Mohon tunggu...
Rahma ayu
Rahma ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - editor pemula

mimpilah setinggi tingginya bila kau jatuh kau akan jatuh diantara bintang-bintang dilangit -ir soekarno YOUTUBE: rahmaayu08official Instagram: rahmaayu0801

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Maggot Pakan Berkualitas untuk Ikan Koi

5 Agustus 2022   11:26 Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:46 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana- Cikarang Maggot atau yang dikenal dengan black soldier fly (BSF) yaitu menjadi pakan alternatif untuk budi daya ikan. Hal ini menjadi solusi atas mahalnya harga pakan yang ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mendorong inovasi penggunaan pakan alternatif ini.

Adapun maggot adalah serangga pemakan bahan organik sehingga protein serangga ini berkualitas tinggi dan menjadi sumber protein yang baik bagi ikan.

"Maggot ini memakan sayuran, limbah rumah tangga, limbah restoran, dia bisa mengurai sampah organik," kata Edhy dalam siaran pers.

Dokpri
Dokpri

Edhy menjelaskan kemampuan maggot mengurai sampah organik dalam waktu 14-20 hari sangat berpotensi bagi pengembangan ekonomi berbasis laut atau ekonomi biru.


Inovasi penggunaan pakan alternatif dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan restoran untuk memproduksi maggot ini telah dikembangkan sekelompok warga di Kabupaten Garut.

 

"Inovasi penggunaan pakan ikan alternatif semacam ini harus kita dukung," kata Edhy.

Maggot yang dihasilkan akan merombak, mengekstraksi serta mengonvensi nutrien yang masih tersimpan di dalam limbah organik sehingga akan didapatkan nutrien dalam bentuk yang baru, yakni pupuk organik dan maggot sendiri yang dimanfaatkan baik sebagai pakan ikan maupun bahan baku pakan ikan.

Pada uji coba di Balai Riset Budidaya Ikan Hias, ikan koi yang diberi pakan maggot memijah empat kali dalam periode yang sama dibanding dengan ikan yang diberi pakan pelet. 

Biokonversi menggunakan maggot memiliki keuntungan dapat dilaksanakan dengan investasi yang rendah karena reproduksinya tidak membutuhkan air, listrik, bahan kimia, serta dapat menggunakan infrastruktur yang sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun