Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Cara Membantu Suami Berhenti Merokok

24 Oktober 2016   09:07 Diperbarui: 24 Oktober 2016   10:44 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah kebiasaan merokok itu berbahaya? Beberapa kali berdiskusi alot mengenai rokok, ada dalih yang biasanya dipakai oleh perokok untuk membenarkan kebiasaan merokok. Perokok mengatakan semua zat bisa membahayakan bila dikonsumsi atau dimasukkan ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan. 

Banyak orang yang menyadari bahaya dari penyedap rasa, mie instan, atau lemak-lemak daging namun mengapa masih dikonsumsi juga? Semuanya tidak akan mengganggu kesehatan bila dikonsumsi secukupnya (tidak dalam dosis yang berlebihan). Kira-kira demikianlah alasan yang diungkapkan perokok.

Namun satu hal yang kurang dipahami perokok adalah efek nikotin dari rokok tersebut yang menyebabkan ketagihan sehingga tidak bisa mengontrol diri padahal paru-paru atau jantungnya sudah sekarat. Saya setuju bila kita memakan sesuatu asalkan tidak berlebihan misalkan mie instan atau minuman berwarna tidaklah apa-apa sebab dalam tubuh memiliki sistem yang bisa membersihkan zat-zat berbahaya sejumlah kadar tertentu.

Pun biasanya seseorang bisa mengontrol diri untuk tidak memakan mie instan atau minuman berwarna tadi. Berbeda dengan rokok yang bisa menyebabkan ketagihan sehingga harus merokok terus-menerus. Bahkan bila terpaksa berhenti sebentar bisa membuat tidak fokus kerja dan tidak bisa berpikir yang menjadi bukti adanya ketergantungan terhadap rokok.

Artinya ketagihan terhadap rokok membuat seseorang tidak berdaya untuk mengatur dosis asap yang masuk ke dalam tubuhnya agar tidak berlebihan. Pun tidak ada aturan yang jelas dan tepat dalam mengatur dosis asap rokok yang diperbolehkan. Jadi jelaslah kalau kebiasaan merokok itu sangat membahayakan tubuh.

Merokok selain membahayakan kesehatan si perokok dan keluarga, pun perilaku demikian besar kemungkinannya ditiru oleh anak. Belum lagi pengeluaran keluarga membengkak karena terpaksa membeli rokok dan berobat akibat penyakit yang muncul karena rokok.

Bau yang ditimbulkan rokok pun kerap membuat tidak nyaman apalagi bau rokok bisa menempel pada pakaian, sprei, selimut, tirai, dan baunya tersimpan lama di dalam rumah. Hal demikianlah yang dialami oleh Triwany Purba. 

Dia mengatakan kerap melarang keras suami merokok dan bila dilanggar akan menyebabkan pertengkaran yang hebat. Merokok tampaknya sepele tetapi bisa menjadi salah satu sumber pertengkaran terbesar. Adu mulut dan debat argumen pun kerap mewarnai keluarga yang suaminya suka merokok.

Melihat bahaya dari kebiasaan merokok tersebut, saya pun bertanya kepada teman-teman Facebook apakah ada di antara mereka ada yang berhasil mengajak pasangan keluar dari kebiasaan merokok tersebut. Seorang suami bernama Saul Purba mengaku kalau dulunya dia adalah perokok aktif yang sudah merokok lebih dari dua belas tahun. 

Setiap hari dia bisa menghabiskan satu setengah sampai dua bungkus rokok yang bila diuangkan kira-kira tiga puluh ribu Rupiah per harinya. Untungnya Saul Purba bisa melepaskan diri dari kebiasaan merokoknya sejak bulan Agustus tahun 2015 sekalipun tanpa dorongan dari sang istri.

Saul Purba mengatakan perlu tekad yang tinggi untuk membebaskan diri dari kebiasaan merokok. Saul Purba memikirkan betapa besar kerugian dari seorang perokok mulai dari kerugian materi dan juga kesehatan. Luar biasanya Saul Purba pun memberhentikan rokoknya secara total tidak dengan bertahap seperti yang umumnya dilakukan pecandu rokok lainnya.

Saul mencoba berhenti total satu hari, dua hari, tiga hari, dan seterusnya sampai hari ini. Saul Purba merasakan gejolak yang sangat berat di dalam hati karena berhenti merokok. Bagaimana tidak? Biasanya setelah makan pasti merokok namun ini tidak lagi. Apalagi melihat teman yang merokok, ada godaan berat yang memaksanya untuk merokok lagi. 

Namun Saul Purba bertekad, bila dia bisa bebas rokok selama seminggu maka dia pun pasti bisa berhenti merokok selama dua minggu. Jika bisa bertahan selama dua minggu artinya dia pun bisa tidak merokok selama satu bulan. Demikianlah seterusnya hingga Saul Purba tidak pernah menyentuh rokok lagi.

Dian Riris Pakpahan mengisahkan pengalamannya di sebuah rumah sakit. Kebetulan Dian Riris Pakpahan memiliki lima orang staf laki-laki dan satu orang staf perempuan perokok. Setiap hari pekerjaan Dian Riris dan stafnya merawat orang-orang yang sakit akibat kebiasaan merokok. Luar biasanya, tanpa nasihat apa-apa dari Dian Riris semua stafnya tersebut berhenti merokok dengan sendirinya. 

Para staf itu mengatakan hanya dengan melihat satu orang pasien yang sekarat akibat rokok sudah sangat membuat mereka ketakutan. Akhirnya, sampai sekarang mereka malah menjadi duta antirokok di lingkungannya masing-masing.

Melihat diskusi dengan teman-teman, saya pun menarik kesimpulan kalau untuk membantu suami berhenti merokok maka satu hal yang perlu diingat istri adalah dengan menghindari perdebatan sebab hanya akan menimbulkan pertengkaran. 

Pun kebiasaan merokok hanya dapat dihilangkan hanya apabila ada kemauan dari seseorang tersebut. Alih-alih bedebat lebih baik memberikan pujian dan reward dalam bentuk pelukan atau ciuman atas usaha yang telah dilakukan suami untuk mengurangi kebiasaan merokoknya.

Ingatkan suami kalau anak-anak sungguh masih membutuhkan figur bapak pun istri juga sangat memerlukan suami. Bagaimana bila saja terjadi hal yang tidak diinginkan menimpa suami? Pun sadarkan suami kalau istri mengingatkan akan bahaya rokok bukan karena membenci suami namun semata-mata karena istri sungguh menyayangi suami dan ingin melihat suami senantiasa sehat.

Bila saja suami masih sulit menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut penting sekali istri mendoakan suami, tetap menghormati, dan menghargainya sebagai seorang kepala keluarga. Seorang suami yang dihormati akan lebih mudah tersentuh hatinya untuk berubah daripada seorang suami yang selalu didebat istri. Sebab hati yang keras akan lebih mudah berubah oleh ketulusan kasih seorang istri.

Akhirnya, saya pun menutup tulisan ini dengan kalimat seperti yang dituturkan oleh Dian Riris Pakpahan: Merokok memang hak Anda namun hak kami untuk tidak menjadi perokok pasif. Bila Anda merokok telanlah semua asap Anda sendiri agar tidak mengganggu kesehatan orang lain. Pun saya juga menambahkan sebuah kesimpulan kalau umur memang di tangan Tuhan tetapi kualitas hidup kita yang tentukan. Setiap kita berhak memilih untuk merokok atau tidak, namun satu hal yang perlu kita pahami kalau kita tidak akan bisa terbebas dari konsekuensi pilihan yang kita ambil.

Salam,

Rahayu Damanik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun