Malas membaca menjadi biang timbulnya penyakit kronis yang bernama kemiskinan dan keterbelakangan. Seluruh negara miskin dan terbelakang adalah negara yang masyarakatnya tidak memiliki budaya membaca. Pembahasan mengenai minat baca sudah sering ditulis di berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dalam seminar. Namun sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tidak meningkat alias tetap berjalan di tempat saja. Sedangkan kita tahu bahwa membaca merupakan perintah Allah dalam ajaran islam sebagaimana firman Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Hakikat membaca adalah hakikat untuk tahu. Jika tidak suka membaca berarti kita tidak mengembangkan pengetahuan kita. Bangsa yang tidak mengembangkan pengetahuan, sudah pasti akan menjadi bangsa yang miskin akan ide dan juga inovasi. Dan pada akhirnya, “kemiskinan” itu akan membuat bangsa tersebut menjadi tidak produktif dan pastinya juga tertinggal dari bangsa lain dalam aspek kehidupan.
Namun, tak semua orang menyadari bahwa malas membaca adalah sebuah virus yang sangat berbahaya. Keberadaannya sering dianggap sepele, dan bahkan diabaikan. Di banyak negara, termasuk di indonesia, malas membaca justru berkembang menjadi budaya, sementara itu kampanye gemar membaca tidak terlalu mendapat sambutan. Bangsa indonesia sepertinya memang kurang akrab dengan bahan bacaan. Lihat saja saat orang-orang yang memiliki waktu luang di rumah, ditempat kerja, atau diperjalanan, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol, bermain, menonton televisi, atau tidur dari pada membaca. Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan di Jepang dan negara-negar di Eropa, dimana buku menjadi sarana rekreasi utama bagi orang-orang yang sedang rehat. Kondisi di atas tak lepas dari rendahnya budaya membaca di indonesia. Berdasarkan data yang dilansir dari Acehtraffic.com (2012), memberitakan bahwa, minat baca masyarakat indonesia masih sangat rendah.
Rendahnya budaya membaca seyogyanya dapat dijadikan peringatan dini bagi bangsa indonesia, karena memiliki pertautan langsung dengan produktivitas. Tentu tidak sepenuhnya benar,menyimpulkan bahwa gemar membaca adalah satu-satunya faktor yang dapat memajukan bangsa. Makin gemar membaca suatu bangsa, makin tinggi tingkat kemajuannya, demikian pula sebaliknya. Apakah gemar membaca yang menyebabkan kemajuan bangsa, ataukah kemajuan yang membuat orang makin gemar membaca. Yang paling penting bagi kita adalah segera memulai gerakan gemar membaca sekarang juga. (dikutip dari tulisan Nasri Kurnialloh, “Memberantas Virus Malas Membaca”).
Perubahan sosialyang berlangsung demikian cepat sangat berdampak terhadap masyarakat, khususnya para mahasiswa baru. Mahasiswa baru adalah sosok manusia yang mempunyai impian besar tentang masa depan maka dari hal demikian, sosialisasi gemar membaca adalah momentum penting untuk membantu mahasiswa meraih impian. Sebab, sosialisasi merupakan ajang dimana mahasiswa baru akan mendapatkan berbagai hal yang dapat mendasari langkah-langkanya dalam menggapai sukses di perguruan tinggi. Maka dari hal demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini adalah pihakkampus harus terus melakukan kampanye kepada mahasiswa gerakan gemar membaca. Faedah membaca bagi pribadi yang bersangkutan antara lain:dapat atau merupakan cara untuk mendalami sesuatu masalah dengan mempalajari sesuatu persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kecakapan, dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan, dan untuk mencari nilai-nilai hidup untuk kepentingan pendidikan diri sendiri.
Disamping untuk meningkatkan dan menyadari akan kebiasaan membaca, tidak perlu membaca terlalu susah, cukup dengan membaca bacaan yang ringan dan mudah dipahami atau membaca buku tentang apa yang diperlukan itu sudah bagus. Minat baca masyarakat indonesia akan mampu bersaing dengan cerdas terhadap bangsa lain. Melalui gerakan yang dilakukan,virus malas membaca diharapkan dapat diberantas tuntas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H