Semakin dewasa seseorang, orientasi hidupnya tidak lagi tentang diri sendiri. Akan tetapi tentang bagaimana bisa menjadi bagian dari mereka yang bisa mengukir kebaikan untuk semesta.
Ketika kita sudah memutuskan untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk oranglain, sama halnya dengan kita tengah menyiapkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Seorang Psikolog Klinis Tara de Thouars mengatakan, ketika kita mengetahui ada orang yang bahagia karenanya, aliran mesolimbik dalam otak kita akan teraktivasi. Mesolimbik merupakan bagian yang mengatur rasa senang dan kepuasan. Ha tersebut dilansir dalam https//www.google.com/amp/s/akurat.co/amp/ini-alasan-ilmiah-kenapa-membahagiakan-orang-lain-bisa-membahagiakan-diri-sendiri.Â
Ada yang sudah memulainya. Ada yang baru saja merencanakan cara yang akan digunakan. Tidak ada yang terlambat atau lebih cepat. Karena pada akhirnya, tujuan nya sama-sama untuk bermanfaat. Namun, tidak bisa kita pungkiri ketika kita takut memulai sebab insecure sama mereka yang sudah memulai duluan. Tidak bisa dipungkiri juga ketika takut untuk memulai sebab takut bila tidak bisa maksimal berkontribusi lantaran khawatir waktu yang dimiliki tidak mencukupi. It's ok. Rasa itu sangat wajar. Kita tidak salah bila rasa itu hadir. Sebab, kita tidak menginginkannya. Tapi kita harus bisa mengendalikan perasaan itu supaya tidak sampai menghambat kita untuk sampai ke tujuan yang kita inginkan.Â
Temen-temen, kita sudah disuguhkan dengan banyak cerita inspiratif tentang mereka yang baru menemukan titik terang dalam hidupnya ketika memasuki usia senja.Â
Point apa yang bisa kita garis bawahi dari kisah mereka yaitu yang bisa memenangkan keadaan adalah konsistennya tujuan sehingga menjadikan kita mau bersabar untuk terus berusaha meskipun telah jatuh berkali-kali, juga mau berbesar hati untuk terus berbenah.Â
Bila tujuan kita untuk bahagianya mereka bukan dihargai semesta, maka usaha yang kita lakukan tidak akan pernah terasa sia-sia. Kita juga bisa menikmati setiap prosesnya, sehingga kita banyak menemukan banyak hal dalam diri sendiri yang harus diperbaiki, sehingga bisa memaksimalkan kontribusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H