Seperti yang sudah disebutkan bahwa skill yang dimaksud juga termasuk kemampuan dalam edit, live streaming video, audio podcast, webcast, audio slideshow dan berbagai bentuk berita digital masa kini. Selain itu juga perlu untuk mampu melakukan interaksi dengan berbagai audiens di berbagai komunitas.
Jadi tidak hanya mampu menciptakan berita, tapi di masa moderen dan masa yang akan datang, jurnalis juga perlu memiliki keterampilan dalam proses mengolah berita menjadi berbagai bentuk seperti video, audio, dan lain-lain. Kecepatan dalam menyebarkan berita di internet juga ternyata menjadikan tantangan besar bagi jurnalis.Â
Kecepatan berita terkadang menciptakan disinformasi, karena kurangnya waktu dalam memverifikasi data, memastikan fakta dan mendalami kasus. Maka sering kali terjadi adanya berita hoax karena keakuratan data yang rendah. Ditambah, saat ini telah banyak muncul jurnalisme warga yang mana seorang masyarakat biasa menghasilkan sebuah berita meskipun tidak memiliki latar belakang jurnalistik.Â
Misteri perkembangan teknologi
Tantangan-tantangan lainnya yang akan dirasakan di masa depan adalah kemungkinan besar beberapa atau bahkan seluruh kegiatan jurnalistik maupun pekerjaan manusia lainnya dapat digantikan oleh teknologi. Sudah terlihat sejak saat ini dengan kemunculan AI (Artificial Intelligence) seperti Chat GPT, news anchor AI, dan lainnya.
Tetapi teknologi buatan manusia ini masih memiliki kekurangannya juga, seperti tidak memiliki rasa empati, tidak memahami konteks manusia, tidak menggunakan perasaan dan tindakan yang manusiawi. Kekurangan ini menjadi alasan bahwa teknologi AI tidak dapat mengerjakan semua pekerjaan manusia sehingga masih tetap dibutuhkan keterampilan dan campur tangan manusia. Apalagi seperti yang kita ketahui, teknologi ini pun dibuat oleh tangan manusia, jadi sudah seharusnya manusia yang mengendalikan teknologi.
Hal itu memungkinkan terjadi karena teknologi AI yang masih baru dan masih banyak hal yang belum diteliti lebih dalam kemampuan teknologi ini. Maka sangat memungkinkan bahwa kecerdasan buatan ini perlahan-lahan dapat membuat sistem yang mampu menulis pesan, berita, ataupun artikel seperti hasil buatan jurnalis manusia (Utoyo & Putranto, 2022).Â
Sebenarnya teknologi ini masih menjadi misteri, apa saja yang bisa dilakukan oleh mereka dalam kehidupan manusia. Akankah nantinya semua pekerjaan manusia digantikan oleh teknologi buatan ini? Apakah pembuatan berita oleh kecerdasan buatan akan menutup pekerjaan jurnalis-jurnalis nantinya? Â
Kita meyakini bahwa teknologi ini masih dan terus dikembangkan oleh para ahli di luar sana. Perubahan-perubahan baru nantinya harus dapat dihadapi oleh para pekerja khususnya jurnalis media. Selera dan minat pembaca juga bisa ikut berubah seiring perkembangan teknologi.
Tren baru, tampilan baru, sistem baru, mengharuskan jurnalis menyediakan berita yang sesuai dan menarik bagi pembaca. Jika dahulu para pembaca cukup melihat berita melalui tulisan panjang saja dengan beberapa foto hitam putih didalamnya. Saat ini jauh berbeda, pembaca kini tidak hanya ingin membaca tulisan namun juga melihat gambar yang jelas atau HD, berwarna, atau bahkan disertai dengan video yang dapat memberi pembaca bayangan seperti apa berita yang dimaksud.
Maka dari itu, kita sebagai jurnalis bukan hanya mengikuti perkembangan teknologi dan sistemnya saja dalam mengolah berita dan informasi. Melainkan, kita juga perlu memperhatikan dan mengikuti selera seperti apa yang dimiliki oleh masyarakat, minat apa yang dimiliki masyarakat dan keinginan apa yang diharapkan masyarakat kepada jurnalis.Â