Ternyata masing-masing orang tua memiliki cara dan konsep sendiri dalam memberi hadiah. Namun satu hal yang penulis perlu tambahkan adalah kita sebagai orang tua harus menghindari sikap yang memberikan hadiah kepada anak dalam bentuk ‘sogokan’. Misalkan orang tua melihat anak tidak mau mandi, terkadang untuk membujuk anak orang tua berjanji akan memberikan hadiah coklat setelah anak mandi. Lain waktu ketika anak tidak mau makan, orang tua pun langsung memberikan rayuan akan memberikan permen setelah anak menghabiskan makanannya. Sikap yang selalu menyogok inilah yang akan membuat anak menjadi tergantung kepada hadiah dan bisa membuat anak malas melakukan sesuatu bila tidak ada imbalan yang diberikan kepada mereka. Artinya kita sebagai orang tua jangan coba-coba memberikan rewardpada sikap anak yang kurang baik; don’t reward bad behaviour.
Betapa mengkhawatirkan bila kelak sampai dewasa anak selalu mengharapkan imbalan jika ingin mengerjakan sesuatu. Itulah sebabnya lebih bijaksana bila kita orang tua memberikan sebentuk hadiah kepada anak bila anak sudah konsisten dalam mencapai sesuatu yang baik. Artinya, jauh lebih bermanfaat dan efektif memberikan hadiah kepada anak yang sudah rutin mau belajar sendiri daripada ‘menyogok’ anak yang masih malas-malasan belajar supaya mau belajar. Akhirnya, tugas kita sebagai orang tua adalah menyadarkan anak kalau hadiah terbaik untuk sebuah kebaikan adalah kebaikan itu sendiri.
Salam,
Rahayu Damanik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H