Ketiga, kurangnya perhatian atau kedudukan yang diberikan di dunia nyata. Hal ini terjadi ketika seseorang yang tak mendapatkan atensi yang ia inginkan di dunia nyata pada akhirnya mencari validasi di sosial media.Â
Karena, status atau kedudukan seseorang di dunia maya juga setara antara satu pengguna dengan pengguna lainnya. Sehingga seseorang akan lebih berani menyampaikan komentar atau pendapat agar bisa dilihat.Â
Lalu apakah hal tersebut merupakan hal yang buruk? Bukankah hampir semua orang memiliki  sikap seperti itu di sosial media? Jawabannya adalah tergantung sejauh mana kita mengubah sifat kita antara dunia maya dan dunia nyata.Â
Selama tidak digunakan untuk melakukan hal-hal buruk  yang merugikan orang lain seperti cyberbullying, mengunggah ujaran kebencian, atau menyebarkan hoax untuk kepentingan sendiri, ODE bukanlah hal yang buruk.Â
Ambil sisi positif dari hal tersebut. Misalnya, kalian malu berpendapat mengenai sistem pendidikan di sekolah kalian.Â
Nah, kalian dapat menulis hal apa saja yang menurut kalian salah  dan mungkin solusi yang menurut kalian efektif untuk diterapkan. Tentunya dengan  menggunakan bahasa yang sopan dan tujuan kalian adalah murni untuk berpendapat.Â
Sosial media bukan lagi menjadi sekedar alat untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Kita dapat menjadi siapa saja ketika menggunakan sosial media, sekalipun harus menjadi sosok yang berbeda. Karena dunia maya memang selalu menerima apapun sifat atau karakter yang kita  miliki.Â
Namun perlu diingat jangan sampai hal tersebut merugikan orang lain atau mungkin pada  akhirnya menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Kita tidak boleh terlena dengan adanya dunia  palsu yang ada dalam ponsel sampai-sampai kita melupakan kehidupan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H