Mungkin, diantara kita ada yang pernah merasakan hal itu ? atau mungkin orang-orang terdekat kita yang mengalaminya ? Â Kalau iya, kita pernah menghadapi hal yang serupa. Ucapan tersebut dilontarkan oleh adik perempuan saya.Â
Beberapa minggu belakangan ini, ia sering bilang " Percuma saya sekolah. Toh, nggak ada yang bisa diharapkan dari saya. Sebab, pada dasarnya saya tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang bisa dibanggakan oleh keluarga dari saya." " Allah tau, kamu adalah sosok berharga makanya kamu diciptakan. Sekarang kamu memang terlihat biasa-biasa aja, karena masih dalam proses belajar. Tapi besok atau lusa, barangkali ada  hal besar yang mampu kamu torehkan kalo sekarang kamu rajin belajar dan fokus mengambangkan kemapuanmu yang masih tersembunyi. Tapi kalo kamu menyerah sekarang, bagaimanakita bisa tau kemampuan terbaik yang Allah titipkan dalam diri kamu ?"Â
Ketika itu, sebenarnya sulit untuk melontarkan tanggapan tersebut. Karena, ketika mendengarnya mengucapkan kalimat yang miris itu, saya down . Namun, saya sadar bahwa saat itu sebenarnya ia sedang berusaha menemukan bukti bahwa ia berharga. Dan tanggung jawab saya saat itu adalah membantunya untuk yakin bahwa dia berharga.
Tidak berhemti sampai disitu. Ia melanjutkan kalimatnya," Nggak,saya sama sekali nggak berharga di hadapan siapapun. Saya sudah terlau capek dibanding-bandingkan. Disalahkan. Hidup saya penuh dengan aturan yang membuat saya tertekan. Karena itulah saya selalu berdoa agar Allah segerakan untuk mencabut nyawa saya. Untuk apa saya hidup dalam rasa macam ini."Â
Label buruk yang kita berikan untuk orang lain, pada dasarnya tidak akan pernah bisa memotivasi sama sekali. Sekalipun awalnya kita melakukannya adalah niat baik karena ingin ia berkembang dan memperbaiki kesalahannya.Â
Namun, yang lebih sering terjadi karena label buruk yaitu, pertama  seseorang akan kehilangan harga dirinya dan memilih mengakhiri hidup.Â
Kedua, seseorang akan berupaya dengan berbagai cara untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia tidak seburuk yang mereka kira dengan tetap menyimpan benci terhadap orang yang telah memberinya label buruk. Â
Terlebih bagi mereka yang belum bisa mengelola emosi dan tumbuh dalam keluarga yang berlatar belakang tidak harmonis dan penuh ketegangan. Bisa jadi label buruk terhadapnya yang kita anggap "biasa saja" ternyata menjadi alasan utamanya untuk mengakhiri hidup.
Padahal, kita tidak pernah tau, jika dia mendapatkan dukungan untuk mengembangkan potensi yang dia miliki, mungkin dia bisa menjadi salah satu orang yang memberikan solusi di tengah-tengah krisis yang kita alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H