European Union are only tools of big companies, what I call "corporatocracy". After being unable to pay, finally lift the white flag, surrender".

            Banyak negara di dunia bangkrut, karena terjebak dalam pemikiran liciknya IMF dan Bank Dunia, membuat kamuflase dengan menyebut perekonomian negara target tumbuh baik. Hal itu yang dijual ke politisi-politisi atau atau pemerintah menjadi target IMF dan Bank Dunia, namun yang sebenarnya terjadi yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, akibatnya kesenjangan semakin meluas.

            Negara-negara yang menjadi targetnya adalah negara -negara yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah ruah, termasuk Indonesia.  Negara yang berutang akan mengadopsi kebijakan IMF dan Bank Dunia, seperti perusahaan utilitas milik publik, air, transportasi, dan perusahaan-perusahaan besar lainnya, termasuk perusahan jasa.

             Selanjutnya yang akan terjadi adalah privatisasi-privatisasi. Negara berhutang akan menjadi hamba korporatokrasi. Di dunia ini, sesungguhnya yang memerintah adalah kekaisaran global (baca IMF dan Bank Dunia). Para kaisar itu mengendalikan politik global, dan untuk tingkat besar mereka mengontrol banyak kebijakan negara-negara seperti China, Amerika, terutama negata-negara yang tergabung dlam G7.

             Korporatokrasi merujuk kepada sebuah kekaisaran global yang dibangun oleh tiga pilar yaitu korporasi, perbankan, dan pemerintahan. Berbagai korporasi besar, bank, dan pemerintahan bergabung menyatukan kekuatan finansial dan politiknya untuk memaksakan masyarakat dunia mengikuti kehendak mereka.

            Lalu apakah dengan membaca ramalan di atas dan melihat kondisi Indonesia saat ini kita menjadi kollapse State atau weak state? Kesimpulan: we are quite concerned but there is no need to panic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun