Mohon tunggu...
rahilsakira
rahilsakira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Implementasi Syariat Islam di Aceh: Merawat Warisan Kemalikussalehan dari Era Samudera hingga Tantangan Moderitas

10 Desember 2024   21:28 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:00 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar relief dan ornamen batu nisan khas dari samudera pasai (sumber:doc.rahil sakira)

Aceh memiliki sejarah panjang sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu tonggak pentingnya adalah Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri pada abad ke-13. Pada masa itu, Samudera Pasai dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam, dengan penerapan syariat Islam yang menjadi landasan hukum dan sosial. Warisan dari era Samudera Pasai ini membentuk tradisi kemalikussalehan yang terus bertahan hingga kini, khususnya dalam penerapan syariat Islam di Aceh. Namun, dengan masuknya modernitas, tradisi ini dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Samudera Pasai merupakan titik awal penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sebagai kerajaan Islam pertama, Pasai mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan masyarakat, baik dalam pemerintahan, perdagangan, maupun kehidupan sehari-hari. Raja-raja Samudera Pasai dikenal sebagai pemimpin yang taat beragama dan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman utama dalam membuat kebijakan. Tradisi ini diwariskan kepada masyarakat Aceh yang kemudian diteruskan oleh Kesultanan Aceh Darussalam.

Konsep kemalikussalehan pada masa itu tercermin dalam sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, keadilan, dan solidaritas. Selain itu, Pasai juga menjadi pusat pendidikan Islam dengan kedatangan ulama-ulama besar dari Timur Tengah, yang memperkaya pemahaman masyarakat tentang Islam.

Warisan ini masih dapat dirasakan di Aceh saat ini, terutama dalam penerapan syariat Islam secara formal. Namun, seperti yang terjadi pada masa Samudera Pasai, Aceh juga menjadi bagian dari jalur perdagangan global yang membawa berbagai pengaruh luar. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri untuk menjaga kemurnian tradisi di tengah modernitas.

mata uang dan perak  dari kerajaan samudera pasai (sumber:doc.rahil sakira)
mata uang dan perak  dari kerajaan samudera pasai (sumber:doc.rahil sakira)

Implementasi Syariat Islam di Era Modern

Penerapan syariat Islam di Aceh pada era modern, meskipun berakar pada sejarah panjang sejak Samudera Pasai, menghadapi tantangan besar dari globalisasi dan modernitas. Beberapa aspek implementasi syariat Islam yang mencerminkan warisan kemalikussalehan antara lain:

1. Hukum Islam sebagai Pedoman Sosial dan Pemerintahan

Seperti pada masa Samudera Pasai, syariat Islam di Aceh saat ini juga menjadi dasar dalam sistem hukum dan sosial. Peraturan seperti qanun jinayat, yang mengatur tentang pelanggaran moral, berupaya menjaga moralitas masyarakat sesuai ajaran Islam.

Namun, tantangan muncul ketika hukum ini berbenturan dengan nilai-nilai modern, seperti hak asasi manusia. Kritik terhadap hukuman cambuk, misalnya, menunjukkan adanya kebutuhan untuk menyesuaikan hukum syariat dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang lebih universal tanpa mengabaikan esensi agama.

2. Pendidikan Islam sebagai Fondasi

Pada masa Samudera Pasai, pendidikan Islam menjadi prioritas utama, dengan pendirian lembaga pendidikan agama dan pengajaran Al-Qur'an. Hal ini diteruskan di Aceh melalui pengajaran agama yang kuat di sekolah-sekolah.

Namun, pendidikan agama di Aceh perlu disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Generasi muda Aceh perlu diajarkan bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan modern, termasuk dalam teknologi dan karier profesional.

Mushaf Al-Qur'an tulisan tangan sebuah manuskrip yang di buat secara manual oleh para penulis pada masa lalu (sumber:doc.rahil sakira)
Mushaf Al-Qur'an tulisan tangan sebuah manuskrip yang di buat secara manual oleh para penulis pada masa lalu (sumber:doc.rahil sakira)

3. Pemeliharaan Tradisi Islam Lokal

Tradisi kemalikussalehan di Aceh, seperti menjaga hubungan sosial yang Islami dan pelaksanaan ibadah, merupakan cerminan langsung dari warisan Samudera Pasai. Namun, pengaruh budaya luar sering kali memengaruhi pola hidup masyarakat, terutama generasi muda.

Untuk itu, pemerintah Aceh perlu menghidupkan kembali tradisi Islam lokal, seperti zikir massal atau perayaan hari besar Islam yang dikemas dengan cara menarik bagi generasi muda, sehingga mereka merasa terhubung dengan nilai-nilai tradisional.

Tantangan dan Solusi

Modernitas membawa perubahan yang signifikan pada pola pikir masyarakat, terutama dalam hal kebebasan individu dan hak asasi manusia. Di satu sisi, Aceh ingin mempertahankan identitasnya sebagai Serambi Mekkah, tetapi di sisi lain, tekanan dari dunia luar menuntut Aceh untuk lebih inklusif dan adaptif.

Solusi yang bisa diterapkan meliputi:

1. Reformasi Hukum Syariat yang Moderat

Seperti pada masa Samudera Pasai, hukum Islam harus mampu beradaptasi dengan konteks zaman. Reformasi qanun perlu dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip keadilan dan hak asasi manusia.

2. Edukasi tentang Sejarah dan Nilai Islam

Generasi muda perlu diajarkan tentang pentingnya sejarah Samudera Pasai sebagai warisan Islam Nusantara. Dengan memahami sejarah, mereka akan lebih menghargai tradisi kemalikussalehan dan termotivasi untuk melestarikannya.

3. Pemanfaatan Teknologi Digital

Pada masa Samudera Pasai, komunikasi dan pendidikan Islam dilakukan melalui jalur perdagangan. Saat ini, teknologi digital dapat menjadi alat untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan tradisi Aceh ke dunia, sekaligus membentengi masyarakat dari pengaruh negatif globalisasi.

Sejarah panjang kemalikussalehan sejak era Samudera Pasai hingga masa kini merupakan fondasi kuat bagi penerapan syariat Islam di Aceh. Namun, warisan ini harus dijaga dengan bijaksana di tengah tantangan modernitas. Dengan pendekatan yang inklusif, inovatif, dan adaptif, Aceh dapat terus menjadi simbol Islam yang rahmatan lil 'alamin, sebagaimana yang di tunjukkan oleh kejayaan samudera pasai di masa lalu 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun